Pages

Subscribe:

Selasa, 31 Agustus 2010

Bulan Memiliki Molekul Air


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3VgJL6p4oqtsFvNDaQbx_v140BES89MSfS0nOI7XL8ZfonZFDftDWtS2NalgfSjROcGEI99eWlTE8R4EZfANLyNGvkHR7vo6tKGp9QCvAeY0n9yNn3-zW9uSeIDFDbsZVEeHDloiLUws/s400/8.jpg

Meski tidak dalam bentuknya yang berupa air tanah yang biasa digunakan sehari-hari di bumi, ternyata di bulan juga ada air. Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) memastikan bahwa molekul-molekul air ternyata selama ini menyelimuti setiap debu dalam tanah di bulan.


Temuan itu terungkap lewat analisis terhadap data yang dihimpun Moon Mineralogy Mapper (M3), alat pengindraan jauh yang dititipkan NASA di satelit Chandrayaan-1 milik Organisasi Riset Antariksa India. M3 bekerja dengan cara menganalisis pantulan cahaya matahari. Maka alat itu cuma bisa "melihat" sampai kedalaman beberapa sentimeter.

"Ketika kita bicara 'air di bulan', kita tidak bicara soal danau, lautan, atau bahkan kubangan," kata Carle Pieters, dari Brown University di Rhode Island. "Air di bulan berupa molekul-molekul air dan hidroksil (OH) yang berinteraksi dengan molekul-molekul batuan dan debu, terutama yang ada beberapa sentimeter di lapisan teratas tanah di bulan."

Pieters dan yang lainnya menduga, bahwa air atau molekul hidroksil itu ada disana dalam sebuah interaksi dengan angin matahari, arus partikel yang bergerak cepat yang secara konstan mengombak atau menggelembung menjauh dari matahari.

Radiasi angin matahari itu menebarkan proton-proton hidrogen, yang lalu menerjang mineral kaya oksigen di permukaan bulan. Reaksi kimia antara atom-atom oksigen dan inti hidrogen itulah yang membuat molekul-molekul air atau molekul lain yang lebih sederhana dengan cuma satu atom hidrogen dan satu atom oksigen, yakni hidroksil.


"Air yang ada di bulan kelihatannya terikat dengan mineral yang membuatnya stabil dalam lingkungan tanpa udara dan gravitasi lemah," kata Marc Norman, dari Australian National University di Canberra. "Kita tidak bisa memompanya seperti air tanah, melainkan harus mengumpulkan tanahnya dalam jumlah besar dulu, mengekstraknya, lalu menyisihkan airnya untuk digunakan."

Jumlahnya memang jangan dibandingkan dengan yang ada di bumi. Tapi, kalau mau mengolah debu dan tanah itu secara massal, air yang dihasilkan mungkin bisa memfasilitasi cita-cita astronaut menetap di bulan.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmBYL_tbW3toWzMDYfcWOOg-DTW3ygqblnsZWYKgc4MSPaOuDAqChSN1egi3gLOdCybWg3_UfKnvziUyX7v4nXMgsM1JuKQIFPKO1Wy_oczndB34Ll4xC7CwQJGAG6l84cYZP_fu37i72A/s320/airdibulan.jpg

Sebanyak 1 meter kubik tanah disebut-sebut bisa diperas untuk menghasilkan 1 liter air. Atau dalam satu botol soda akan bernilai air seukuran satu tablet obat.

Tapi banyak atau sedikitnya, menurut Profesor Larry Taylor, dari University of Tennessee, yang ikut menganalisis data M3, tidak penting. "Begitu ada molekul air, ini akan sangat mudah untuk memecahnya menjadi hidrogen dan oksigen, kemudian dari sana Anda akan memiliki bahan bakar roket," kata pakar geologi antariksa itu.

Hasil uji laboratorium terhadap sampel yang dibawa pulang dari misi Apollo 40 tahun lalu sebenarnya sudah memperlihatkan bahwa tanah dan batuan dari bulan sedikit lembap. Tapi ilmuwan tak berani menganulir kemungkinan kalau sampel menjadi "basah" ketika memasuki lingkungannya yang baru di bumi.

Jadilah mereka saat itu tidak bisa menolak atas kesimpulan tanah bulan yang kering, lebih kering dari gurun mana pun di Bumi. Teori ini didukung, termasuk oleh Taylor.

Tapi sekarang, bukan cuma Chandrayaan-1, wahana yang hilang per Agustus tahun lalu, namun, sudah sukses mengantar India untuk pertama kalinya ke orbit bulan, yang menyediakan konfirmasi atas keberadaan air di bulan.

Secara bersamaan, jurnal Science memuat hasil penelitian senada menggunakan data dari dua satelit mata-mata bulan yang sudah jauh lebih senior : Deep Impact, milik Amerika Serikat, serta Cassini, yang berbendera Amerika dan Eropa.


Penelitian pertama milik Jessica Sunshine, astronom dari University of Maryland, dan koleganya, yang menggunakan teknik pemetaan inframerah oleh wahana Deep Impact. Penegasan berikutnya dilakukan Roger Clark, dari Badan Survei Geologi, dan koleganya menggunakan spektrometer milik Cassini.

"Selama ini kita selalu berpikir bahwa bulan itu mati," kata Sunshine.


Ternyata bulan yang selama ini di anggap hanya tanah dan bebatuan belaka, memiliki molekul air juga. Meski, tidak melimpah ruah seperti di bumi, setidaknya hal ini memberi inspirasi baru tentang bulan. (",)v




Sumber : ectic.blogspot.com, berbagai sumber lainnya
Editor : AdeL`FarouK Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”

Lazada Indonesia