tag:blogger.com,1999:blog-8658756275659545622024-03-18T16:48:07.031+07:00Sayap-Sayap Kehidupan Mengembangkan Sayap-Sayap Menuju Kehidupan Hari Esok Nan Gemilang
SiR AdeLhttp://www.blogger.com/profile/13909011354551521784noreply@blogger.comBlogger3050125tag:blogger.com,1999:blog-865875627565954562.post-19441513709384688232016-02-01T09:00:00.000+07:002016-02-01T09:00:03.254+07:00Kehidupan Akhirat (Renungan)<br />
<img alt="Sayap-Sayap Kehidupan siradel.blogspot.com" src="http://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/pengetahuan-tentang-akhirat-ilustrasi-_120228133052-869.JPG" style="height: 205px; width: 320px;" title="Sayap-Sayap Kehidupan siradel.blogspot.com" width="400" />
<br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Kehidupan di dunia ini sebenarnya adalah kehidupan menuju akhirat. Ia
adalah jembatan yang mesti dilalui oleh setiap manusia sebelum menempuh
alam akhirat. Bahasa sederhananya, kehidupan dunia adalah medan
persediaan dan persiapan untuk menuju kehidupan akhirat yang kekal
sepanjang zaman. Ar-Raghib mengatakan, Kekal adalah terbebasnya sesuatu
dari segala macam kerusakan dan tetap dalam keadaan semula.”<br />
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Kehidupan dunia ini merupakan jembatan penyeberangan, bukan tujuan
akhir dari sebuah kehidupan, melainkan sebagai sarana menuju kehidupan
yang sebenarnya, yaitu kehidupan akhirat. Karena itu, Al Qur'an menamainya
dengan beberapa istilah yang menunjukkan hakikat kehidupan yang
sebenarnya.<br />
<br />
<i>Pertama</i>, al-hayawan (kehidupan yang sebenarnya). Tiadalah kehidupan
dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat
itulah yang sebenarnya kehidupan kalau mereka mengetahui.” (QS.
al-Ankabut (29) : 64)<br />
<br />
<i>Kedua,</i> dar al-qarar (tempat yang kekal). Hai kaumku, sesungguhnya
kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara), dan sesungguhnya
akhirat itulah negeri yang kekal.” (QS. Ghafir (40) : 39)<br />
<br />
<i>Ketiga,</i> dar al-jaza’ (tempat pembalasan). Di hari itu, Allah akan
memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah
mereka bahwa Allah lah yang benar lagi yang menjelaskan (segala sesuatu
menurut hakikat yang sebenarnya).” (QS. an-Nur (24) : 25)<br />
<br />
<i>Keempat,</i> dar al-muttaqin (tempat yang terbaik bagi orang yang
bertakwa). Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: ‘Apakah yang
telah diturunkan oleh Tuhanmu?’ Mereka menjawab: ‘(Allah telah
menurunkan) kebaikan.’ Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini
mendapat (pembalasan) yang baik. Sesungguhnya kampung akhirat adalah
lebih baik, dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa.” (QS.
an-Nahl (16) : 30).<br />
<br />
Dengan demikian, setelah manusia mengetahui akan hakikat kehidupan
yang sebenarnya, mereka akan memberikan perhatian yang lebih besar pada
kehidupan akhirat yang kekal daripada kehidupan dunia yang fana ini.
Sebab, Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang
sekarang.” (QS. ad-Dhuha (93) : 4)<br />
<br />
Oleh karena itu, Sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang
beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki
buah-buahan dalam surga-surga itu. Mereka mengatakan: ‘Inilah yang
pernah diberikan kepada kami dahulu.’ Mereka diberi buah-buahan yang
serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci, dan
mereka kekal di dalamnya.” (QS. al-Baqarah (2) : 25). Wallahu a’lam.<br />
<br /></div>
<a href="http://siradel.blogspot.com/" style="font-family: verdana;" target="new">(",)v</a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 100%;">Sumber : republika.co.id</span><span style="font-size: 100%;"><br /><span style="font-family: "verdana";">Oleh : Imam Nur Suharno</span>
</span>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Balas</div>SiR AdeLhttp://www.blogger.com/profile/13909011354551521784noreply@blogger.com15tag:blogger.com,1999:blog-865875627565954562.post-14139948675804859902016-01-28T09:00:00.000+07:002016-01-28T09:00:04.525+07:00Kikir Dikecam Oleh Allah SWT (Renungan)<br />
<a href="http://majalahouch.com/newversion/wp-content/uploads/2013/04/pelit.jpg" imageanchor="1"><img alt="Sayap-Sayap Kehidupan" border="0" src="http://majalahouch.com/newversion/wp-content/uploads/2013/04/pelit.jpg" height="205" title="Rasulullah Muhammad SAW" width="320" /></a>
<br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Ketika menjadi khalifah, Sayidina Abu Bakar Siddiq pernah memerangi
orang-orang yang menolak untuk melaksanakan kewajiban membayar zakat.
Bagi Sang khalifah, apabila penolakan itu dibiarkan, maka ketaatan umat
Islam terhadap ajaran Rasulullah SAW dan Allah SWT akan semakin menipis.
Penolakan itu juga yang menunjukkan, bahwa mereka masih menyimpan salah satu
sifat yang tercela, yakni kikir.<br />
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Kikir jelas merupakan sifat yang nyata-nyata dikecam oleh Allah SWT.
Firman-Nya, ''Ingatlah, kalian adalah orang-orang yang diminta untuk
menafkahkan sebagian harta kalian di jalan Allah, namun di antara kalian
terdapat orang-orang yang bakhil. Siapa pun yang bersikap bakhil
(kikir), maka sesungguhnya ia bakhil (kikir) terhadap dirinya sendiri,
sebab Allah Mahakaya dan kalian adalah orang-orang miskin.'' (QS. Muhammad :
38)<br />
<br />
Dari ayat di atas jelaslah bahwa orang-orang kikir adalah mereka yang
mempunyai harta, namun ketika diminta untuk menafkahkan sebagiannya di
jalan Allah, mereka menolak. Menafkahkan harta di jalan Allah itu
macam-macam, antara lain, zakat, infak, sedekah, dan memberi makan anak
yatim-piatu. Padahal, Allah SWT telah menjamin bahwa segala sesuatu yang
diinfakkan dalam kerangka fi sabilillahtidak akan menjadi perbuatan
yang sia-sia. ''Apa pun yang kalian infakkan, maka Dia (Allah) akan
menggantikannya. Dialah sebaik-baik pemberi rezeki." (QS. Saba : 39)<br />
<br />
Ada beberapa penyebab tertentu dari kekikiran. Di antaranya adalah takut miskin.<br />
<br />
Mengenai hal ini, Khalifah Ali bin Abi Thalib pernah menyatakan,
''Aku heran dengan orang yang kikir karena ia hanya mempercepat laju
kemiskinannya, padahal ia berusaha lari dari kemiskinan. Ia kehilangan
kesenangan hidup yang ia dambakan (karena tidak menikmati hartanya
akibat kebakhilannya). Ia hidup seperti orang yang miskin, namun ia
harus mempertanggungjawabkan hartanya pada hari kiamat seperti orang
kaya.''<br />
<br />
Motif lain dari kekikiran adalah sikap berlebihan atau kekhawatiran
berlebihan terhadap masa depan keluarga. Orang yang demikian lebih suka
menabung seluruh uangnya untuk masa depan anak-anak/keluarga daripada
menginfakkan sebagian daripadanya di jalan Allah. Mereka berkeyakinan,
harta akan dapat melindungi masa depan anak-anaknya. Padahal, Al Qur'an
telah memberi petunjuk bahwa kekayaan dan anak-anak hanyalah
cobaan/fitnah. (QS. Al-Anfal : 28)<br />
<br />
Motif berikutnya dari kekikiran adalah cinta harta secara berlebihan
tanpa menganggapnya sebagai sarana ibadah. Mereka ini mengira bahwa
zakat, infak, dan sedekah akan mengurangi hartanya. Padahal, Allah lah
penetap segala rezeki.<br />
<br />
Sebagai individu yang hidup di tengah masyarakat, sifat kikir pasti
mempunyai konsekuensi yang bisa merugikan diri sendiri. Minimal ada dua
kerugian bagi orang yang kikir.<br />
<br />
<i>Pertama,</i> kerugian ketika di dunia, yaitu
menimbulkan rasa permusuhan dan kebencian di antara orang-orang dekat
dan warga sekitar di mana ia tinggal. Paling tidak kikir telah
menimbulkan rasa tidak senang pada orang lain. Selain itu, orang yang
kikir adalah orang yang letih. Ia mengerahkan seluruh kemampuannya untuk
menimbun kekayaan, namun ia tidak menikmati hartanya. Karena, ahli
warisnyalah yang akan menikmatinya.<br />
<br />
<i>Kedua,</i> kerugian yang diterima pada hari pembalasan nanti bagi orang kikir yakni,
orang yang kikir akan mempertanggungjawabkan harta kekayaannya pada hari
akhir nanti layaknya orang kaya. Padahal, seperti yang telah disebutkan
bahwa ia hidup di dunia ini layaknya orang miskin yang terus-menerus
mengejar harta, namun ia tidak menikmatinya.<br />
<br /></div>
<a href="http://siradel.blogspot.com/" style="font-family: verdana;" target="new">(",)v</a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 100%;">Sumber : republika.co.id</span><span style="font-size: 100%;"><br />
</span>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Balas</div>SiR AdeLhttp://www.blogger.com/profile/13909011354551521784noreply@blogger.com16tag:blogger.com,1999:blog-865875627565954562.post-88935297725511959122016-01-25T09:00:00.000+07:002016-01-25T09:00:00.139+07:00Mendoakan Orang Mati (Renungan)<br />
<img height="216" src="http://3.bp.blogspot.com/-I9Ymf0WOhLw/T6eDkqf9pkI/AAAAAAAACeQ/DmKFWY88PCE/s320/cahaya+diatas+cahaya.jpg" width="320" /><br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Setiap makhluk hidup pasti akan mati, tidak terkecuali manusia. Allah SWT berfirman, “<i>Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.</i>” (QS. Ali'Imran (3) : 185).<br />
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Jika kematian sudah tiba, tak ada seorang pun yang dapat bersembunyi atau lari darinya. Allah SWT berfirman, “<i>Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kukuh.</i>” (QS. an-Nisa' (4) : 78). <br />
<br />
Jika
manusia sudah mati, tak ada lagi amal saleh yang bisa dilakukan. Apakah
dengan demikian ia benar-benar terputus dari pahala? Rasulullah SAW
bersabda, “<i>Seorang mayat dalam kuburnya seperti orang tenggelam yang
sedang meminta pertolongan. Dia menanti-nanti doa ayah, ibu, anak, dan
kawan yang tepercaya. Apabila doa itu sampai kepadanya, itu lebih ia
sukai daripada dunia berikut segala isinya. Dan sesungguhnya Allah
menyampaikan doa penghuni dunia untuk ahli kubur sebesar gunung. Adapun
hadiah orang-orang yang hidup kepada orang-orang mati ialah memohon
istighfar kepada Allah untuk mereka dan bersedekah atas nama mereka.</i>” (HR. Ad-Dailami) <br />
<br />
Pada
hadis di atas ditegaskan bahwa orang yang sudah mati sesungguhnya masih
bisa menerima kiriman pahala berupa doa-doa kebaikan yang dilantunkan
oleh sanak keluarga atau teman-teman yang khusus ditujukan untuknya. <br />
<br />
Digambarkan,
ia begitu gembira dengan kiriman doa tersebut melebihi kegembiraan
mendapatkan kekayaan sebesar dunia beserta isinya. <br />
<br />
Dalam hadis
lain ditegaskan bahwa orang yang telah mati, tetap bahkan terus-menerus
mendapatkan pahala dari beberapa hal, yaitu dari amal jariah, ilmu yang
bermanfaat, dan doa anak saleh. <br />
<br />
Rasulullah SAW bersabda, “<i>Jika
seorang manusia itu meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali
dari tiga perkara, yaitu sedekah yang mengalir atau ilmu pengetahuan
yang dapat diambil manfaatnya, atau anak saleh yang mendoakan padanya.</i>” (HR. Muslim) <br />
<br />
Seperti
disebutkan pada hadis di awal, doa untuk orang mati yang sangat
diharapkan adalah doa istighfar atau permohonan ampunan. Dalam hadis
lain dikatakan, Utsman bin Affan menuturkan, apabila Rasulullah SAW
telah selesai menguburkan jenazah, beliau bersabda, “<i>Mintakanlah
ampunan untuk saudara kalian ini, dan mohonkanlah keteguhan untuknya,
karena sesungguhnya ia sekarang sedang ditanya.</i>” (HR. Abu Dawud) <br />
<br />
Tidak
hanya menyuruh, beliau juga melakukannya langsung. Disebutkan, beliau
berdoa untuk orang-orang yang mati lalu dikuburkan di permakaman Baqi
Gharqad, “<i>Ya Allah, ampunilah orang-orang yang dikuburkan di Baqi Gharqad.</i>” (HR. Muslim) <br />
<br />
Di hadis lain, beliau berdoa, “<i>Ya Allah, ampunilah orang-orang yang masih hidup di antara kami, dan juga orang-orang yang telah meninggal di antara kami.</i>” (HR. At-Tirmidzi) <br />
<br />
Doa
istighfar untuk mayat ini terutama penting disampaikan oleh sanak
keluarganya karena merekalah yang paling dekat, baik secara nasab maupun
hubungan sosial. <br />
<br />
Di samping itu, ini merupakan bentuk nyata
kukuhnya ikatan kekeluargaan (silaturahim) di antara mereka. Jadi,
ikatan itu tidak pernah terputus meskipun kematian memisahkan alam
mereka. Ikatan itu akan tetap ada selamanya. <i>Wallahu A'lam. </i><br />
<br /></div>
<a href="http://siradel.blogspot.com/" style="font-family: verdana;" target="new">(",)v</a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 100%;">Sumber : republika.co.id</span><span style="font-size: 100%;"><br /><span style="font-family: "verdana";">Oleh : Nur Faridah</span>
</span>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Balas</div>SiR AdeLhttp://www.blogger.com/profile/13909011354551521784noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-865875627565954562.post-76578745657330236602016-01-23T09:00:00.000+07:002016-01-23T09:00:00.191+07:00Lima Keutamaan Bershalawat Nabi (Renungan)<br />
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-aVUzgvbo2Pg/UscaSTj2p_I/AAAAAAAAAhc/UydxceswyzE/s1600/muhammadsaw.jpg" imageanchor="1"><img alt="Sayap-Sayap Kehidupan" border="0" height="205" src="http://4.bp.blogspot.com/-aVUzgvbo2Pg/UscaSTj2p_I/AAAAAAAAAhc/UydxceswyzE/s320/muhammadsaw.jpg" title="Rasulullah Muhammad SAW" width="320" /></a>
<br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Salah satu refleksi dari kecintaan seseorang kepada Rasulullah
Muhammad SAW adalah membaca shalawat untuknya. Hal ini dipertegas dalam
Al Qur'an surah al-Ahzab (33) ayat 56.<br />
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
"Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya."<br />
<br />
Bershalawat artinya, jika datang dari
Allah berarti pemberian rahmat, dari malaikat berarti memintakan
ampunan, dan jika dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi
rahmat.<br />
<br />
Membaca shalawat, selain sebagai perintah secara langsung
dari Allah SWT—yang Dia dan para malaikat mencontohkannya—juga memiliki
banyak keutamaan yang akan didapat oleh orang-orang yang
mengamalkannya.<br />
<br />
<i>Pertama,</i> dikabulkan doanya. Rasulullah SAW
bersabda, "Apabila salah seorang di antara kamu membaca shalawat,
hendaklah dimulai dengan mengagungkan Allah Azza wa Jalla dan
memuji-Nya. Setelah itu, bacalah shalawat kepada Nabi. Dan setelah itu,
barulah berdoa dengan doa yang dikehendaki." (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan
Tirmidzi)<br />
<br />
Dalam hadis yang lain, "Setiap doa akan terhalang
(untuk dikabulkan) hingga dibacakan shalawat kepada Muhammad dan
keluarganya." (HR. Thabrani)<br />
<br />
<i>Kedua,</i> dijanjikan pahala berlipat.
Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang bershalawat kepadaku sekali,
maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali." (HR. Muslim, Abu
Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i)<br />
<br />
<i>Ketiga,</i> diangkat derajatnya. Pada
suatu pagi Rasulullah tampak bahagia seperti terlihat dari kecerahan
wajahnya. Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, pagi ini Engkau tampak
bahagia seperti terlihat dari kecerahan wajahmu." Beliau bersabda,
"Memang benar. Semalam aku ditemui oleh seorang utusan Tuhanku Yang
Maha Agung. Dia berkata, 'Barang siapa di antara umatmu yang bershalawat
kepadamu sekali, maka Allah menuliskan baginya sepuluh kebaikan,
menghapuskan dari dirinya sepuluh keburukan, meninggikannya sebanyak
sepuluh derajat, dan mengembalikan kepadanya sepuluh derajat pula'." (HR.
Ahmad)<br />
<br />
<i>Keempat,</i> dikumpulkan di surga bersama Nabi. Rasulullah
SAW bersabda, "Manusia yang paling berhak bersamaku pada hari kiamat
ialah yang paling banyak membaca shalawat kepadaku." (HR. Tirmidzi)<br />
<br />
<i>Kelima,</i>
mendapatkan syafaat Nabi. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya orang
yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya
sepuluh kali. Lalu, mintalah kepada Allah wasilah untukku karena wasilah
adalah sebuat tempat di surga yang tidak akan dikaruniakan, melainkan
kepada salah satu hamba Allah. Dan, aku berharap bahwa akulah hamba
tersebut. Barang siapa memohon untukku wasilah, maka ia akan meraih
syafaat." (HR. Muslim)<br />
<br />
Semoga Allah meringankan lisan kita untuk selalu membaca shalawat kepada Nabi SAW dan meraih keutamaannya. Amin.<br />
<br /></div>
<a href="http://siradel.blogspot.com/" style="font-family: verdana;" target="new">(",)v</a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 100%;">Sumber : republika.co.id</span><span style="font-size: 100%;"><br /><span style="font-family: "verdana";">Oleh : Imam Nur Suharno</span>
</span>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Balas</div>SiR AdeLhttp://www.blogger.com/profile/13909011354551521784noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-865875627565954562.post-5605088033914839502015-01-29T09:00:00.000+07:002016-01-23T02:27:27.165+07:00Pandai Berkaca (Renungan)<br />
<img alt="Sayap-Sayap Kehidupan siradel.blogspot.com" src="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTT_3mZylkFu5w1i7svsdStFFyRJ5fJGqhEiTyYQunZDDZ4g6H3" style="height: 277px; width: 228px;" title="Sayap-Sayap Kehidupan siradel.blogspot.com" />
<br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
“<i>Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada. Dan
sertailah keburukan dengan kebaikan niscaya akan menutupinya. Dan
bergaulah dengan manusia dengan akhlak yang terpuji</i>”. (HR. At-Tirmidzi dari Mu’az bin Jabal ra.) <br />
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Dalam <i>Matan Arba’in</i>
Imam an-Nawawi, (Hadits ke-35) mengutip nasehat Rasulullah SAW yang
menjelaskan, bahwa ketakwaan itu bersumber dan bermuara di dalam hati
seseorang. <br />
<br />
Maka jangan hasad, tipu menipu, benci membeci, jauh
menjauhi, menzhalimi dan menghina. Setiap muslim itu bersaudara,
sehingga haram darah, harta dan kehormatannya. (HR.Muslim). <br />
<br />
Jangan
sombong, karena Allah tak suka kepada kesombongan walau hanya sebiji
sawi. (HR. Muslim). Allah SWT tidak melihat seseorang dari tampilan
jasmaniyah dan rupa, tapi dari hati dan amal perbuatan. (HR. Muslim). <br />
<br />
Tidak
patut menghina, mencari-cari kesalahan, menzalimi dan menghukumi orang
lain, meskipun secara lahiriyah ia berbuat kesalahan.<br />
<br />
Jangan mengejek, menertawakan kekurangan dan menggunjing. Semua
manusia sama di hadapan Allah, kecuali karena ketakwaannya.
(QS. 49:11-13). <br />
<br />
Jangan pula karena kebencian, kita tidak adil,
menghina dan mengambil haknya. Adil dan baik dekat dengan ketakwaan
(QS. 5:8, 16:90). <br />
<br />
Syaikh Abdul Kadir al-Jailani (1077-1166 M),
seorang ulama dan sufi yang sangat terkenal khususnya di kalangan dunia
tasawuf dan pengamal tarekat pernah memberi petuah berharga. <br />
<br />
Ibnu Hajar al-Asqalani, dalam buku <i>Nashaihul ‘Ibad </i>(Bab.
III. makalah ke-21) menukil enam petuah bijaksana dari guru para sufi
tersebut agar menjadikan setiap orang yang kita temui menjadi cermin
hidup yang baik untuk meningkatkan kualitas, moralitas dan integritas
diri. <br />
<br />
<i>Pertama,</i> apabila engkau bertemu seseorang, katakanlah mungkin dia lebih baik dan lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Pesan ini mendorong kita untuk tidak meremehkan seseorang meskipun
secara tampilan lahiriyah bahkan juga kelakuannya sepintas kurang
berkenan. <br />
<br />
Menghormati dan memuliakan orang lain adalah perbuatan terpuji. Setiap orang punya kekurangan juga kelebihan. Tidak boleh menilai seseorang dari kelemahannya. Mungkin, dia punya keutamaan yang kita tidak miliki. <i>Don’t judge the book by the cover</i> (jangan nilai sebuah buku dari sampulnya).<br />
<br />
<i>Kedua,
</i> apabila engkau bertemu dengan orang yang lebih kecil (muda), katakanlah
dia belum berbuat dosa kepada Allah, tentu dia lebih baik.<br />
Bukankah seringkali orang tua <i>under estimate</i> (menilai rendah) kepada anak-anak karena usianya yang muda ? <br />
<br />
Padahal,
ilmu dan kearifan tidak selalu melekat dengan usia yang tua. Orang yang
muda bisa lebih berilmu dan arif melihat sesuatu. Islam mengajarkan orang tua harus menyangi yang lebih muda. Justru, orang tua harus kagum dan mau belajar kepada yang muda. <br />
<br />
<i>Ketiga,</i> apabila engkau bertemu dengan orang yang lebih tua, katakanlah dia telah banyak beribadah kepada Allah. Sepatutnya orang yang lebih muda menghormati dan memuliakan orang
yang lebih tua. Bukan termasuk seorang muslim yang baik, jika yang muda
tidak menghormati yang tua. <br />
<br />
Pandangan kita, bahwa orang tua
sudah lebih banyak kebaikan dan kontribusinya bagi umat, tentu membuat
kita hormat kepadanya dan berupaya untuk mengikuti langkahnya yang baik
itu. <br />
<br />
<i>Keempat,</i> apabila engkau bertemu dengan orang yang berilmu (<i>alim</i>),
katakanlah dia telah diberikan anugerah yang belum aku dapatkan,
mengatahui apa yang belum aku ketahui dan mengamalkan ilmunya. <br />
<br />
Ilmu
mendapat tempat terhormat dalam Islam, sehingga orang berilmu diberikan
derajat yang mulia. (QS. 58:11). Orang yang muda akan dituakan
(dibesarkan) karena ilmunya. Sementara orang tua akan dikecilkan karena
tidak berilmu. <br />
<br />
Jangan cari-cari kesalahan dan kekurangannya
untuk menjadi alasan tidak perlu belajar kepadanya. Ikuti yang baik dan
tinggalkan yang buruk darinya. <br />
<br />
<i>Kelima,</i> apabila engkau bertemu
dengan orang bodoh, katakanlah dia durhaka kepada Allah karena
kebodohannya, sementara aku berbuat dosa dengan pengetahuanku. <br />
<br />
Memang,
paling mudah kita memerehkan orang bodoh, tidak sekolah dan tidak
terpelajar. Sementara kita yang berpendidikan tinggi seakan paling
terhormat dan patut dihormati. <br />
<br />
Bukankah tindakan buruk yang merugikan orang banyak justru dilakukan oleh orang berilmu (<i>white crime</i>)? Korupsi dan kemaksiatan sosial dan politik dilakukan oleh orang terpelajar.<br />
<br />
<i>Keenam,</i>
apabila engkau bertemu dengan orang kafir (kufur), katakanlah, mungkin
juga aku bisa kafir sehingga berakhir dengan amal yang jelek. Nilai
dari sebuah amal diukur dari akhirnya. <br />
<br />
Orang saleh belum tentu
berakhir dengan kesalehan. Begitu pun orang durhaka (ahli maksiat) belum
tentu berakhir dalam kemaksiatan. <br />
<br />
Kita diajarkan untuk meminta diberi ujung hidup yang baik (<i>husnul khatimah)</i> dan dijauhkan dari akhir hidup yang buruk (<i>suul khatimah</i>).<br />
<br />
Imam Bukhari meriwayatkan : “<i>al-mukminu mir’atul mu’min</i>”
(seorang mukmin itu cermin bagi mukmin yang lain). Meskipun, kita
seringkali tidak pandai berkaca dari kehadiran seseorang. Merasa orang
baik itu tidak baik. Tentu, lebih baik merasa belum baik. <br />
<br />
Pada
akhirnya, kita tidak pernah tahu ujung dari perjalanan hidup ini. Apakah
ketika ajal tiba, hidup berakhir dalam kebaikan atau keburukan ? Itu
rahasia Ilahi. <br />
<br />
Merasa paling benar dan baik adalah
kesombongan. Kesombongan adalah dosa awal makhluk (Iblis) dan mengikuti
rayuannya adalah dosa pertama manusia (Nabi Adam AS), serta iri hati
(hasad) menjadi awal pertumpahan darah manusia pertama di muka bumi
(Qabil dan Habil). <i>Allahu a’lam bish-shawab.</i><br />
<br /></div>
<a href="http://siradel.blogspot.com/" style="font-family: verdana;" target="new">(",)v</a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 100%;">Sumber : republika.co.id</span><span style="font-size: 100%;"><br /><span style="font-family: "verdana";">Oleh : Ustadz Hasan Basri Tanjung, MA</span>
</span>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Balas</div>SiR AdeLhttp://www.blogger.com/profile/13909011354551521784noreply@blogger.com11tag:blogger.com,1999:blog-865875627565954562.post-85487324708926877482015-01-28T08:00:00.000+07:002015-01-29T08:46:00.624+07:00Galau dan Gelisah, Inilah Obat Mujarabnya <br />
<img alt="Sayap-Sayap Kehidupan siradel.blogspot.com" border="0" src="http://ngapainaja.com/wp-content/uploads/2014/12/Resep-anti-galau.jpg" height="231" title="Sayap-Sayap Kehidupan siradel.blogspot.com" width="320" />
<br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Galau atau gelisah bisa dialami oleh setiap orang. Biasanya kondisi
mentalitas ini disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, di antaranya
adalah ketidakberdayaan menanggung beban hidup, kegagalan, tekanan
eksternal dan permasalahan berat lain yang menerpanya.<br />
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Efek dari kondisi ini biasanya ialah timbulnya gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan, terutama kesehatan jiwa. <br />
<br />
Sebuah
kajian tentang kesehatan jiwa pernah menyebutkan, dari populasi orang
dewasa di Indonesia yang mencapai 150 juta jiwa, sekitar 11,6 persen
atau 17,4 juta jiwa mengalami gangguan kesehatan jiwa berupa gangguan
kecemasan dan depresi.<br />
<br />
Angka penderita gangguan jiwa tersebut
tentu saja mengundang rasa prihatin. Oleh karena itu, saya tertarik
untuk mengemukakan kembali tentang kebenaran Alquran yang menyatakan,
bahwa obat untuk menjadikan hati tenang dan tenteram serta terhindar
dari rasa gelisah dan keluh kesah, tidak lain adalah keimanan kepada
Allah SWT yang disertai kebiasaan berdzikir (mengingat Allah). (QS.
Ar-Ra’du :28) <br />
<br />
Secara ilmiah pula, para pakar kedokteran pun
telah sampai pada suatu kesimpulan, bahwa obat mujarab untuk mengobati
penyakit gelisah ini ialah bermuara kepada keimanan. <br />
<br />
William
James, seorang profesor ilmu jiwa di Universitas Harvard Amerika,
mengatakan bahwa obat yang paling ampuh terhadap penyakit gelisah tidak
lain adalah keimanan. <br />
<br />
Demikian juga Dr Karl Young, seorang
dokter ternama bidang kejiwaan pernah mengatakan, “Sesungguhnya setiap
orang sakit yang meminta kepada saya sejak 30 tahun lalu, yang berasal
dari seluruh pelosok dunia, rata-rata penyebab sakit mereka adalah
karena goyahnya akidah. Mereka tidak akan pernah sembuh, kecuali setelah
berusaha mengoptimalkan kembali keimanan mereka yang telah hilang
tersebut.”<br />
<br />
Demikianlah fakta ilmiah yang berhasil disimpulkan
oleh para pakar dan ilmuan yang pada hakikatnya mempamerkan bukti
kemukjizatan Alquran yang sudah lebih dulu menyatakan tentang urgensi
iman kepada Allah SWT dalam segala aspek kehidupan manusia, termasuk
fungsinya sebagai obat untuk mengatasi gelisah dan ganguan jiwa.<br />
<br />
Dalam
AlQuran pertengahan surah al-Ma’arij ditegaskan, bahwa sesungguhnya
manusia itu diciptakan bersifat galau lagi keluh kesah, kecuali sembilan
golongan, yaitu orang-orang yang melaksanakan shalat, orang-orang yang
terhadap hartanya telah disediakan bagian tertentu (zakat) atau hak yang
telah ditetapkan untuk orang-orang miskin, baik yang meminta atau pun
yang tidak meminta, orang-orang yang meyakini hari kiamat, orang-orang
yang takut terhadap azab Allah, orang-orang yang memelihara kemaluannya
dari perbuatan keji, orang-orang yang mampu menjaga dan menunaikan
amanat dan janji-janjinya, orang-orang yang memberikan kesaksiaannya dan
orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah golongan penghuni
surga lagi di muliakan. (QS. Al-Ma’arij : 19-35).<br />
<br /></div>
<a href="http://siradel.blogspot.com/" style="font-family: verdana;" target="new">(",)v</a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: verdana; font-size: 100%;">Sumber : republika.co.id</span><span style="font-size: 100%;"><br /><span style="font-family: verdana;">Oleh : Imron Baehaqi, MA</span>
</span>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Balas</div>SiR AdeLhttp://www.blogger.com/profile/13909011354551521784noreply@blogger.com14tag:blogger.com,1999:blog-865875627565954562.post-14245525163781075192015-01-27T07:30:00.000+07:002015-01-28T07:12:50.873+07:00Bersiap Menjadi Pemimpin (Renungan)<br />
<img alt="Sayap-Sayap Kehidupan siradel.blogspot.com" border="0" src="http://www.alsglobal.com/~/media/Images/Divisions/Life%20Sciences/General%20Life%20Sciences/Hero%20Image/Hero-Image-LifeSciences-General.jpg" height="231" title="Sayap-Sayap Kehidupan siradel.blogspot.com" width="320" />
<br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Beruntung orang yang beriman. Tapi jika hanya iman jelas tidaklah cukup. Karena itu cukupkanlah dengan amal saleh.<br />
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Tapi sayang, pesan dalam Alquran surah <i>al-‘Ashr,</i>
iman dan amal saleh masih dianggap belum cukup; kecuali dibersamai
dengan upaya saling mengingatkan kepada kebaikan dan kesabaran.<br />
<br />
Pesan
moral dalam Alquran surat ke-103 ini melandasai atas pentingnya
nilai-nilai yang disebut di atas. Bahkan atas dasar itu Allah harus
turut bersumpah atas nama makhluk-Nya yang bernama ‘waktu’ (<i>al-‘Ashr</i>). <br />
<br />
Ada
hasrat Allah yang tersurat, yaitu ingin supaya semua manusia berada
dalam keberuntungan hidup bukan justru berkubang dalam sumur kerugiaan. <br />
<br />
Nah, untuk menyebut supaya kita tidak didera kerugiaan (<i>lafii khusrin</i>),
maka upaya memupuk keimanan dan amal saleh harus juga disertai dengan
usaha saling mengingatkan kepada kebaikan dan kesabaran. <br />
<br />
Kenapa
harus iman? Karena ia adalah fondasi; hal yang fundamental dalam
membangun sikap keberagamaan manusia. Iman yang menyebabkan <i>amn,</i> rasa aman, damai dan tenang dalam menapak di planet kehidupan. <br />
<br />
Iman pula yang menghadirkan rasa tanggun jawab (<i>amaanah</i>) dalam hidup. Karena iman ia akan dipercaya (<i>amiin</i>) dan dalam setiap rangkaian harap dan doa akan sangat didengar (<i>aamiin</i>). <br />
<br />
Ada keselamatan dan bimbingan keberuntungan hidup dengan kita beriman. Alquran surat an-Nisa, 138 menyebut, “<i>Barangsiapa
yang tidak beriman (kufur) kepada Allah, malaikat, kitab-kitab Allah,
para rasul, dan Hari Akhir maka ia tersesat dengan kesesatan yang jauh</i>.”<br />
<br />
Lalu
kenapa kita harus beramal saleh dan saling menasehati dalam kebaikan
dan kesabaran? Karena di hampir semua ayat dalam Alquran, kata iman
selalu digandeng dengan kata amal saleh. <br />
<br />
Kalau iman banyak
berhubungan dengan garis vertikal, maka amal saleh dan kebajikan lain
lebih sering berkaitan dengan sesuatu yang horizontal.<br />
<br />
Kedua
konsep ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena
apabila salah satu dari keduanya tiada, maka kesempurnaan dari salah
satunya akan berkurang. <br />
<br />
Hal ini terlihat dari sabda Nabi SAW:
“Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima
amal perbuatan tanpa iman.” (HR. Ath-Thabrani).<br />
<br />
Seperti dalam firman-Nya: “<i>Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. </i>(QS. Al-Baqarah : 82).<br />
<br />
Yang
luar biasa adalah yang disebut dalam Alquran surat an-Nuur, Allah
menjanjikan satu keadaan yang istimewa saat nilai keimanan dan amal
saleh telah dihidupkan. <br />
<br />
Apalagi sampai upaya luhur saling memberi nasehat kepada kebaikan dan kesabaran terus diciptakan. Pendeklarasian Allah yaitu <i>Bersiaplah untuk menjadi pemimpin di muka bumi</i>!<br />
<br />
“<i>Dan
Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu
dan yang beramal saleh, sungguh mereka akan 'memimpin' di muka bumi,
sebagaimana orang-orang yang terdahulu sebelum mereka telah memimpin,
dan sungguh Allah akan meneguhkan kedudukan agama mereka yang telah
diridhai oleh Allah untuk mereka. Juga akan diubah keadaan mereka oleh
Allah sesudah mereka merasa ketakutan menjadi aman sentosa</i>...” (QS. An Nuur : 55).<br />
<br />
<i>Subhnallah</i>, langkah strategis saat <i>syahwat</i>
memimpin sedang menggelayuti kita. Tidak harus berburu apalagi saling
sikut, kita hanya cukup bersiap dengan upaya menanamkan iman, amal saleh
dan terus berupaya saling menasehati kepada kebaikan dan kesabaran.<br />
<br /></div>
<a href="http://siradel.blogspot.com/" style="font-family: verdana;" target="new">(",)v</a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: verdana; font-size: 100%;">Sumber : republika.co.id</span><span style="font-size: 100%;"><br /><span style="font-family: verdana;">Oleh : Ustadz Muhammad Arifin Ilham</span>
</span>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Balas</div>SiR AdeLhttp://www.blogger.com/profile/13909011354551521784noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-865875627565954562.post-60231134059302375352015-01-26T07:30:00.000+07:002015-01-27T02:30:56.155+07:00Pelajaran Penting Dari Pohon Untuk Pemimpin (Renungan)<br />
<img alt="Sayap-Sayap Kehidupan siradel.blogspot.com" border="0" src="http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/ilustrasi-_121122193819-853.jpg" height="231" title="Sayap-Sayap Kehidupan siradel.blogspot.com" width="320" />
<br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Banyak sekali hal yang bisa kita pelajari dari sebuah pohon yang
sering sekali kita jumpai sehari-hari. Di negara tropis seperti
Indonesia ini, banyak sekali jenis dari pohon. Mulai dari pohon yag
memiliki kayu tidak terlalu lunak seperti sengon (<i>Parasesianthes falcataria</i>) sampai pohon yang kayunya sangat kuat seperti kayu Ulin (<i>zwgeri</i>).<br />
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Selain manfaat kayu yang memang bernilai ekonomis tinggi, juga banyak sekali
pelajaran kehidupan yang bisa kita contoh dari pohon ini. Setiap bagian
pada pohon memiliki keunikan masing-masing. Mulai dari akar yang
tesembunyi di dalam tanah sampai pucuk yang berada ditempat tertiggi.<br />
<br />
Pelajaran
pertama dimulai dari akar yag bersembunyi di dalam tanah. Dalam hal ini,
akar bukanlah bagian pemalas dan penakut yang hanya bisa bersembunyi
di dalam tanah. Bahkan kalaupun muncul dipermukaan, hanya sebagian kecil
dari tanah saja yang nampak. Jika dilihat dari luar, akar seolah tidak
bekerja. Padahal di dalam persembunyianya tersebut, akar berperan banyak
untuk demi pertumbuhan pohon tersebut. <br />
<br />
Akar menjadi penyuplai
bahan-bahan organic yang tergantung dalam tanah, menyerap air, dan yang
terpenting adalah menjadi penopang agar pohon tersebut tidak roboh.<br />
<br />
Sering kita melihat keindahan pohon dari buah, bunga ataupun daunnya,
padahal jika tanpa air, tentu akar-akar tersebut tidak akan pernah bisa
tumbuh.<br />
<br />
Begitulah sikap akar, ia bekerja maksimal walaupun tidak ada
yang menilai. Ia tidak pernah merasa dirugikan dengan hal tersebut.
Walaupun tidak ada yang memujinya, ia tetap memperlihatkan etos kerja
yang tinggi, sehingga pohon tetap bisa berdiri.<br />
<br />
Dalam kehdupan
manusia, sangat diperlukan orang seperti ini. Kadang kita menilai
prestasi seseorang hanya dilihat dari tampilan luarnya saja, padahal
dibalik kesuksesan tersebut, senantiasa ada orang yang mendukung prestasi
tersebut.<br />
<br />
Dibalik kesuksesan seseorang, ada orang tua yang senantiasa
mendoakan anaknya di setiap shalat, ada keluarga, teman, sahabat, dan
lingkungan yang mendukung.<br />
<br />
Di balik kesuksesan organisasi non-profit
yang ada, ada orang-orang yang tidak menampakkan dirinya, namun dia
memiliki peran dalam kesuksesan perusahaan.<br />
<br />
Setelah dari akar,
lanjut pada bagian batang. Batang pohon merupakan salah satu tempat
penyimpanan sisa hasil fotosintesis. Fungsi batang juga menjadi bagian
yang membuat pohon bisa berdiri tegak. Tanpa adanya batang, maka pohon
tidak akan disebut pohon, melainkan tumbuhan bawah ataupun semak
belukar. <br />
<br />
Batang merupakan pondasi dari bangunan pohon. Runtuhnya
pohon adalah karena rusak atau tak berfungsinya batang. Di dalam
batang, terdapat fungsi vital pohon, yaitu tempat menyalurkan air dari
akar sampai ke daun, ataupun mengalirkan sumber makanan dari daun
keseluruh tubuh. Batang juga merupakan organ yang membentuk model
arsitektur pohon, karena menghasilkan tunas, ranting, dan abang baru. <br />
<br />
Dalam
hidup, manusia membutuhkan penopang yang kuat. Jika diibaratkan akar
adalah pondasi hidup berupa iman, maka batang adalah aktivitas manusia.
Sebagai hasil dari aktivitas amal berupa buah yang hasilnya bermanfaat
bagi lingkungan.<br />
<br />
Manusia yang bermanfaat umumnya lahir dari amal
yang kokoh. Dengan amalnya, ia memberikan manfaat yang banyak. Hal ini
diibaratkan batang yang kuat, besar, tekstur tinggi, dan awet yang
menghasilkan kayu dengan kualitas tinggi.<br />
<br />
Setelah akar dan
batang, organ pohon lainnya adalah daun. Umumnya daun merupakan bagian
teratas dari sebuah pohon. Dan daun menjadi mahkota bagi sebuah pohon
karena mampu membuat kesejukan dengan kerindangannya. Fungsi utama dari
sebuah daun adalah menangkap sinar matahari dan karbondioksida sebagai
sumber utama pertumbuhan pohon selain air. <br />
<br />
Daun juga sebagai
pelindung bagian bawah pohon dan tanah dari gangguan luar seperti panas,
hujan, dan badai. Daun berfungsi sebagai pelindung dengan
kerindangannya, dan juga dengan daya serapnya, sehingga daun dapat
menyerap berbagai macam gas termasuk gas beracun. Daun memiliki karakter
pelindung, peneduh, dan merubah hal yang berbahaya menjadi hal
bermanfaat. <br />
<br />
Orang berkarakter ini merupakan orang yang sangat dibutuhkan orang lain dan merupakan contoh ideal seorang pemimpin.<br />
<br />
Pemimpin
mempunyai peran pelindung saat anggotanya memiliki masalah. Pemimpin
menjadi peneduh dikala anggotanya sedang mengalami berbagai macam
tekanan, dan pemimpin memberikan solusi dikala ada sesuatu permasalahan
yang dihadapi. Pemimpin yang senantiasa memberikan kesegaran dan juga
semangat bagi para pengikutnya.<br />
<br />
Setiap kita adalah pemimpin
minimal untuk diri kita sendiri. Diri sendiri yang memiliki begitu
banyak potensi yang dikaruniakan Allah SWT. Untuk badan sendiri, kita harus
melindungi, memberikan hak yang layak, menghindarkannya dari bahaya, dan
memberikan kesegaran setiap saat. <br />
<br />
Jika kita sebagai pemimpin telah memberikan kesegaran, perlindungan, semangat dan lainnya, siapapun yang dipimpin akan merasakan manfaat yang besar dari keberadaan kita.<br />
<br /></div>
<a href="http://siradel.blogspot.com/" style="font-family: verdana;" target="new">(",)v</a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: verdana; font-size: 100%;">Sumber : republika.co.id</span><span style="font-size: 100%;"><br /><span style="font-family: verdana;">Oleh : Abdul Muis</span>
</span>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Balas</div>SiR AdeLhttp://www.blogger.com/profile/13909011354551521784noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-865875627565954562.post-28970801517815716962015-01-23T08:00:00.000+07:002015-01-26T04:31:14.719+07:00Etika Menasehati (Renungan)<br />
<img alt="Sayap-Sayap Kehidupan siradel.blogspot.com" border="0" height="231" src="https://semarengineer.files.wordpress.com/2012/01/sahabat.jpg" title="Sayap-Sayap Kehidupan siradel.blogspot.com" width="320" />
<br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Mu’awiyah bin Hakam Salmi r.a. berkata, “Ketika aku mengunjungi kota
Madinah karena hendak memeluk agama Islam, aku telah belajar banyak hal.
Salah satunya ialah aku hendaknya mengucapkan <i>Yarhamukallah</i> apabila seseorang bersin dengan mengucapkan Al-Hamdulillah.<br />
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Oleh karena aku baru memeluk agama Islam, aku tidak mengetahui hal itu tidak
boleh dilakukan ketika sedang shalat. Suatu ketika kami sedang
mengerjakan shalat tiba-tiba seseorang bersin, spontan saya berkata <i>Yarhamukallah.</i> Tiba-tiba semua orang melirik dengan marah ke arah saya. <br />
<br />
Oleh karena saya tidak mengetahui, bahwa di dalam shalat dilarang berbicara, saya pun membantah dengan berkata, “<i>Mengapa kalian marah kepadaku</i>?”<br />
<br />
Dengan memberi isyarat mereka menyuruh agar saya diam, tetapi saya tidak memahami isyarat mereka walaupun kemudian saya terdiam.<br />
<br />
Setelah
shalat selesai, Rasulullah SAW memanggil saya. Baginda Rasulullah SAW
tidak memukul, menghardik atau berlaku kasar kepada saya, baginda
Rasulullah SAW hanya bersabda, “<i>Tidak boleh berbicara dalam shalat. Shalat adalah untuk memuji kebesaran Allah, menganggungkan-Nya dan membaca Al-Qur’an.” </i><br />
<br />
Demi Allah, saya belum pernah menjumpai seorang guru yang begitu penyayang seperti baginda Rasulullah SAW.<br />
<br />
Kisah yang terdapat di dalam kitab <i>Fadhail A’mal</i>
karya Maulana Muhammad Zakariyya al Kandhalawi di atas, memberikan
pelajaran kepada kita bagaimana cara kita memberikan nasihat kepada
saudara kita, yakni dengan cara memanggilnya dan menasihatinya dengan kata-kata yang baik dan bijaksana.<br />
<br />
Itu
karena tujuan kita memberi nasihat kepada saudara kita bukan untuk
mempermalukannya, tetapi tersampaikannya kebaikan kepadanya agar saudara
kita dapat mengetahui kesalahannya dan memperbaiki kekeliruan atau kehilafannya tanpa merasa dihakimi dan direndahkan. <br />
<br />
Abu
Amr bin Ash-shalah berkata, “Nasihat adalah kalimat yang mengandung
pengertian, dimana pemberi nasihat menginginkan kebaikan pada yang
diberi nasihat.''<br />
<br />
''Orang yang memberi nasihat di depan umum yang
disertai hardikan dan kata-kata kasar, sama dengan orang yang jahat,
karena ia meruntuhkan dan menghancurkan martabatnya.'' <br />
<br />
Al-fudhail
bin Iyad berkata, “Orang Mukmin menutupi (aib saudaranya) dan memberi
nasihat, sedangkan orang jahat menghancurkan dan menghina.” (Jami’ul
ulum wa al-hikam).<br />
<br />
Para ulama salaf mengatakan, “<i>Barangsiapa
mengingatkan saudaranya, lalu ia melakukannya hanya antara dia dengan
saudaranya itu, maka itulah nasihat. Adapun yang menasihatinya di
hadapan orang lain, berarti telah mempermalukannya.”</i><br />
<br />
Imam syafi’i berakata, “<i>Barangsiapa
menasehati saudaranya dengan sembunyi-sembunyi, berarti ia telah
menasehati dan mengindahkannya. Barangsiapa menasehati dengan
terang-terangan, berarti ia telah mempermalukan dan memburukkannya.</i> (Shahih Muslim Bisyar An-Nawawi (2/24)).<br />
<br />
Untuk
itu, bila kita menasihati saudara kita yang berbuat salah, hendaknya
kita mencontoh Rasulullah SAW, yakni dengan memanggilnya atau menghampirinya.
Dan berkatalah dengan kata-kata yang baik dan bijaksana, agar apa
yang kita nasihatkan dapat diterima dan mengubah kesalahannya dan ia
mendapatkan kebaikan sebagaimana yang kita inginkan.<br />
<br /></div>
<a href="http://siradel.blogspot.com/" style="font-family: verdana;" target="new">(",)v</a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: verdana; font-size: 100%;">Sumber : republika.co.id</span><span style="font-size: 100%;"><br /><span style="font-family: verdana;">Oleh : H. Moch. Hisyam</span>
</span>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Balas</div>SiR AdeLhttp://www.blogger.com/profile/13909011354551521784noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-865875627565954562.post-18219034798277016302015-01-22T08:00:00.000+07:002015-01-23T00:12:23.242+07:00Seni Menikmati Air Mata (Renungan)<br />
<img alt="Sayap-Sayap Kehidupan siradel.blogspot.com" border="0" src="http://anatriera.files.wordpress.com/2008/10/2295705843_02bdbd92bd.jpg" height="231" title="Sayap-Sayap Kehidupan siradel.blogspot.com" width="320" />
<br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada
hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari
neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung.
Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
” (QS. Ali imran: 185)<br />
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Pergantian siang dan malam, bahagia dan
duka, juga antara hidup dan mati, Allah pergilirkan sesuai dengan apa
yang telah Dia gariskan untuk segenap hamba-hambaNya. Bukan tanpa maksud
Allah mempergilirkan segala yang terjadi di langit maupun bumi. <br />
<br />
Tujuan
dari pergiliran itu adalah agar manusia ‘belajar’ dalam hidupnya.
Belajar bahwa untuk mendapatkan kesempurnaan pahala, membutuhkan usaha
selama di dunia. Usaha itu salah satunya adalah menanam amal baik kepada
Allah dan sesama. Dalam ‘usaha’ pendekatan diri pada Allah itulah
bahagia dan duka menemani kita. <br />
<br />
Air mata sebagai simbol
keikhlasan maupun ketidakrelaan atas ketetapan Tuhan Goresan tinta
takdirNya seakan sulit diterima makhluk-Nya. Kendati memang, apapun yang
digariskan adalah demi kebaikan hamba-hambaNya.<br />
<br />
Airmata adalah
anugerah yang Allah berikan sebagai bukti bahwa adakalanya manusia
ditimpa cobaan hingga mereka tak sanggup lagi memikulnya, maka Tuhan
menjadi sandaranNya agar ia menjadi kuat. Pun saat makhluk tak lagi
menjadi ‘sahabat’ untuk semua beban hidup kita, ada Sang Maha Segalanya
yang mau meringankan beban hidup, tanpa pandang seberapa berat beban
itu. Dalam hal ini, Rasulullah SAW menganjurkan untuk memperbanyak
bacaan hauqalah (Laa haula walaa quwwata illa billah) sebagai bukti
bahwa kita tak memiliki daya apapun atasNya.<br />
<br />
Al Qur'an sebagai
sebaik-baiknya pedoman hidup juga berbicara perihal airmata (tangisan).
Dua di antaranya ialah tangisan Ahli Kitab saat mereka mengetahui
kebenaran Nabi Muhammad SAW. Salah satu di antara mereka ialah paman
Sayyidatina, Siti Khadijah Waraqah bin Naufal.<br />
<br />
“Dan apabila
mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu
lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur'an)
yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya
berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama
orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur'an dan kenabian
Muhammad SAW)”. (QS. al-Maaidah: 83)<br />
<br />
Airmata jenis ini
dirasakan oleh Ahli Kitab yang hatinya tersentuh oleh sebuah hidayah.
Mereka merasa mendapatkan kebenaran atas Al Qur'an yang dibawa oleh
Rasulullah SAW. Inilah jenis airmata simbol keharuan yang meninggalkan
ketenangan yang luar biasa dahsyat dari Allah SWT.<br />
<br />
Airmata kedua ialah airmata Nabiyallah Ya’kub AS sebab menahan kerinduan pada anaknya, Yusuf AS.<br />
<br />
“Dan
Ya'qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: "Aduhai
duka citaku terhadap Yusuf", dan kedua matanya menjadi putih karena
kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap
anak-anaknya).
<br />
Mereka berkata: "Demi Allah, senantiasa kamu mengingati Yusuf,
sehingga kamu mengidapkan penyakit yang berat atau termasuk orang-orang
yang binasa".<br />
Ya'qub menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan
kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu
tiada mengetahuinya." (QS. Yusuf: 84-86)<br />
<br />
Pada tingkat
airmata ini, Ya’qub AS sudah memiliki kepasrahan total pada Allah, sehingga ia sudah bersahabat dengan airmata dan duka. Kehilangan buah
hati yang amat dicintanya disusul kehilangan Bunyamin, putra keduanya,
membuat Ya’qub bertambah sedih. Namun, ia nikmati semua itu sebagai buah
pengabdian dirinya pada Tuhan.<br />
<br />
<i>Wallahu a’lam</i><br />
<br /></div>
<a href="http://siradel.blogspot.com/" style="font-family: verdana;" target="new">(",)v</a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: verdana; font-size: 100%;">Sumber : republika.co.id</span><span style="font-size: 100%;"><br /><span style="font-family: verdana;">Oleh : Ina Salma Febriany</span>
</span>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Balas</div>SiR AdeLhttp://www.blogger.com/profile/13909011354551521784noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-865875627565954562.post-53444200922367921612015-01-21T08:00:00.000+07:002015-01-23T00:13:23.332+07:00Penyapu Masjid (Renungan)<br />
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-aVUzgvbo2Pg/UscaSTj2p_I/AAAAAAAAAhc/UydxceswyzE/s1600/muhammadsaw.jpg" imageanchor="1"><img alt="Sayap-Sayap Kehidupan" border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-aVUzgvbo2Pg/UscaSTj2p_I/AAAAAAAAAhc/UydxceswyzE/s320/muhammadsaw.jpg" height="205" title="Rasulullah Muhammad SAW siradel.blogspot.com" width="320" /></a>
<br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Perempuan hitam yang biasa menyapu masjid itu meninggal dunia. Nabi SAW tidak diberi tahu oleh para sahabat akan kematiannya.<br />
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Maka saat Nabi masuk masjid dan tidak melihatnya, beliau bertanya tentang
perempuan itu, “Di mana dia dan apa kabarnya?” Para sahabat baru
menyampaikan bahwa ia telah meninggal dunia.<br />
<br />
Ada kesan para sahabat menganggap kecil urusan tersebut, sehingga merasa tak perlu mengabarkannya kepada Nabi.
<br />
<br />
Nabi tampak marah seraya berkata, “Mengapa kalian tidak memberitahukan hal
itu kepadaku? Tunjukkan di mana kuburannnya!” Lalu, Nabi pun mendatangi
kuburannya dan shalat (jenazah) di atasnya.<br />
<br />
Kisah di atas disebutkan dalam kitab <i>Shahih Bukhari, Shahih Muslim,</i> dan kitab-kitab hadis lainya. Maka, kisah di atas adalah sahih, tak ada keraguan di dalamnya. <br />
<br />
Dalam riwayat Baihaqi, perempuan itu bernama Ummu Mihjan. (Lihat: <i>Subulus Salaam</i>). Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kisah tersebut. <i>Pertama,</i> betapa besar kecintaan dan perhatian Nabi terhadap umatnya.<br />
<br />
Nabi
sangat mencintai dan memperhatikan umatnya, baik laki-laki maupun
perempuan, yang kaya maupun yang miskin, yang putih maupun yang hitam,
dan yang tua maupun yang muda. (QS. at-Taubah: 128). <br />
<br />
<i>Kedua,</i>
pemimpin itu tidak hanya memperhatikan umatnya dari sisi urusan dunia,
tapi juga yang lebih penting adalah urusan akhiratnya. (QS.
at-Tahrim: 6, al-Hajj: 41).<br />
<br />
<i>Ketiga,</i> pentingnya shalat jenazah.
Karena itu, boleh shalat jenazah di atas kuburan terkhusus bagi yang
belum menshalatinya (Lihat: <i>Syarh Shahih Muslim, Imam Nawawi</i>). <br />
<br />
<i>Keempat,</i>
Islam tidak mengklasifikasikan manusia atas dasar status sosial,
ekonomi, warna kulit, dan keturunan. Meski tukang sapu, hitam warna
kulitnya, dan miskin, bila ia termasuk orang-orang yang bertakwa, maka
mulialah ia (QS. al-Hujurat: 13).<br />
<br />
<i>Kelima,</i> tidak boleh
meremehkan orang lain karena kondisi keduniaannya. Nabi segera
meluruskan sikap para sahabat yang ada kesan meremehkan urusan perempuan
tukang sapu itu. Meremehkan seseorang bisa mengakibatkan kesombongan.<br />
<br />
<i>Keenam,</i> keutamaan tawadhu. Orang yang mulia bukanlah orang yang tinggi
hati dan meremehkan orang lain. Sebaliknya, yaitu orang yang rendah hati
dan suka menghormati orang lain. <br />
<br />
Cari di dunia ini kalau ada
pemimpin yang mau menshalati jenazah seorang perempuan miskin tukang
sapu di atas kuburannya selain Nabi Muhammad. Betapa rendah hatinya Nabi
Muhammad yang mulia ini. Semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepadamu ya
Rasulallah.<br />
<br />
<i>Ketujuh,</i> besarnya keutamaan orang yang memakmurkan
masjid, baik laki-laki maupun perempuan. Kalau tukang sapunya saja
sedemikian sangat dimuliakan hingga Nabi harus mencari kuburannya dan
shalat (jenazah) di atas kuburannya, tentu mulia pula siapa saja yang
memiliki peran yang sangat baik terhadap masjid.<br />
<br />
Nabi bersabda, “<i>Kalau kamu melihat ada orang yang suka ke masjid-masjid, saksikan bahwa ia benar-benar beriman.</i>”
(HR. Tirmidzi). Bukan hanya itu, bahkan setiap langkah kaki orang yang
menuju masjid semuanya bisa menghapus dosa dan mengangkat derajat.<br />
<br />
<i>Isra Mi’raj</i>
pun yang kita yakini sebagai mukjizat agung Nabi Muhammad SAW ternyata
tidak lain dan tidak bukan adalah merupakan perjalanan dari masjid ke
masjid dan kembali lagi ke masjid. <br />
<br />
Nabi berangkat dari Masjidil
Haram, lalu ke Masjidil Aqsha, dan terus ke langit singgah di Baitul
Makmur masjidnya para malaikat, lalu naik dan terus turun kembali ke
Masjidil Haram.<br />
<br />
Maka, siapa saja yang memakmurkan dan memiliki perhatian yang sangat besar terhadap masjid, niscaya dimuliakan oleh Allah SWT. <i>Wallahu waliyuttaufiiq.</i><br />
<br /></div>
<a href="http://siradel.blogspot.com/" style="font-family: verdana;" target="new">(",)v</a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: verdana; font-size: 100%;">Sumber : republika.co.id</span><span style="font-size: 100%;"><br /><span style="font-family: verdana;">Oleh : Muhammad Syamlan</span>
</span>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Balas</div>SiR AdeLhttp://www.blogger.com/profile/13909011354551521784noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-865875627565954562.post-61773548750874038362015-01-20T08:00:00.000+07:002015-01-23T00:14:35.391+07:00Salihah (Renungan)<br />
<img alt="Sayap-Sayap Kehidupan siradel.blogspot.com" border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/_-CQfGVSJqR0/S-Q1F517S5I/AAAAAAAAAxo/2mzxONDfXZ0/s320/Meaning-Of-Cultural-Anthropology.jpg" height="212" title="Sayap-Sayap Kehidupan siradel.blogspot.com" width="320" /><br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Suatu ketika, Haulah binti Tsa’labah mengadukan pertikaian dengan
suaminya Aus bin Shamith kepada Rasulullah SAW. Menurut dia, suaminya
pernah mengatakan kalau dirinya seperti punggung ibu suaminya.<br />
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Hal itu diadukan Haulah sebagai perilaku buruk suaminya. Setelah mendengar
berita itu, Rasul pun berkata, “Suruh suamimu agar membebaskan budak
atau berpuasa dua bulan berturut-turut.”<br />
<br />
“Suamiku sudah tua renta
dan kemungkinan dia tidak mampu berpuasa,” jawab Haulah. “Kalau begitu,
suruhlah untuk memberi makan 60 orang miskin dengan satu orang satu
shaq kurma,” ujar Rasul kepada wanita pengadu. <br />
<br />
“Suamiku tidak
memiliki kurma sebanyak itu Rasulullah,” tegas Haulah. “Kalau bagitu,
saya akan membantunya sebagian,” kata Rasul. “Dan, aku pun nanti
akan membantunya sebagian lagi,” Haulah melanjutkan.<br />
<br />
“Kamu adalah wanita
yang baik, pulanglah dan sedekahilah suamimu. Dan jangan lupa,
nasihatilah dia,” imbau Rasul. Lalu, Haulah pun pulang dan segera
melaksanakan pesan Rasulullah.<br />
<br />
Petikan cerita Haulah
diatas, menggambarkan bagaimana pola seorang perempuan yang sudah merasakan
sakit hati karena telah dihina oleh suami. <br />
<br />
Secara umum, biasanya
hinaan tersebut akan disambut pula dengan hinaan, sehingga terjadilah
saling menghina. Ataupun, istri diam saja, tetapi berencana untuk
menikam dari belakang.<br />
<br />
Problematika demikian terbukti adanya.
Sering terjadi konflik dalam rumah tangga hanya karena saling menghina
serta berkata kasar dan tidak senonoh. <br />
<br />
Meskipun sekedar salah
memilih kata, hal itu bisa berpotensi menimbulkan perpisahan rumah
tangga. Namun, Haulah memberikan contoh perilaku yang berbeda.<br />
<br />
Dirinya
dengan senang hati mengadukan permasalahan pribadinya kepada Rasulullah
untuk meminta pencerahan. Setidaknya, ada beberapa hal yang dapat
dijadikan referensi dari langkah Haulah. <br />
<br />
<i>Pertama,</i> dia mampu
membingkai sakit hatinya dengan kebijakan. <i>Kedua,</i> Haulah berlaku positif
serta egaliter dalam menyikapi pertikaian dengan suaminya.<br />
<br />
Kedua
hal itu seperti dikonsepkan dalam Islam sebagai ciri seorang salihah. Haulah
mau berupaya taat dan mampu menyelesaikan segala permasalahan, kemudian
mencari solusi bersama (QS. 4:34). <br />
<br />
Di sisi lain, suami juga
mestinya tidak serta-merta mengerdilkan langkah istri. Sebab, hal yang
menjadi dasar untuk menemukah islah bukanlah saling mengadu kekuatan,
tetapi saling memahami di antara keduanya.<br />
<br />
Allah SWT menegaskan pada suami, jika suatu saat seorang suami membenci istrinya, sebaiknya ia bersabar terlebih dahulu. <br />
<br />
Bisa
saja Allah akan menjadikan istrinya itu sebagai sumber kebaikan (QS.
4:19). Menurut Imam Shawi, kejelekan yang ada dalam diri istri nantinya
bisa saja menjadi cikal-bakal lahirnya generasi yang lebih baik.<br />
<br />
Pada
intinya, yang harus dibangun lebih awal sebagai pondasi adalah
kesadaran antara suami dan istri. Kemudian, terjadi mufakat di antara
keduanya berdasarkan cinta dan barulah terwujud keadaan harmonis di
antara suami dan istri. <i>Wallahu’alam.</i><br />
<br /></div>
<a href="http://siradel.blogspot.com/" style="font-family: verdana;" target="new">(",)v</a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: verdana; font-size: 100%;">Sumber : republika.co.id</span><span style="font-size: 100%;"><br /><span style="font-family: verdana;">Oleh : Khoriul Anwar Afa</span>
</span>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Balas</div>SiR AdeLhttp://www.blogger.com/profile/13909011354551521784noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-865875627565954562.post-18741996980540522602014-09-19T08:00:00.000+07:002015-01-23T00:16:07.760+07:00Jangan Remehkan Kebaikan (Renungan)<br />
<img alt="Sayap-Sayap Kehidupan siradel.blogspot.com" border="0" src="http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/sabar-ilustrasi-_120127141855-296.jpg" height="231" title="Sayap-Sayap Kehidupan siradel.blogspot.com" width="320" /><br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Perbuatan yang menurut kita remeh boleh jadi istimewa di mata Allah SWT.
Perbuatan yang kita anggap mewah boleh jadi justru tidak berharga
menurut Allah SWT<br />
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Dalam riwayat yang dituturkan Bukhari dan
Muslim dikisahkan, ketika turun ayat sedekah, kaum Mukmin mengangkut
barang-barang di atas punggung mereka untuk mendapatkan upah dari jasa
mengangkut itu guna disedekahkan. Datanglah seseorang lalu bersedekah
dengan sesuatu yang banyak, orang-orang mencela, ‘Ah, ia hanya pamer
saja’. Kemudian datang lagi orang lain lalu bersedekah dengan satu sha
kurma, orang-orang mencela, ‘Sebenarnya Allah tidak memerlukan makanan
satu sha ini’. <br />
<br />
Turunlah ayat, “Orang-orang yang mencela kaum
Mukmin yang bersedekah dengan suka rela dan mencela mereka yang tidak
memiliki sesuatu untuk sedekah kecuali sebatas kemampuan, maka
orang-orang itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka,
dan untuk mereka azab yang pedih.” (QS. At-Taubah: 79).<br />
<br />
Melalui
ayat itu, Allah SWT hendak membantah anggapan orang-orang munafik bahwa
sedekah yang sedikit tidak ada artinya. Bagi Allah, kebaikan itu tidak
dinilai dari segi kualitas, tetapi kuantitas. Al Qur’an sendiri
menegaskan, yang dilihat oleh Allah SWT adalah mutu perbuatan, bukan
banyaknya. “(Dia) yang menjadikan mati dan hidup untuk menguji kamu,
siapa di antara kamu yang paling baik perbuatannya.” (QS. Al-Mulk: 2).<br />
<br />
Bukan
berarti memperbanyak perbuatan baik tidak perlu. Yang bijak adalah
terus berbuat baik sambil berusaha meningkatkan kualitas kebaikan yang
kita lakukan. Dimana saja dan kapan saja, hendaknya kita menyempatkan
waktu untuk berbuat baik. Jangan pernah meremehkan sekecil apapun
kebaikan.<br />
<br />
Rasulullah SAW mengajarkan, “Takutlah kamu kepada neraka,
meski dengan bersedekah sebutir kurma.” (HR. Bukhari). Dalam hadis lain,
beliau bersabda, “Jangan pernah kamu meremehkan kebaikan, meski dengan
menyambut saudaramu dengan wajah berseri.” (HR. Muslim).<br />
<br />
Kebaikan
yang menurut kita remeh belum tentu demikian di mata Allah SWT. Dalam
riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan, suatu ketika ada seekor anjing
berputar-putar di sekitar sebuah sumur. Hampir saja ia mati karena
kehausan, sebelum ada seorang pelacur Bani Israil melihatnya. Wanita itu
lalu melepaskan sepatunya kemudian mengambilkan air dan meminumkannya
untuk anjing tadi, maka dengan perbuatannya itu diampunilah wanita
tersebut. <br />
<br />
Betapa berharga nilai kebaikan di sisi Allah SWT.
Terlebih jika pelakunya orang Mukmin. Allah SWT memberikan keutamaan
bagi orang Mukmin di atas orang kafir. Menurut Ibnu Abbas, jika orang
kafir mengerjakan kebaikan sebesar zarah, niscaya Allah SWT akan
melihatnya, tetapi Dia tidak memberinya pahala di akhirat. Sebaliknya,
jika orang Mukmin yang mengerjakan kebaikan sebesar zarah, maka Allah
SWT akan menerima dan melipatgandakan balasan baginya di akhirat.<br />
<br />
Selain
meruah, jalan menuju kebaikan juga berongkos murah. Melakukan shalat
cukup bermodal tekad. Demikian pula puasa. Zakat dan haji malah hanya
dikhususkan bagi orang kaya. Mereka yang tidak memiliki modal harta
seperti kaum kaya, ikutlah paket ibadah yang bebas biaya tetapi
pahalanya tidak kalah dari mereka.<br />
<br />
Dalam riwayat Muslim
diceritakan, orang-orang fakir dari golongan Muhajirin datang kepada
Rasulullah SAW. Mereka mengadu karena merasa kalah pahala dibanding
orang-orang kaya yang memiliki kelebihan harta. Rasulullah SAW lantas
bersabda, “Bukankah Allah SWT telah menjadikan untukmu sesuatu yang
dapat kamu gunakan untuk bersedekah. Sungguh dalam setiap tasbih adalah
sedekah, setiap takbir itu sedekah, setiap tahmid itu sedekah, setiap
tahlil itu sedekah, memerintahkan kebaikan itu sedekah, mencegah
kemungkaran itu sedekah, dan bahkan bersetubuh dengan istri juga
sedekah.”<br />
<br />
Allah SWT memberikan kesempatan secara adil kepada
setiap orang untuk berbuat baik. Yang merasa sudah melakukan perbuatan
hebat, belum tentu pahalanya lebih besar dari mereka yang hanya mampu
melakukan perbuatan kecil.<br />
<br />
Rasulullah SAW pernah mengingatkan dalam
hadis riwayat Muslim, ada tiga golongan yang menghadap Allah SWT dengan
segudang kebaikan, tetapi mereka justru dilemparkan ke neraka. Mereka
adalah syuhada yang gugur di medan juang tetapi mengharap status
pahlawan, cerdik pandai yang mengajarkan ilmu agar disebut ulama, dan
orang berharta yang selalu berderma supaya dianggap dermawan.<br />
<br />
Kita
tidak pernah tahu mana di antara kebaikan kita yang dipandang
berkualitas oleh Allah SWT. Perbuatan yang menurut kita remeh boleh jadi
istimewa di mata Allah SWT. Perbuatan yang kita anggap mewah boleh jadi
justru tidak berharga menurut Allah SWT. Karena itu, sungguh naif
ketika kita hanya mau melakukan kebaikan besar, dan mengabaikan kebaikan
kecil.<br />
<br /></div>
<a href="http://siradel.blogspot.com/" style="font-family: verdana;" target="new">(",)v</a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: verdana; font-size: 100%;">Sumber : republika.co.id</span><span style="font-size: 100%;"><br /><span style="font-family: verdana;">Oleh : M. Husnaini</span>
</span>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Balas</div>SiR AdeLhttp://www.blogger.com/profile/13909011354551521784noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-865875627565954562.post-6473049373675881302014-09-18T08:00:00.000+07:002015-01-23T00:17:01.184+07:00Hidup Mandiri (Renungan)<br />
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-aVUzgvbo2Pg/UscaSTj2p_I/AAAAAAAAAhc/UydxceswyzE/s1600/muhammadsaw.jpg" imageanchor="1"><img alt="Sayap-Sayap Kehidupan siradel.blogspot.com" border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-aVUzgvbo2Pg/UscaSTj2p_I/AAAAAAAAAhc/UydxceswyzE/s320/muhammadsaw.jpg" height="205" title="Rasulullah Muhammad SAW siradel.blogspot.com" width="320" /></a>
<br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Abdurrahman bin Auf adalah seorang sahabat Nabi SAW yang sangat mahir dalam
berdagang. Di Kota Madinah, Rasulullah mempersaudarakan kaum Muhajirin
dengan Anshar. Abdurrahman dipersaudarakan dengan Sa’ad ibnu Arrabil
Alausari, orang yang kaya raya di daerah tersebut.<br />
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Suatu
hari, Sa’ad berkata kepada Abdurrahman, “Hartaku akan kubagi menjadi
dua bagian dan separuhnya untukmu. Pilihlah istriku yang kamu sukai
nanti aku ceraikan, dan kamu nikahi.” Mendengar tawaran itu, Abdurrahman
menjawab, “Semoga Allah memberkahi keluarga dan hartamu. Tunjukkan saja
di mana tempat pasar perdagangan di Madinah.” Sa’ad menjawab, “Oh
baiklah, ada, yakni Pasar Bani Qainuqa.”<br />
<br />
Kemudian, Abdurrahman
memulai usahanya dengan berdagang keju dan minyak samin. Namun, tidak
lama kemudian dia sudah dapat mengumpulkan sedikit uang dari usaha
keuntungan dagangnya. Pada suatu hari, Rasulullah bertanya kepada
Abdurrahman, “Apakah kamu sudah menikah?”<br />
<br />
Abdurrahman menjawab,
“Benar, ya Rasulullah.” Nabi SAW kembali bertanya, “Dengan siapa?”
“Dengan wanita Anshar,” jawabnya. Nabi SAW bertanya lagi, “Berapa mahar
yang kamu berikan?” Abdurrahman menjawab, “Sebutir emas” (maksudnya emas
seberat sebutir kurma).<br />
<br />
Kemudian, Rasulullah SAW menyuruhnya
untuk mengadakan walimah meskipun dengan seekor kambing. Lalu,
Abdurrahman mengundang kaum Muhajirin dan Anshar dalam suatu walimah
sebagai pengumuman tentang pernikahannya.<br />
<br />
Salah satu pelajaran
(ibrah) yang dapat diambil dari kisah di atas adalah sikap untuk tidak
menjadi beban hidup orang lain alias harus bisa hidup mandiri dengan
memiliki pekerjaan yang halal. Meskipun pekerjaan itu sedikit hasilnya
lebih baik daripada mendapatkan hasil (keuntungan) yang banyak tetapi
dari usaha yang tidak jelas kehalalannya.<br />
<br />
Karena itu, Islam
sangat menghargai seorang pekerja keras. Bahkan, makanan yang dihasilkan
dari usaha keringat sendiri itu lebih baik daripada dari hasil belas
kasihan orang lain. Apalagi, hasil dari cara-cara yang tidak halal
,seperti mencuri, menipu, menguras uang negara, dan sejenisnya.<br />
<br />
Rasulullah
SAW bersabda, “Tidak ada sesuatu makanan yang baik melebihi apa yang
dihasilkan dari usahanya sendiri. Nabi Daud makan dari hasil usahanya
sendiri.” (HR. Bukhari). Dalam hadis yang lain Rasulullah menegaskan
bahwa mencari rezeki (pekerjaan) yang halal adalah wajib bagi setiap
muslim setelah kewajiban-kewajiban yang lainnya (HR. Thabrani).<br />
<br />
Sehingga,
jika seseorang tertidur kelelahan karena mencari rezeki yang halal maka
tidurnya itu akan dipenuhi dengan ampunan dari Allah SWT (HR. Imam
Tabrani). <i>Subhanallah. Wallahu a’lam.</i><br />
<br /></div>
<a href="http://siradel.blogspot.com/" style="font-family: verdana;" target="new">(",)v</a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: verdana; font-size: 100%;">Sumber : republika.co.id</span><span style="font-size: 100%;"><br /><span style="font-family: verdana;">Oleh : Imam Nur Suharno</span>
</span>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Balas</div>SiR AdeLhttp://www.blogger.com/profile/13909011354551521784noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-865875627565954562.post-23359835588632366542014-09-17T08:00:00.000+07:002015-01-23T00:18:11.937+07:00Orang Baik Itu Istimewa (Renungan)<br />
<img alt="Sayap-Sayap Kehidupan siradel.blogspot.com" border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-fHN3ZuaSZao/TYS4FGJuPUI/AAAAAAAAAGM/qJMProy5iGQ/s320/cinta-Allah.jpg" height="240" title="Sayap-Sayap Kehidupan siradel.blogspot.com" width="320" /><br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Kenapa sih harus kita yang mengalah? Kenapa sih harus kita yang
bersabar? Kenapa sih kok harus kita yang bermanis muka kepada orang
lain? Kenapa sih harus kita yang lebih giat bekerja sementara orang lain
bermalas-malasan? Kenapa sih kok harus kita yang harus selalu berbuat
baik, berbuat baik, dan berbuat baik lagi?<br />
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Ya, memang kita yang harus mengalah, bersabar, bermanis muka, giat bekerja dan berbuat aneka kebaikan. Karena kita ingin menjadi orang baik yang sebenar-benarnya dan
sebaik-baiknya. Karena kita tak ingin hanya baik di angan-angan saja,
tapi baik dalam kenyataannya baik dihadapan manusia maupun di sisi Allah
Subhanahu wa Ta'ala.<br />
<br />
Maka orang yang baik ya harus beramal
(berbuat) baik. Kalau beramal buruk berarti jadilah kita orang yang
buruk atau jahat. Tentu kita inginnya jadi orang baik dan tak kepingin
jadi orang jahat (Na'udzubillahi min dzalik).<br />
<br />
Seorang sahabat
bertanya, "Ya Rasulullah, yang bagaimanakah orang yang baik itu?" Nabi
SAW menjawab, "Yang panjang usianya dan baik amal perbuatannya." Dia
bertanya lagi, "Dan yang bagaimana orang yang paling buruk (jahat)?"
Nabi SAW menjawab, "Adalah orang yang panjang usianya dan jelek amal
perbuatannya." (HR. Ath-Thabrani dan Abu Na'im)<br />
<br />
Saudaraku,
kebaikan memang butuh perjuangan serta sering bertentangan dengan hawa
nafsu dan keinginan kita. Berbuat baik memang harus mengalahkan sifat
ananiyyah (ego) kita. Karena perbuatan baik itu juga balasannya sangat
baik dan besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala.<br />
<br />
Meski demikian
Allah tidak pernah memaksa kita kok untuk jadi orang baik. Bahkan soal
keimanan sekalipun Allah memberi kebebasan buat kita memilih. Yang mau
kafir-kafir lah! Yang mau beriman berimanlah dengan sebenar-benarnya.
Yang mau jadi penjahat jadilah penjahat dan tunggulah pembalasan (azab)
Nya. Dan yang ingin berbuat ikhsan (baik) berbuat ikhsan lah dengan
jaminan bahwa perbuatan itu akan membuat kita meraih bahagia yang sejati
lagi abadi.<br />
<br />
Menjadi orang baik di mata Allah memang tidak mudah,
kita harus mulai dengan mengokohkan keimanan, mengendalikan hawa nafsu
dan meneguhkan tekad untuk istiqomah di dalamnya.<br />
<br />
Meneguhkan
keimanan agar kita tak pernah ragu bahwa apa yang kita lakukan akan
membawa keuntungan besar yang tidak ada taranya dibanding kesusahan kita
dalam melaksanakannya. Maka dengan keimanan inilah kita akan dapat
mengendalikan hawa nafsu dan sekaligus bisa kuat untuk istiqomah di atas
kebaikan tersebut.<br />
<br />
Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman. (HR. Ath-Thabrani)<br />
<br />
Janganlah
kamu menjadi orang yang "ikut-ikutan" dengan mengatakan "Kalau orang
lain berbuat kebaikan, kami pun akan berbuat baik dan kalau mereka
berbuat zalim kami pun akan berbuat zalim". Tetapi teguhkanlah dirimu
dengan berprinsip, "Kalau orang lain berbuat kebaikan kami berbuat
kebaikan pula dan kalau orang lain berbuat kejahatan kami tidak akan
melakukannya". (HR. Tirmidzi)<br />
<br />
Saudaraku tak akan sama emas dengan
tembaga, jelas beda antara padi dengan ilalang. Meskiun kadang di mata
manusia yang 'rabun' terlihat sama, namun sejatinya tetap tak akan
luput dari pandangan Allah Subhanahu wa Ta'ala.<br />
<br />
Bahkan kala kita
merahasiakan kebaikan yang kita lakukan, kita akan mendapat nilai lebih
di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tidak ada yang rugi dari perbuatan
baik meski diketahui maupun tidak oleh manusia lain.<br />
<br />
Seorang
sahabat berkata kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah, seseorang melakukan
amal (kebaikan) dengan dirahasiakan dan bila diketahui orang dia juga
menyukainya (merasa senang)." Rasulullah SAW berkata, "Baginya dua
pahala yaitu pahala dirahasiakannya dan pahala terang-terangan." (HR.
Tirmidzi)<br />
<br />
Jadi, jangan lelah berbuat baik meski tidak ada orang
yang melihat dan memujinya. Jangan lemah semangat meski kebaikan kita
tak diakui bahkan mungkin dikhianati oleh manusia. Kita berbuat baik
adalah karena kita ingin menjadi manusia istimewa di sisi Allah
Subhanahu wa Ta'ala. <br />
<br />
Kita berbuat baik bukan untuk dipuji dan
disanjung, tapi untuk meraih ridho dan rahmat-Nya. Agar Dia ridho
dengan hidup dan mati kita, sehingga keridhoan itu mendatangkan rahmat
yang teramat sangat kita butuhkan untuk masuk dalam surga-Nya Allah
Ta'ala. Adakah yang lebih penting dari keridho'an-Nya?<br />
<br />
Sang
teladan agung kita, Muhammad Shalallahu 'alaihi wa salam bersabda :
Seorang masuk surga bukan karena amalnya tetapi karena rahmat Allah
Ta'ala. Karena itu bertindaklah yang lurus (baik dan benar). (HR.
Muslim)<br />
<br />
Saudaraku, Orang Baik Itu Istimewa...<br />
<br />
<a href="http://siradel.blogspot.com/" style="font-family: verdana;" target="new">(",)v</a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: verdana; font-size: 100%;">Sumber : republika.co.id</span><span style="font-size: 100%;"><br /><span style="font-family: verdana;">Oleh : Abdillah Syafei</span>
</span>
</div>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Balas</div>SiR AdeLhttp://www.blogger.com/profile/13909011354551521784noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-865875627565954562.post-44522229671425044092014-09-16T08:00:00.000+07:002015-01-23T00:19:15.436+07:00Bidadari Surga (Renungan)<br />
<img alt="Sayap-Sayap Kehidupan siradel.blogspot.com" border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/_1CWl1YYKP38/S35XE_m2aBI/AAAAAAAAANQ/F4IOXrUH-FQ/s400/bidadari2.jpg" height="240" title="Sayap-Sayap Kehidupan siradel.blogspot.com" width="320" /><br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Peran wanita dalam kehidupan sering dianggap remeh, bahkan banyak
suami yang melakukan tindakan kekerasan kepada istrinya, hanya karena hal
yang sepele, wanita ditindas, dianiaya, bahkan sampai dibunuh, seakan
wanita merupakan makhluk yang tidak ada gunanya.<br />
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Ingatkah kita akan sejarah umat pada zaman jahiliyah? Ketika wanita tidak mendapatkan
tempat yang terhormat, bahkan bila seorang wanita melahirkan bayi
perempuan, sang bayi langsung dikubur hidup-hidup, wanita dianggap tak
ada harganya, ditindas, dianiaya bahkan dibunuh.<br />
<br />
Ada seorang
lelaki yang tengah duduk di pojok Masjid Nabawi sendirian, lelaki itu
bernama Umar bin Khattab. Ia merenung, kemudian menangis, tak lama
kemudian ia tertawa. <br />
<br />
Para sahabat yang menyaksikan menjadi
bingung. Mengapa Umar menangis kemudian tertawa? Begitu pertanyaan yang
bergejolak di hati mereka. Mereka pun menghampiri Umar dan menanyakan
mengapa ia menangis kemudian tertawa? <br />
<br />
Umar menjawab, ''Aku
menangis karena teringat pada masa jahiliyah. Aku membawa anak
perempuanku yang masih kecil ke tengah padang pasir, aku menggali lubang
kemudian aku kubur anakku yang masih kecil tersebut hidup-hidup...''<br />
<br />
Umar
melanjutkan, ''Ia menangis, meminta tolong tapi hatiku tak terketuk
sedikitpun, sampai kemudian aku tidak mendengar lagi suaranya,
menghilang...'' <br />
<br />
''Mengingat hal itu aku menangis. Padahal dalam
Islam kedudukan wanita begitu dihargai, dihormati dan perannya pun
mendapatkan posisi yang sangat tinggi, baik dalam keluarga, masyarakat,
maupun dalam Negara.''<br />
<br />
Sedangkan yang membuat aku tertawa karena
teringat pada masa jahiliyah dahulu. Aku melaksanakan perjalanan jauh,
segala kebutuhan aku persiapkan dengan baik termasuk membawa patung yang
terbuat dari roti.
Dengan harapan, bilamana aku berhenti di tengah jalan untuk
beristirahat, aku bisa menyembah tuhanku yang aku buat dari roti
tersebut, namun kenyataan berkata lain.<br />
<br />
Aku kehabisan bekal
makanan dalam perjalanan, lalu aku makan sedikit demi sedikit tuhan yang
terbuat dari roti tersebut. Mengenang hal itu aku tertawa, alangkah
kuatnya aku bisa memakan tuhanku sendiri.<br />
<br />
Berkaca dari peristiwa
yang dialami oleh Umar bin Khattab, pada zaman sekarang ini, tampaknya
tidak banyak perubahan dengan zaman jahiliyah dahulu, wanita tidak
dihargai, dilecehkan, dianggap remeh, seakan wanita adalah makhluk yang
lemah tidak memiliki daya apapun.<br />
<br />
Padahal di balik ciptaan Allah
SWT tersebut terdapat potensi yang luar biasa. Wanita dapat melahirkan
generasi yang qur’ani, wanita dapat mendidik anak-anaknya dengan
pendidikan yang berkualitas.<br />
<br />
Wanita dapat mengatur rumah
tangganya dengan baik, wanita dapat mengatur segala kebutuhan suaminya
di rumah, bahkan di balik kesuksesan suami, terdapat peran seorang istri
(wanita) yang luar biasa.<br />
<br />
Tentu saja ini memberikan <i>‘ibroh</i> (pelajaran) buat kita, posisi wanita begitu terhormat di mata Islam. Adalah salah bila kita memperlakukan wanita dengan semena-mena, menganggap kecil peran wanita.<br />
<br />
Hal ini sangat dilarang Islam. Bukankah Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang artinya: “<i>Ada
tujuh kewajiban seorang muslim terhadap muslim yang lainnya,
diantaranya adalah memandang seseorang dengan pandangan terhormat</i>.''<br />
<br />
Bisakah
kita memandang wanita dengan pandangan terhormat? Bisakan kita
memperlakukan wanita dengan baik? Mampukah kita menghargai usaha dan
jerih payah wanita? <br />
<br />
Tentu saja harus bisa! Wanita adalah
pendamping hidup bagi laki-laki, wanita adalah penyempurna hidup bagi
laki-laki, wanita adalah bidadari surga yang Allah turunkan ke muka bumi
untuk mendampingi laki-laki. <i>Wallahu’alam bish-shawab.</i><br />
<br /></div>
<a href="http://siradel.blogspot.com/" style="font-family: verdana;" target="new">(",)v</a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: verdana; font-size: 100%;">Sumber : republika.co.id</span><span style="font-size: 100%;"><br /><span style="font-family: verdana;">Oleh : H. Ahmad Dzaki, MA</span>
</span>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Balas</div>SiR AdeLhttp://www.blogger.com/profile/13909011354551521784noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-865875627565954562.post-4405794771579190172014-09-15T08:00:00.000+07:002015-01-23T00:24:29.546+07:00Menegakkan Keadilan (Renungan)<br />
<img alt="Sayap-Sayap Kehidupan siradel.blogspot.com" border="0" src="http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/palu-hakim-di-persidangan-ilustrasi-_120419200656-536.jpg" height="240" title="Sayap-Sayap Kehidupan siradel.blogspot.com" width="320" /><br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Adalah seorang perempuan dari <i>Bani Makhzum </i>meminjam suatu barang dari orang lain, tapi kemudian mengingkarinya. Diakuinya barang itu sebagai miliknya. <br />
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Ketika Rasulullah SAW mendengar berita ini langsung memerintahkan agar
dipotong tangannya. Dia dianggap telah mencuri barang orang lain dengan
sengaja. <br />
<br />
Kejadian ini memusingkan bangsa Quraisy, karena
pelakunya adalah wanita turunan suku yang terhormat dan putusan
hukumannya adalah potong tangan. Dan hal ini dianggap sebagai kehinaan
bagi suku Quresy. <br />
<br />
Oleh sebab itu mereka mengutus Usamah ra (seorang sahabat yang dianggap dekat dengan Rasulullah SAW) untuk meminta
keringanan, agar dibatalkan hukum potong tangan tersebut. <br />
<br />
Setelah mendengarkan permohonan Usamah, Rasulullah SAW menjawab dengan tegas: <i>“Apakah kamu meminta pertolongan (keringanan) dalam masalah hudud (ketetapan hukum Allah)</i>?”<br />
<br />
Kemudian Rasulullah SAW berkhutbah: “<i>Sesungguhnya
umat sebelum kamu sekalian dihancurkan karena ketidakadilan, bila orang
elit mencuri dibiarkan dan bila orang lemah mencuri ditegakkan hukum
had. Demi Allah, seandainya Fatimah anak Muhammad mencuri akan aku
potong tangannya</i>”. <br />
<br />
Lalu Rasulullah SAW memerintahkan agar wanita <i>Makhzumiyyah </i>tersebut dipotong tangannya. (HR. Al Bukhari dan Muslim). <br />
<br />
Hukum
potong tangan dalam Islam tidaklah sembarangan diterapkan, akan tetapi harus
memenuhi syarat-sayarat yang telah disepakati para ulama fiqh, seperti
: dilakukan dengan sengaja, pencurinya berakal bukan orang gila, tidak
ada syubhat, diterapkan oleh penguasa dan sebagainya. <br />
<br />
Dalam hadits di atas, Rasulullah menegaskan dengan kata-kata: “<i>Seandainya Fatimah anak Muhammad mencuri pasti akan aku potong tangannya</i>”. Ini menunjukkan urgensinya penegakan hukum untuk kalangan elit. <br />
<br />
Fatimah
yang berasal dari suku yang terhormat dan masih turunan Rasulullah SAW, bahkan dia adalah ratu bagi semua wanita muslimah di syurga. <br />
<br />
Hukum itu akan ditegakkan bila dia mencuri, apalagi wanita <i>Makhzumiyah </i> yang martabatnya berada di bawah Siti Fatimah baik suku atau nasabnya. <br />
<br />
Hadits
di atas sering digunakan sebagai dalil untuk membuktikan keadilan Islam
dalam menegakkan hukum dan sikap Islam yang anti rasdiskriminasi,
kastaisme dan fanatisme kelompok. <br />
<br />
Rasulullah menegaskan hukum
harus ditegakkan secara adil kepada siapapun tanpa pandang bulu atau
tebang pilih. Bila tidak ditegakkan, maka akan mengakibatkan kehancuran
suatu bangsa. <br />
<br />
Mengapa demikian? Keadilan adalah sendi utama
masyarakat, sedangkan kedzaliman adalah penyebab musnahnya umat-umat
terdahulu dan juga umat yang akan datang. <br />
<br />
Bila sendi masyarakat
sudah tumbang, maka musnahlah masyarakat tersebut. Allah mewajibkan kita
untuk menegakkan keadilan. Allah berfirman : <i>“Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu</i><i>”.</i> (QS. Ar Rahman 9). <br />
<br />
Kalau seorang pejabat elit melakukan tindak pidana korupsi, dan tidak segera diadili, namun kalau orang alit segera diadili. Maka inilah pertanda buruk bagi bangsa ini yang sedang menuju ke arah kehancuran. <i>Na’udzubillah.</i><br />
<br /></div>
<a href="http://siradel.blogspot.com/" style="font-family: verdana;" target="new">(",)v</a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: verdana; font-size: 100%;">Sumber : republika.co.id</span><span style="font-size: 100%;"><br /><span style="font-family: verdana;">Oleh : Achmad Satori Ismail</span>
</span>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Balas</div>SiR AdeLhttp://www.blogger.com/profile/13909011354551521784noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-865875627565954562.post-65477308725151364122014-09-14T08:00:00.000+07:002014-09-14T08:00:00.420+07:00Menyayangi Anak Kecil (Renungan)<br />
<img src="http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/ilustrasi-_121217215916-857.jpg" height="189" width="320" /><br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Dalam kitab <i>Akhlaq al-Mu’min</i>, Amr Khalid menceritakan ada
seorang anak kecil di Kota Madinah. Namanya, Umair. Dia selalu membawa
seekor burung untuk digunakan bermain-main.<br />
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Nabi SAW menamai burung ini <i>Nughair</i>. Setiap kali melihat Umair, Nabi bertanya kepadanya, “Wahai Umair, apa yang sedang dilakukan <i>Nughair</i>?”<br />
<br />
Pada
suatu hari, Rasulullah SAW melihat Umair sedang menangis. Beliau
bertanya kepadanya, “Mengapa kamu menangis wahai Umair?” Jawab Umair,
“Wahai Rasulullah, Nughair sudah mati.” <br />
<br />
Selanjutnya, Rasulullah SAW duduk sebentar bermain-main dengan Umair. Kebetulan, para sahabat
Nabi sedang lewat dan mendapati Rasulullah SAW sedang bermain-main
dengan Umair.<br />
<br />
Nabi SAW pun melihat mereka sambil berkata, “Nughair telah mati. Saya ingin bermain-main dengan Umair.” <i>Subhanallah</i>, kisah yang sangat indah dan menakjubkan. <br />
<br />
Adalah
Rasulullah SAW yang memiliki akhlak paling sempurna sebagai pembawa
rahmat untuk seluruh makhluk-Nya. Beliau masih memilik waktu untuk
memberikan empatinya di sela-sela kesibukan menyampaikan pesan-pesan
Allah SWT.<br />
<br />
Kisah tersebut adalah contoh nyata bagaimana
Rasulullah SAW memberi teladan setiap orang tua mencurahkan dan
mengajarkan kasih sayang kepada anak kecil. <br />
<br />
Rasulullah SAW juga pernah bersabda, “<i>Tidak
termasuk golongan kami orang yang tidak mau menyayangi yang kecil dari
kami dan tidak mau mengetahui hak orang tua dari kami.</i>” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).<br />
<br />
Anak
kecil adalah aset bangsa dan negara. Mereka juga calon penerus
lestarinya ajaran-ajaran agama ini. Setiap orang tua wajib mencurahkan
kepada setiap anaknya kasih sayang yang tulus. <br />
<br />
Bahkan,
mewariskan dan mengajarkan kasih sayang kepada mereka dengan cara arif
dan bijaksana. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau mencurahkan
perhatian yang maksimal demi suksesnya anak-anak kecil kelak di kemudian
hari.<br />
<br />
Namun, dalam kesibukan yang terlalu padat kita sering
kehilangan waktu untuk sekadar memberikan perhatian sebagaimana yang
diteladankan Rasulullah di atas. <br />
<br />
Kelihatan remeh, tetapi
sesungguhnya memiliki dampak yang cukup besar untuk masa depan
anak-anak. Anak-anak yang tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua
atau lingkungan sekitar cenderung berperilaku negatif.<br />
<br />
Bahkan,
dapat mengalami kegagalan dalam kehidupan mereka karena tidak tahu
bagaimana cara mencurahkan kasih sayang kepada sesama. Maka, dapat ditegaskan, sebagai manusia kita harus kembali pada fitrah sebagai manusia yang diciptakan untuk saling menyayangi. <i>Wallahua’lam.</i><br />
<br /></div>
<a href="http://siradel.blogspot.com/" style="font-family: verdana;" target="new">(",)v</a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: verdana; font-size: 100%;">Sumber : republika.co.id</span><span style="font-size: 100%;"><br /><span style="font-family: verdana;">Oleh : Kodirun</span>
</span>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Balas</div>SiR AdeLhttp://www.blogger.com/profile/13909011354551521784noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-865875627565954562.post-2137297888427095532014-09-13T08:00:00.000+07:002014-09-13T08:00:00.035+07:00Kisah Nabi Musa Dan Khidir (Renungan)<br />
<img src="http://2.bp.blogspot.com/_rRqPNcXWdjM/TJnUbiSQdkI/AAAAAAAAAUk/HLxomFt2LSc/s320/96442_ilustrasi-musa-membelah-laut-merah_300_225.jpg" style="height: 248px; width: 332px;" /><br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span class="blocktext">Dalam Shahih Bukhari, dikisahkan "Suatu
ketika Nabi Musa AS, berseru di hadapan kaumnya, tiba-tiba ada orang
bertanya, "Adakah orang yang lebih berilmu darimu?" Musa menjawab:
"Tidak ada". Maka Allah SWT menegurnya dan menegaskan, bahwa ada orang
yang lebih berilmu darinya. Kemudian Allah SWT memberi petunjuk
keberadaan orang itu di antara pertemuan dua laut.<br />
</span><br />
<a name='more'></a><span class="blocktext"><br />
</span><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span class="blocktext">Mulailah
Musa menuju tempat tersebut. Dan sesampainya di sebuah batu besar, Musa
dan pembantunya tertidur, sedangkan ikan yang mereka bawa melompat ke
laut. Si pembantu lupa memberi tahu hal itu kepada Musa. Setelah
terbangun, mereka melanjutkan perjalanan.</span><br />
<span class="blocktext"><br /></span>
<span class="blocktext">Sampai di suatu
tempat, Musa meminta pembantunya untuk mengeluarkan ikan dan makanan.
"Wahai Musa, saat kita berada di batu besar, aku lupa dan setan
membuatku lalai untuk memberitahumu, ikan itu hanyut dengan unik." </span><br />
<span class="blocktext"><br /></span>
<span class="blocktext">Lalu mereka kembali dan menelusuri jejak, hingga sampai di batu besar
tadi. Tiba-tiba terlihat sosok laki-laki. Musa memberinya salam dan
memperkenalkan diri. "Aku mencarimu untuk belajar kepadamu." </span><br />
<span class="blocktext"><br /></span>
<span class="blocktext">Khidir berkata, "Musa, engkau tidak akan mampu bersabar mengikutiku."
Musa berkata, "Insya Allah aku mampu bersabar dan tidak akan
membantahmu". Khidir berkata, "Jika benar ingin bersamaku, jangan banyak
bertanya sampai aku sendiri memberitahumu."</span><br />
<span class="blocktext"><br /></span>
<span class="blocktext">Keduanya pun
pergi menyusuri pantai. Disana mereka melihat sebuah kapal lalu ikut
di dalamnya. Hingga mendekati tempat tujuan, Khidir membuat lubang di
kapal itu. Musa menegurnya. "Mereka ini mengangkut kita tanpa upah,
mengapa engkau melubangi kapal ini dan membahayakan kita semua? Khidir
menjawab, "Aku telah katakan, engkau tidak mampu sabar bersamaku."</span><br />
<span class="blocktext"><br /></span>
<span class="blocktext">Musa menyesali dan Khidir memaafkannya. Lalu keduanya berjalan di tepi
laut dan melihat anak kecil sedang bermain, tiba-tiba Khidir
membekuknya hingga akhirnya meninggal dunia. Musa gusar. "Mengapa
engkau bunuh jiwa tak berdosa?" Khidir berkata, "Aku telah katakan,
bahwa engkau tidak mampu bersabar denganku." Musa meminta maaf dan
berjanji tidak akan mengulanginya lagi.</span><br />
<span class="blocktext"><br /></span>
<span class="blocktext">Mereka kemudian
melanjutkan perjalanan dan tiba di suatu tempat dalam kondisi lapar.
Namun, tak ada yang memberi mereka makan. Setelah itu, keduanya
menyaksikan sebuah rumah yang hampir roboh. Khidir segera
memperbaikinya. Musa berkata, "Mintalah upah dari mereka atas upayamu."
Nabi Khidir berkata, "Ini adalah saat berpisah antara aku dan engkau
karena engkau tak sabar." </span><br />
<span class="blocktext"><br /></span>
<span class="blocktext">Kisah itu mengingatkan, bahwa lupa
adalah sifat termaafkan. Tetapi, jika berulang-ulang dilakukan, maka
akan berbuah pahit. Psikolog Muslim Timur Tengah, Utsman An-Najati,
menjelaskan sedikitnya ada faktor penyebab lupa, yakni benar-benar
lupa, kurang peduli masalah, banyak masalah, dan kurang kesabaran.</span><br />
<span class="blocktext"><br /></span>
<span class="blocktext">Lupa dalam kisah di atas karena kurang sabar. Akibatnya, kebersamaan
Musa dan Khidir pun berakhir di situ. Bahkan Rasulullah SAW (dalam
riwayat Ubay Bin Ka'ab) memberi komentarnya, "Semoga Allah merahmati
Musa AS. Sebenarnya aku lebih senang jika Nabi Musa mau sedikit
bersabar, sehingga Allah SWT mengabarkan kisah ini lebih panjang lagi." </span></div>
<span class="blocktext">
</span><br />
<br />
<span class="blocktext">"Sesungguhnya Allah SWT mencintai hamba-hamba yang sabar. (QS. Ali Imran (3) : 146).</span><br />
<br />
<a href="http://siradel.blogspot.com/" style="font-family: verdana;" target="new">(",)v</a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: verdana; font-size: 100%;">Sumber : republika.co.id</span><span style="font-size: 100%;"><br /><span style="font-family: verdana;">Oleh : M. Saifudin </span>
</span>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Balas</div>SiR AdeLhttp://www.blogger.com/profile/13909011354551521784noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-865875627565954562.post-67503367136743303822014-09-12T08:00:00.000+07:002016-01-23T02:27:37.230+07:00Empat Karakteristik Umat Nabi Muhammad SAW (Renungan)<br />
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-aVUzgvbo2Pg/UscaSTj2p_I/AAAAAAAAAhc/UydxceswyzE/s1600/muhammadsaw.jpg" imageanchor="1"><img alt="Sayap-Sayap Kehidupan" border="0" height="205" src="http://4.bp.blogspot.com/-aVUzgvbo2Pg/UscaSTj2p_I/AAAAAAAAAhc/UydxceswyzE/s320/muhammadsaw.jpg" title="Rasulullah Muhammad SAW" width="320" /></a>
<br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Al Qur'an surah al-Fath ayat terakhir menyebutkan empat karakteristik yang harus dimiliki oleh umat Nabi Muhammad SAW.<br />
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<i>Pertama,</i> <i> asyidda ‘alal kuffar </i>(bersikap
keras terhadap orang-orang kafir). Bersikap keras dalam ayat ini
bukanlah berarti umat Islam harus menempuh jalan radikal terhadap
kelompok non-Muslim, akan tetapi maknanya adalah umat Islam harus
berpegang teguh terhadap prinsip-prinsip dan nilai-nilai ajaran Islam
serta mengamalkannya secara utuh.
Ungkapan lain, umat Islam tidak mengenal adanya kompromistis terhadap
cara hidup orang-orang kafir yang tidak kenal batas halal dan haram.<br />
<br />
Ciri <i>kedua,</i> <i>ruhama bainahum</i>
(menebarkan kasih sayang terhadap sesama). Umat Islam dituntut untuk
menebarkan kasih sayang terhadap sesama mereka, membela yang lemah,
meringankan kesusahan saudaranya, dan memberikan manfaat kepada orang
lain. Tentu semua itu harus dilakukan dengan penuh ketulusan hati, tanpa
pamrih dan tanpa embel-embel yang sarat dengan kepentingan sesaat
pribadi atau kelompoknya.<br />
<br />
Oleh sebab itu, dalam menanamkan
nilai-nilai kasih sayang ini, seorang tokoh pahlawan Indonesia, KH Ahmad
Dahlan mengajarkan surah al-Ma’un kepada murid-muridnya secara
berulang-ulang. Tidak lain, ini bertujuan agar kandungan atau pesan ayat
tersebut dipahami dengan baik, sehingga nilai kasih sayang tidak sebatas
kata-kata, tetapi dibuktikan dengan aksi nyata, seperti gemar membantu
orang lain, khususnya membantu dan menyantuni kaum dhu’afa, baik
keperluan pendidikannya, pakaiannya, makanannya, maupun keperluan asas
lainnya.<br />
<br />
<i>Ketiga,</i> <i>dzikrullah </i>(mengingat Allah). Allah dan RasulNya telah memerintahkan umat Islam supaya banyak berzikir kepada
Allah SWT. Nash Al Qur’an dan hadits Nabi SAW banyak menjelaskan tentang
keutamaan dan pentingnya zikir. Jadi, ciri umat Muhammad SAW selanjutnya
adalah senantiasa mengingat Allah SWT, seperti menunaikan shalat, puasa,
ibadah haji, membaca dan mendalami pemahaman Al Qur'an, shalat malam, dan
bentuk-bentuk dzikir lainnya.<br />
<br />
Namun, ibadah dzikir ini tidak hanya
dimaknai dengan dzikir syafawi (lisan), tetapi perlu dimaknai dengan
dzikir yang lebih luas, yaitu dzikir fi’li (perbuatan) yang melahirkan
watak dan perilaku yang baik dan terpuji ketika bergaul di tengah
lingkungan kehidupan masyarakat yang kompleks dengan tanpa sifat
kepura-puran dan kebohongan. <br />
<br />
Ada pun ciri yang <i>keempat,</i> <i>Simaahum fi Wujuhihim min Atsaris Sujuud</i>
(terdapat tanda bekas sujud pada wajah mereka). Maknanya, bahwa wajah
umat Muhammad SAW akan memancarkan cahaya putih disebabkan keimanan dan
ketakwaannya kepada Allah SWT. Jadi, dzikir ritual yang disertai
aktivitas sosial kemanusiaan inilah yang menyebabkan wajah pelakunya
bercahaya, yaitu pada air mukanya kelihatan kekuatan iman dan kesucian
hatinya.<br />
<br />
Demikianlah karakteristik mereka yang disebutkan dalam
kitab Taurat dan Injil yang asli, perumpamaannya laksana tanaman yang
mengeluarkan tunasnya, maka tunas tersebut menjadikan tanaman itu kuat
lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu
menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan
hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang Mukmin). Dan Allah
telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. Al-Fath (48) : 29).<br />
<br /></div>
<a href="http://siradel.blogspot.com/" style="font-family: verdana;" target="new">(",)v</a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 100%;">Sumber : republika.co.id</span><span style="font-size: 100%;"><br /><span style="font-family: "verdana";">Oleh : Imron Baehaqi, MA</span>
</span>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Balas</div>SiR AdeLhttp://www.blogger.com/profile/13909011354551521784noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-865875627565954562.post-91926631491056244912014-09-11T08:00:00.000+07:002015-01-26T04:30:18.822+07:00Amanah (Renungan)<br />
<img alt="Sayap-Sayap Kehidupan siradel.blogspot.com" border="0" src="http://www.alsglobal.com/~/media/Images/Divisions/Life%20Sciences/General%20Life%20Sciences/Hero%20Image/Hero-Image-LifeSciences-General.jpg" height="231" title="Sayap-Sayap Kehidupan siradel.blogspot.com" width="320" /><br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Betapa sebelnya kita jika dikhianati. Suami dikhianati oleh
istrinya. Istri dikhianati oleh suaminya. Sahabat ditikam dari belakang
oleh sahabatnya.<br />
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Orang yang diberi modal, malah membawa kabur
modal yang kita beri. Mitra kerja yang kita percaya menangani proyek,
malah merebut proyek kita. Orang tua yang memberi rumah, malah rumahnya
dijual buat hura-hura.<br />
<br />
Dan bermacam-macam lagi bentuk
pengkhianatan. Sepertinya hampir setiap orang pernah merasakan begini,
tinggal soal besar kecilnya saja.<br />
<br />
Sebagai rakyat, kita pun
memberi amanah kepada fulan dan fulan untuk menjadi wakil kita. Kita
yang memilih, atas izin Allah, mereka menjadi penguasa, menjadi
pemimpin. Tapi kemudian, kepercayaan itu dikhianati. Kita orang kecil,
disuruh patuh. Tapi mereka?<br />
<br />
Orang bila diberi kesempatan untuk
berbicara tentang pengkhianatan, tampaknya fasih sekali. Saya aja, kalau
tidak dihentikan, akan terus banyak omong.<br />
<br />
<i>Nggak </i>sadar
kalau saya ini, dan banyak lagi orang, ternyata juga pengkhianat besar
juga. Nggak tanggung-tanggung. Yang kita khianati adalah Allah.
Nastaghfirullahal 'azhim.<br />
<br />
Allah kasih kita hidup dan kehidupan.
Tapi dipanggil untuk shalat, malah menunda-nunda. Coba kalau kita punya
staf, sopir, orang yang sudah kita beri modal, atau anak kita deh.<br />
<br />
Kita panggil, lalu mereka mengabaikan panggilan kita. <i>Nggak</i> segera datang, kita pasti sebelnya minta ampun. "Dulu <i>mah</i> sebelum dimodalin, gampang <i>banget </i>dipanggil. Mau disuruh apa aja." Begitu mungkin kata kita.<br />
<br />
Nah, lalu kita ini apa di hadapan Allah? Yang kalau dipanggil Allah untuk shalat, lewat <i>wakilnya</i> di dunia ini, yakni <i>muazin</i>, lalu kita <i>nggak</i> datang.<br />
<br />
Datangnya pun seperti orang malas, tidak siap. <i>Nggak </i>dengan hati, pikiran, pakaian, keadaan yang siap, yang bagus, yang rapi. Sedang Allah Maha Tahu, bagaimana diri dan hati kita.<br />
<br />
Allah
memberi kita mata, kaki, tangan, telinga, mulut, dan pikiran. Tapi apa
yang terjadi? Kita bermaksiat dengan apa yang Allah sudah percayakan
kepada kita.<br />
<br />
Allah memberi kita pekerjaan, usaha, namun yang
pertama kali dan paling sering dilupakan, justru Allah. Sebelum dapat
pekerjaan, minta sampai menangis. Khususnya bagi yang menganggurnya
terlalu lama, sementara beban begitu berat.<br />
<br />
Eh, di hari pertama <i>interview </i>aja, dipanggil shalat oleh Allah, sudah menunda panggilan Allah. Padahal baru diuji dengan <i>interview </i>saja. <br />
<br />
Khawatir
kalau giliran wawancara tiba, malah sedang shalat. Begitu dikasih
pekerjaan, satu demi satu shalat sunah hilang, shalat yang fardhu pun
mulai berantakan.<br />
<br />
Allah memberi kita uang, tapi yang kita
kembalikan kepada-Nya malah paling sedikit. Dan segudang atau sederet
hal lain yang saya sendiri harusnya istighfar, agar mendapatkan
ampunannya. Apa jadinya bila Allah mencabut semua Karunia-Nya dari kita?
</div>
<br />
<a href="http://siradel.blogspot.com/" style="font-family: verdana;" target="new">(",)v</a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: verdana; font-size: 100%;">Sumber : republika.co.id</span><span style="font-size: 100%;"><br /><span style="font-family: verdana;">Oleh : Ustadz Yusuf Mansur</span></span>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Balas</div>SiR AdeLhttp://www.blogger.com/profile/13909011354551521784noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-865875627565954562.post-62255888672931230102014-02-12T08:00:00.000+07:002014-02-12T08:00:05.056+07:00Belajar Teliti (Renungan)<br />
<img src="http://district.iga.in.gov/DistrictLookup/Content/Images/magnifying_glass.jpg" height="240" width="320" /><br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Peribahasa <i>Teliti sebelum membeli </i>tampaknya tidak hanya tepat untuk calon konsumen atau pemilih agar tidak <i>membeli kucing dalam karung</i>, tapi juga relevan untuk siapapun, kapan saja, dan di mana saja.<br />
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Ketelitian sangat diperlukan dalam segala aspek kehidupan. Karena teliti merupakan
sifat terpuji yang sangat dianjurkan oleh Islam. <br />
<br />
Allah memerintahkan bersikap teliti, karena menusia cenderung bertindak tergesa-gesa, ceroboh, dan tidak berpikir jangka panjang. "...<i>Dan manusia itu cenderung bersifat tergesa-gesa</i>." (QS. Al-Isra' [17]: 11). Padahal, tergesa-gesa itu termasuk perilaku setan.<br />
<br />
Ketelitian
merupakan pangkal keselamatan dan kemaslahatan bersama. Sedangkan
kecerobohan menjadi penyebab kegagalan, penyesalan, dan kerugian.<br />
<br />
Hal ini sudah terbukti dalam banyak hal. Akibat tidak teliti atau
ceroboh, misalnya, seorang pemimpin atau tokoh masyarakat bisa <i>kehilangan muka</i> jika mengeluarkan pernyataan yang keliru atau tidak berdasar. <br />
<br />
Bahkan,
bisa jadi pernyataannya membuatnya diadukan kepada pihak berwajib
karena dinilai melakukan fitnah atau tindakan yang tidak menyenangkan.<br />
<br />
Kasir
yang teliti pasti tidak akan membuat kecerobohan dalam menghitung uang.
Istri yang teliti akan memilih cara yang efisien dalam membelanjakan
harta suami. <br />
<br />
Guru yang teliti akan memberi penilaian yang tepat
dan adil kepada para siswanya. Peneliti yang teliti dan tekun pasti akan
mengedepankan objektivitas dan netralitas, tidak menjadikan egoisitas
dan kepentingan pribadinya untuk mengambil kesimpulan dan
temuan-temuannya.<br />
<br />
Polisi dan Badan Intelelijen yang teliti akan
sigap dan cermat dalam menyelidiki, memverifikasi, dan memprediksi
hal-hal yang dapat mengganggu dan mengancam keamanan negara. <br />
<br />
Menteri
yang teliti pasti tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Presiden
yang teliti juga selalu berusaha arif, tepat, dan cermat dalam
mengeluarkan kebijakan.<br />
<br />
Teliti tidak identik dengan <i>takut berlebihan</i> dan berlama-lama dalam mengambil sikap dan keputusan. Teliti mengharuskan kejelian, kecermatan, akurasi, dan konsistensi. <br />
<br />
Ketelitian
menuntut kesabaran dan kebesaran jiwa untuk mengendalikan egoisitas dan
kepentingan pribadi demi tegaknya kebenaran dan keadilan. <br />
<br />
Dengan
demikian, ketelitian merupakan salah satu aspek kecerdasan emosi yang
menjadi pengendali sikap dan tindakan agar sesuai dengan nilai moral dan
hukum yang berlaku, tidak menyimpang dari jalan yang benar.<br />
<br />
Oleh
karena itu, ketika menerima berita yang belum jelas kebenarannya, Nabi SAW selalu memerintahkan sahabatnya untuk klarifikasi atau <i>tabâyun (ceck and receck)</i> agar tidak terjadi fitnah atau musibah besar. <br />
<br />
"<i>Hai
orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa berita,
periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaan yang menyebabkan kamu
menyesal atau perbuatan itu.</i>" (QS. Al-Hujurat [49]: 6).<br />
<br />
Ketidaktelitian
dapat terjadi jika seseorang lebih mengedepankan hawa nafsu,
kepentingan pribadi, cara berpikir subjektif yang tidak melihat jauh ke
depan, dan hanya tergiur oleh <i>iming-iming</i> materi yang menggiurkan. <br />
<br />
Ketidaktelitian
juga dapat diakibatkan oleh sistem (birokrasi) dan lingkungan kerja
yang korup, sehingga budaya suap atau sogok-menyogok menjadi hal yang
biasa, tanpa ada perasaan salah dan dosa. <i>Na'udzu billahi min dzalik.</i><br />
<br />
Sudah saatnya, kita selalu belajar teliti. Jika sikap teliti menjadi jati diri semua komponen bangsa, niscaya kita tidak mudah terkena fitnah sekaligus tidak gampang memfitnah orang lain. <br />
<br />
Belajar
menjadi orang yang teliti tidaklah sulit selama kita selalu berpikir
positif, melihat kedepan dengan penuh optimistis, mengutamakan kepentingan
umat dan bangsa, dan menjauhkan diri dari <i>godaan materi</i> dan hawa nafsu.<br />
<br />
Sungguh, kita merindukan masyarakat yang teliti dan berjiwa
peneliti. Dengan ketelitian dan penelitian, masyarakat dan bangsa ini
menjadi lebih dewasa dan berwibawa. Bangsa yang teliti adalah bangsa
selalu mengedepankan kejujuran dan kebenaran. <br />
<br />
Telitilah sebelum diteliti, karena teliti dapat membuat orang tidak menyesali diri di kemudian hari<i>. Wallahu a’lam bish-shawab!</i><br />
<br /></div>
<a href="http://siradel.blogspot.com/" style="font-family: verdana;" target="new">(",)v</a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: verdana; font-size: 100%;">Sumber : republika.co.id</span><span style="font-size: 100%;"><br /><span style="font-family: verdana;">Oleh : Muhbib Abdul Wahab</span></span></div>
<div class="blogger-post-footer">Balas</div>SiR AdeLhttp://www.blogger.com/profile/13909011354551521784noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-865875627565954562.post-50503165435376834212014-02-11T08:00:00.000+07:002014-02-11T08:00:00.533+07:00Ibunda Almasih Wanita yang Dimuliakan Allah SWT (Renungan)<br />
<img src="http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/gurun-pasir-ilustrasi-_120122000527-522.jpg" height="213" width="320" /><br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Kaum wanita memiliki sejarah panjang yang cukup kelam. Keberadaan
mereka dimarginalkan dan posisi mereka dinomorduakan. Bagi orang-orang
Yahudi martabat wanita mereka tidak lebih dari seorang budak.<br />
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Seorang ayah berhak menjual anak perempuannya jika ia tidak mempunyai
seorang anak. Ketika wanita haid mereka tidak boleh makan bersama,
karena mereka adalah najis.<br />
<br />
Dalam tradisi bani Israil pengurus
baitul makdis selalu diserahkan kepada kaum laki-laki. Kala itu pengurus
baitul makdis adalah tugas terhormat dan sangat mulia. Tidak sembarang
orang boleh dan bisa melakukannya. Belum ada sejarahanya pengurus baitul
makdis itu wanita. Sampai lahir seorang wanita yang Allah lebihkan ia
dari wanita seluruh dunia di masanya.<br />
<br />
Kisah ini bermula ketika
istri Imran tengah mengandung dan ia bermunajat kepada Allah SWT. Istri
imran bernadzar jika anak yang di dalam kandungannya kelak lahir, maka
ia akan serahkan untuk menjadi pengurus baitul makdis lillahi ta’ala. <br />
<br />
Namun
ternyata anak yang dilahirkannya bukanlah seorang anak laki-laki
seperti yang diharapkannya. Itu tidak menjadikannya urung niat untuk
menjadikan anaknya sebagai pelayan baitul makdis.<br />
<br />
Kemudian ia
beri nama anak tersebut Maryam. Maryam adalah bahasa Ibrani yang berarti
seorang ahli ibadah yang taat lillahi ta’ala. Istri Imran pun memohon
kepada Allah agar anaknya dimuliakan dan dilindungi dari gangguan setan
yang terkutuk. Harapan dalam doa istri Imran tersebut dikabulkan oleh
Allah SWT. <br />
<br />
“Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan
penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan
Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk untuk
menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya.<br />
Zakaria berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan)
ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah
memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.” (QS. Ali
Imran [2] : 37)<br />
<br />
Allah tinggikan derajat kaum wanita melalui
Maryam. Ia adalah wanita pertama dan satu-satunya yang menjadi pelayan
baitul makdis. Allah SWT jadikan Maryam wanita terbaik di seluruh dunia
pada zamannya. Sebagian ulama tafsir menyebutkan Maryam adalah wanita
tercantik di zamannya. <br />
<br />
“Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril)
berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan
kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan
kamu).” (QS. Ali Imran [2] : 37)<br />
<br />
Tidak sampai disitu, Maryam
adalah wanita terpilih yang Allah SWT anugerahkan seorang anak langsung
dari kalimat-Nya. Tanpa melalui proses biologis yang alami.<br />
<br />
“(Ingatlah),
ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah SWT
menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan)
dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putra
Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk
orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).” (QS. Ali Imran [2] : 45)<br />
<br />
Penciptaan
Nabi Isa AS ini seperti penciptaan Nabi Adam AS. Kisah ini ada dalam
Al Qur'an kitab yang dibawa oleh Nabi Muhamad Shalallahu ‘Alaihi Wasalam. <i>Wallahu a‘lam bi showab. </i><br />
<br /></div>
<a href="http://siradel.blogspot.com/" style="font-family: verdana;" target="new">(",)v</a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: verdana; font-size: 100%;">Sumber : republika.co.id</span><span style="font-size: 100%;"><br /><span style="font-family: verdana;">Oleh : Agustiar Nur Akbar</span></span></div>
<div class="blogger-post-footer">Balas</div>SiR AdeLhttp://www.blogger.com/profile/13909011354551521784noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-865875627565954562.post-66023448567259824592014-02-10T08:00:00.000+07:002014-02-10T08:00:01.106+07:00Bisnis Pejabat (Renungan)<br />
<img src="http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/perencanaan-bisnis-ilustrasi-_130227192225-535.jpg" height="213" width="320" /><br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Ibnu al-Lutbiyyah ditugaskan Rasulullah untuk mengumpulkan pajak dari
Bani Suleim. Saat melapor kepada beliau, al-Lutbiyyah memilah harta
yang dibawanya menjadi dua, seraya berkata, “<i>Bagian ini untuk engkau (baitulmal) dan bagian ini adalah hadiah yang diberikan kepadaku</i>.” <br />
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Menyaksikan hal ini, tersirat kemarahan di wajah beliau, lalu berkata, “<i>Jika kamu duduk di rumah ibu-bapakmu, apakah kamu akan mendapatkan hadiah-hadiah itu</i>?”<br />
<br />
Kemudian, Rasulullah SAW berdiri berkhotbah, “<i>Amma
ba’du, Sesungguhnya aku telah menugaskan seorang dari kamu suatu
pekerjaan yang dibebankan Allah kepadaku, kemudian datang dan berkata,
‘Ini bagian untukmu dan ini adalah hadiah yang khusus untukku. Apakah
dia akan dapatkan hadiah-hadiah itu jikalau duduk di rumah ibu-bapaknya?
Demi Allah, jika salah seorang dari kamu mengambil yang bukan haknya,
akan dibebani Allah dengan harta itu pada hari kiamat</i>.” (HR. Al
Bukhari) (Lihat dalam Fathul Bari, Juz III, hal 285). Ibnu al-Lutbiyyah
tidak mengambil hadiah itu dan memberikannya ke baitulmal.<br />
<br />
Pada
masa Umar Bin Khattab, penerapan sistem ini amat tegas terhadap semua
gubernur yang berkuasa. Umar membagi harta mereka yang didapatkan lewat
bisnis dan lainnya menjadi dua bagian sebagian untuk mereka dan sebagian
lainnya untuk baitulmal.<br />
<br />
Pada saat itu, para gubernur terdiri
atas para pembesar sahabat, seperti Abu Hurairah, Amr ibnu al Ash,
Abdullah bin Abbas, Sa’d bin Abi Waqqash, dan ‘Utbah bin Abi Sufyan. Alasan Umar membagi harta kekayaan mereka menjadi dua karena adanya syubhat pada sebagian harta kekayaan mereka.<br />
<br />
Ada kemungkinan harta tersebut didapatkan melalui kekuasaan, jabatan, dan wibawa mereka sebagai penguasa saat mereka bisnis. Islam sebagai agama yang menganut prinsip keseimbangan, keadilan,
keluwesan, dan keluasan membolehkan umatnya memiliki harta yang
dihasilkan sesuai dengan prinsip syariah. <br />
<br />
Akan tetapi,
kepemilikan harta secara pribadi ini, tidak bebas tanpa batas, seperti
dalam sistem ekonomi liberal dan tidak dilarang, seperti dalam sistem
sosialis. Kepemilikan itu dibatasi sesuai dengan prinsip keadilan yang
penuh toleransi.<br />
<br />
Di antara ketentuan itu,<i> Pertama,</i> adanya pembatasan penumpukan kekayaan kepada orang-orang tertentu. Allah berfirman, “...<i>Supaya harta itu tidak beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu</i>… (QS. al-Hasyr [59] :7). <br />
<br />
<i>Kedua,</i>
mengharamkan sebagian harta. Harta yang boleh dimiliki dan dinikmati
hanyalah harta yang didapat secara baik, halal, dan sesuai dengan
ketentuan syariat.<br />
<br />
Ada beberapa harta yang diharamkan karena
didapat dengan cara zalim dan tidak sesuai prinsip keadilan distribusi
harta seperti, (a) harta yang diperoleh dari riba. <br />
<br />
Islam
mengancam pemakan riba dengan siksaan amat pedih. (Lihat an-Nisaa’[4]:
160-161, al-Baqarah [2]: 275-280). (b) Harta yang diperoleh dengan cara
monopoli dan penipuan dan (c) harta hasil eksploitasi jabatan dan
kedudukan.<br />
<br />
Negara boleh menyita harta para pejabat yang didapat
dengan menggunakan kedudukan dan jabatannya, lalu memasukkannya pada
daftar kekayaan negara. <br />
<br />
Jika secara logika seorang pejabat
memiliki kakayaan yang tidak sesuai antara penghasilan resmi bahkan
nilai tabungannya berjumlah miliaran, dia perlu diperiksa yang berwajib.<br />
<br />
Umar
menyita harta pejabat yang didapat dengan cara mengeksploitasi jabatan
dan kedudukannya. Lalu, harta itu diberikannya kepada baitulmal atau kas
negara. Apa yang dilakukan Umar itu perlu diteladani dan ditegakkan di
negeri ini secara adil.<br />
<br />
Semoga kita terhindar dari godaan genit tahta, harta dan wanita di sebuah zaman yang mulai menggila.<br />
<br /></div>
<a href="http://siradel.blogspot.com/" style="font-family: verdana;" target="new">(",)v</a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: verdana; font-size: 100%;">Sumber : republika.co.id</span><span style="font-size: 100%;"><br /><span style="font-family: verdana;">Oleh : KH. Achmad Satori Ismail</span></span></div>
<div class="blogger-post-footer">Balas</div>SiR AdeLhttp://www.blogger.com/profile/13909011354551521784noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-865875627565954562.post-57048419690031070172014-02-09T22:00:00.000+07:002014-02-09T22:36:27.866+07:00Cara Benar Memandang Harta (Renungan)<br />
<img src="http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/koin-emas-_120217144643-994.jpg" height="231" width="320" /><br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Harta merupakan salah satu benda dunia yang dihamparkan Allah untuk
manusia (QS. Ali Imron: 14). Ada tiga golongan manusia dalam memandang
harta.<br />
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Golongan pertama beranggapan, bahwa harta adalah tujuan hidup
mereka. Mereka mencintai, menggandrungi, mengejar, lalu bergantung pada
harta seperti seorang bayi yang bergantung kepada ASI. <br />
<br />
Mereka adalah orang-orang materialis yang tidak memiliki suatu idealisme. Dalam Islam
hal itu sebagai perbuatan sia-sia dan batal. “Barangsiapa yang
menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, Kami berikan kepada mereka
balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia
tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di
akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat apa yang telah mereka
usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan“ (QS.
Hud: 15-16).<br />
<br />
Kaum materialis yang hanya mengejar kepentingan
dunia ini disebut sebagai orang-orang kafir yang seperti binatang.
“Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mukmin dan beramal saleh ke
dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang
kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya
binatang. Dan jahanam adalah tempat tinggal mereka“ (QS. Muhammad: 12).<br />
<br />
Golongan
kedua adalah kebalikan dari golongan pertama, yaitu mereka yang hidup
zuhud, mengelak dari kemewahan harta benda dunia. Mereka tidak kawin,
tidak berpakaian. Mereka adalah para pendeta Buddha, Hindu, Yahudi,
Nasrani dan orang-orang sufi Muslim. Jumlah mereka amat sedikit. <br />
<br />
Terhadap
golongan kedua ini, Al Qur'an mengatakan, “Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi
kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas“ (QS. Al-Maidah: 87).<br />
<br />
Cara-cara
kependetaan tidak dibenarkan dalam Islam. “Dan mereka mengada-adakan
rahbaniyah padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka
sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu
mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya“ (QS.
Al-Hadid: 27).<br />
<br />
Golongan ketiga inilah yang dibenarkan Islam.
Mereka bekerja mencari rezeki, memakmurkan dunia, tetapi mereka tidak
tenggelam atau larut dalam gebyar dunia. Mereka berpendapat, bahwa harta
benda dunia adalah modal ibadah kepada Allah. <br />
<br />
Mereka mengikuti
perintah Allah, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bagianmu dari (kenikmatan) dunia dan berbuat baiklah sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.“ (QS. Al-Qashas: 77).<br />
<br />
Al Qur'an pun mengajarkan
keseimbangan dunia dan akhirat seperti. “Dan di antara mereka ada orang
yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan
di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". Mereka Itulah
orang-orang yang mendapat bagian dari yang mereka usahakan. Dan Allah
sangat cepat perhitungan-Nya.“ (QS. Al-Baqarah: 202).<br />
<br /></div>
<a href="http://siradel.blogspot.com/" style="font-family: verdana;" target="new">(",)v</a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: verdana; font-size: 100%;">Sumber : republika.co.id</span><span style="font-size: 100%;"><br /><span style="font-family: verdana;">Oleh : KH. Muhammad Dawam Saleh</span></span></div>
<div class="blogger-post-footer">Balas</div>SiR AdeLhttp://www.blogger.com/profile/13909011354551521784noreply@blogger.com1