Ketika Rasulullah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar,
Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan seorang sahabat Anshar yang
berkecukupan secara materi, yaitu Saad bin Rabi'.
(",)v
Sumber : republika.co.id
Oleh : Imam Nawawi
Sebagai
seorang Muslim, Saad telah memiliki visi besar yang hendak diraihnya
dalam kehidupan dunia akhiratnya. Maka, atas dorongan imannya yang kuat
dan penuh keyakinan, Saad menawarkan separuh dari apa yang dimilikinya
kepada Abdurrahman bin Auf.
“Saya memiliki dua rumah dan dua kebun. Jika engkau berkenan saudaraku, ambilah separuh darinya. Saya juga punya dua orang istri, jika engkau berkenan silakan lihat satu di antaranya. Niscaya aku akan menceraikannya untukmu,” demikian tawaran Saad bin Rabi'.
Aneh dan sangat mengejutkan, Abdurrahman bin Auf justru menolak semua permintaan Saad bin Rabi' itu. Abdurrahman berkata kepada Saad bin Rabi', “Tidak saudaraku, aku tidak membutuhkan semua itu. Semoga Allah memberikan keberkahan bagi harta dan keluargamu. Tunjukkanlah kepadaku di mana pasar.”
Kisah ini sangat mengagumkan. Bagaimana mungkin ada seorang manusia yang rela memberikan separuh harta yang dimilikinya untuk saudara seimannya. Dan, lebih mengagumkan lagi, bagaimana ada seorang manusia yang mendapat tawaran harta, lalu menolaknya dengan penuh kesantunan.
Berbeda dengan saat ini, dimana sebagian orang yang kaya memiliih hidup kikir dan yang miskin begitu bernafsu mendapatkan bantuan. Bahkan umumnya, manusia kini sibuk berlomba-lomba mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Sebagian besar malah tidak peduli lagi dengan cara mendapatkannya, halal atau haram, semuanya disikat habis.
Sebagai seorang Muslim, kisah antara Saad bin Rabi' dan Abdurrahman bin Auf sangat layak dijadikan bahan renungan bagi kita semua, guna meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Keduanya sama sekali tidak terbelenggu oleh kenikmatan harta dunia.
Sebagai seorang Muslim yang memulai hidup baru, dengan hanya memiliki pakaian di badan, Abdurrahman bin Auf memiliki etos kerja yang tangguh. Visinya untuk menjadi seorang Muslim yang paling bermanfaat bagi perjuangan umat Islam, mengantarkannya sebagai seorang pedagang sukses. Sampai akhirnya dia berhasil menjadi konglomerat.
Tetapi, karena visi ukhrawinya yang kuat, ia tidak terjebak pada kekayaan yang digenggamnya. Ia berhasil keluar dari jebakan harta dunia yang telah menenggelamkan Qarun dan menistakan Tsa'labah.
Seolah tidak mau kalah dari Saad bin Rabi' yang begitu dermawan, ketika ia telah menjadi seorang konglomerat, seluruh harta yang dimilikinya, sepenuhnya disedekahkan untuk perjuangan dan kelangsungan hidup umat Islam. Bahkan, Abdurrahman bin Auf telah menyumbangkan 700 ekor unta dan muatannya untuk umat Islam. Suatu peristiwa istimewa yang tentu untuk hari ini sangat langka kita menemukannya.
Siapa yang lebih memilih mencintai harta dunia daripada mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka belumlah sempurna keimanannya. (QS. Ali Imran [3]: 92). Padahal, hanya dengan kesempurnaan iman visi seorang Muslim benar-benar akan merealita. Yakni, menjadi manusia yang paling bermanfaat bagi yang lainnya.
“Saya memiliki dua rumah dan dua kebun. Jika engkau berkenan saudaraku, ambilah separuh darinya. Saya juga punya dua orang istri, jika engkau berkenan silakan lihat satu di antaranya. Niscaya aku akan menceraikannya untukmu,” demikian tawaran Saad bin Rabi'.
Aneh dan sangat mengejutkan, Abdurrahman bin Auf justru menolak semua permintaan Saad bin Rabi' itu. Abdurrahman berkata kepada Saad bin Rabi', “Tidak saudaraku, aku tidak membutuhkan semua itu. Semoga Allah memberikan keberkahan bagi harta dan keluargamu. Tunjukkanlah kepadaku di mana pasar.”
Kisah ini sangat mengagumkan. Bagaimana mungkin ada seorang manusia yang rela memberikan separuh harta yang dimilikinya untuk saudara seimannya. Dan, lebih mengagumkan lagi, bagaimana ada seorang manusia yang mendapat tawaran harta, lalu menolaknya dengan penuh kesantunan.
Berbeda dengan saat ini, dimana sebagian orang yang kaya memiliih hidup kikir dan yang miskin begitu bernafsu mendapatkan bantuan. Bahkan umumnya, manusia kini sibuk berlomba-lomba mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Sebagian besar malah tidak peduli lagi dengan cara mendapatkannya, halal atau haram, semuanya disikat habis.
Sebagai seorang Muslim, kisah antara Saad bin Rabi' dan Abdurrahman bin Auf sangat layak dijadikan bahan renungan bagi kita semua, guna meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Keduanya sama sekali tidak terbelenggu oleh kenikmatan harta dunia.
Sebagai seorang Muslim yang memulai hidup baru, dengan hanya memiliki pakaian di badan, Abdurrahman bin Auf memiliki etos kerja yang tangguh. Visinya untuk menjadi seorang Muslim yang paling bermanfaat bagi perjuangan umat Islam, mengantarkannya sebagai seorang pedagang sukses. Sampai akhirnya dia berhasil menjadi konglomerat.
Tetapi, karena visi ukhrawinya yang kuat, ia tidak terjebak pada kekayaan yang digenggamnya. Ia berhasil keluar dari jebakan harta dunia yang telah menenggelamkan Qarun dan menistakan Tsa'labah.
Seolah tidak mau kalah dari Saad bin Rabi' yang begitu dermawan, ketika ia telah menjadi seorang konglomerat, seluruh harta yang dimilikinya, sepenuhnya disedekahkan untuk perjuangan dan kelangsungan hidup umat Islam. Bahkan, Abdurrahman bin Auf telah menyumbangkan 700 ekor unta dan muatannya untuk umat Islam. Suatu peristiwa istimewa yang tentu untuk hari ini sangat langka kita menemukannya.
Siapa yang lebih memilih mencintai harta dunia daripada mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka belumlah sempurna keimanannya. (QS. Ali Imran [3]: 92). Padahal, hanya dengan kesempurnaan iman visi seorang Muslim benar-benar akan merealita. Yakni, menjadi manusia yang paling bermanfaat bagi yang lainnya.
(",)v
Sumber : republika.co.id
Oleh : Imam Nawawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”