Pages

Subscribe:

Senin, 10 September 2012

Asal-Usul Ada 7 Hari Dalam Seminggu



Pada suatu waktu di dalam sejarah awal peradaban manusia, dimana ketika hari-hari tidak diberi nama. Hal itu memiliki alasan yang sangat sederhana, manusia tidak menemukan minggu, yang merupakan 7 hari di dalamnya.

Kala itu, satu-satunya pembagian waktu ialah bulan, dan terlalu banyak hari apabila dalam satu bulan diberi nama sendiri-sendiri. Akan tetapi, disaat manusia mulai membangun kota-kota, mereka pun ingin mempunyai hari istimewa untuk berdagang, yaitu suatu hari pasar.

Kadang-kadang hari pasar ini, ditetapkan pada setiap hari kesepuluh, kadang-kadang juga setiap hari ketujuh atau setiap hari kelima. Orang-orang Babilonia memutuskan hari pasar harus jatuh pada hari ketujuh. Pada hari ini mereka tidak bekerja, tetapi bertemu untuk berdagang dan mengadakan upacara-upacara keagamaan.

Melihat hal ini, bangsa Yahudi mengikuti contoh mereka, namun mengkhususkan hari ketujuh untuk keperluaan keagamaan. Dengan demikian, munculah hari dalam seminggu. Hari itu adalah hari antara hari-hari pasar. Bangsa Yahudi memberi nama untuk masing-masing hari dari ketujuh hari itu, tetapi sebenarnya itu adalah hitungan setelah hari Sabat (yaitu hari Sabtu). Misalnya, hari Rabu dinamakan hari keempat (empat hari setelah hari Sabtu).

Ketika Bangsa Mesir menggunakan seminggu yang terdiri dari tujuh hari, mereka menamakan hari-hari itu menurut nama kelima planet, matahari dan bulan. Bangsa Romawi menggunakan nama-nama Mesir untuk hari-hari mereka dalam seminggu : hari Matahari, hari Bulan, hari planet Mars, hari planet Merkurius, hari planet Yupiter, hari planet Venus, dan hari planet Saturnus.

Saat ini, rata-rata bangsa di dunia memperoleh nama-nama hari bukan dari Bangsa Romawi, akan tetapi dari Bangsa Anglo-Saxon, yang menamai sebagian besar dari hari-hari menurut nama dewa-dewa mereka, yang kurang lebih sama dengan dewa-dewa Bangsa Romawi.


Hari Matahari menjadi ‘Sunnandaeg’, atau Sunday (Minggu)

Hari Bulan dinamakan ‘Monandaeg’, atau Monday (Senin)

Hari Mars menjadi hari Tiw, yaitu dewa perang mereka. Ini menjadi ‘Tiwesdaeg’, atau Tuesday (Selasa)

Bukannya nama Merkurius, nama Dewa Woden diberikan menjadi Wednesday (Rabu)

Hari Romawi Yupiter, dewa guntur, menjadi hari guntur Dewa Thor, dan ini menjadi Thursday (Kamis)

Hari berikutnya dinamakan Frigg, istri Dewa Odin, dan oleh karena itu kita mempunyai Friday (Jumat)

Hari Saturnus menjadi ‘Saeterbsdaeg’, terjemahan dari bahasa Romawi, dan kemudian menjadi Saturday (Sabtu)


Satu hari, biasanya dihitung sebagai jarak antara terbitnya matahari dan terbenamnya matahari. Bangsa Romawi menghitungnya dari tengah malam sampai tengah malam, dan kebanyakan bangsa-bangsa modern menggunakan metode seperti ini.

(",)v Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”

Lazada Indonesia