Selasa, 28 Agustus 2012
Thermometer Keimanan (Renungan)
Kadar keimanan seseorang dapat bertambah dan berkurang bagaikan thermometer. Setiap pribadi Muslim pada umumnya merasakan kadar keimanannya meningkat pada bulan Ramadhan. Mereka juga merasakan mudahnya melaksanakan berbagai tindakan kebajikan di bulan suci tersebut.
Bahkan tidak jarang di antara mereka yang menggunakan momentum Ramadhan untuk berbuat baik sebanyak-banyaknya karena berbagai rangsangan yang memudahkan terlaksananya amal kebaikan.
Namun, tidak tidak setiap pribadi Muslim menyadari penyebab yang memudahkan terlaksananya berbagai kebaikan di bulan Ramadhan. Padahal jika direnungkan, peningkatan kadar keimanan di bulan tersebut dapat dilakukan melalui perenungan dan evaluasi sederhana sesuai dengan kapasitas akalnya.
Iman kata para ulama bagaikan pohon, ia akan tumbuh subur dengan disirami air dan ditaburi pupuk. Selanjutnya, ia akan berbuah sesuai dengan input yang diterimanya. Demikian pula dengan keimanan, ia akan tumbuh dengan menu utamanya amal saleh dan minumannya menjauhkan diri dari perbuatan maksiat.
Dalam kaitan tersebut Sayyidina Ali RA berkata, "Iman bagaikan satu nuktah (titik) putih. Jika seseorang berbuat kebajikan, maka kadar keimanannya akan tumbuh dan memutihkan seluruh hati. Sedangkan nifak bagaikan satu nuktah (titik) hitam. Jika seseorang berbuat keburukan, maka kadar keimanannya akan berkurang, sehingga menghitamkan seluruh hati."
Di dalam Al Qur'an dan As-sunnah terdapat berbagai penjelasan yang menegaskan bertambahnya kadar keimanan dengan sebab perbuatan baik dan berkurangnya kadar keimanan dengan perbuatan buruk.
Di antara penjelasan tersebut, Allah SWT berfirman, "Sungguh orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila nama Allah disebut, maka hati mereka bergetar dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, maka keimanan mereka bertambah." (QS. Al-Anfaal: 2).
Sedangkan di dalam As-Sunnah juga terdapat penjelasan serupa, di antaranya sabda Rasulullah SAW, "Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah merubahnya dengan tangan (kekuasaan)nya. Jika tidak mampu, maka hendaklah merubahnya dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka hendaklah merubahnya dengan hatinya. Dan yang terakhir itu adalah iman yang paling lemah." (HR. Muslim).
Tentu yang dimaksudkan dengan amal saleh yang menjadi menu utama penambahan kadar keimanan tersebut, bukan sekedar ibadah dalam arti khusus seperti shalat, zakat, puasa, dan haji, kendati ibadah khusus tersebut berkaitan langsung dengan kadar keimanan seseorang.
Melainkan juga semua ibadah dan kebajikan secara umum, seperti mengajarkan/mempelajari ilmu agama; membaca Al Qur'an dengan pendalaman makna serta tafsirnya; merenungkan sirah nabi dan sirah orang-orang saleh; meneliti/merenungi tanda-tanda kekuasaan Allah; dan semua sarana maupun prasarana yang menjadi penyebab terlaksananya perbuatan baik.
Disamping menu utama tersebut, peningkatan kadar keimanan seseorang perlu diberi minuman, berupa menjauhkan diri dari perbuatan buruk. Sebab, keburukan dalam segala bentuknya, memiliki pengaruh negatif terhadap tubuh, hati, dan jiwa, serta berpengaruh langsung terhadap kadar keimanan seseorang.
Termasuk dalam kategori perbuatan buruk disini adalah segala bentuk kesamaran (syubhat) yang meragukan hati, sebab ke-syubhat-an layaknya bara api yang dengan perlahan namun pasti, merusak dan membakar hati.
Semoga Allah SWT memberikan kesadaran kepada kita untuk senantiasa berbuat baik di dalam dan luar Ramadhan, sehingga kadar keimanan kita senantiasa meningkat yang sekaligus berarti peningkatan petujuk (hidayah) atas berbagai petunjuk yang telah dianugerahkan kepada kita. Wallahua'lam.
(",)v
Sumber : republika.co.id
Oleh : Dr. Muhammad Hariyadi, MA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”