Jumat, 20 Agustus 2010
Ninja
Ninja atau Shinobi (忍者 atau 忍び?), adalah seorang pembunuh yang terlatih dalam seni Ninjutsu (secara kasarnya "seni pergerakan sunyi") Jepang. Dalam bahasa Jepang sendiri, secara harfiah berarti "seseorang yang bergerak secara rahasia".
Ninja, layaknya "Samurai", mematuhi peraturan khas mereka sendiri, yang disebut Ninpo. Menurut sebagian pengamat Ninjutsu, keahlian seorang Ninja bukanlah membunuh, akan tetapi penyusupan. Ninja berasal dari bahasa Jepang yang berbunyi "Nin" yang artinya menyusup. Jadi, keahlian khusus seorang Ninja adalah menyusup dengan atau tanpa suara.
Definisi Secara Luas
Ninja biasanya segera dikaitkan dengan sosok yang terampil dalam ilmu beladiri, ahli menyusup, dan serba misterius, seperti yang tampak di dalam film atau manga (komik Jepang). Kata Ninja terbentuk dari dua suku kata, yaitu "Nin" (忍?) dan "Sha" (者?), yang masing-masing artinya, adalah Nin "tersembunyi" dan Sha "orang". Jadi Ninja adalah mata-mata profesional pada zaman feodal Jepang.
Sejarah Ninja sendiri sangat sulit dilacak. Informasi mengenai keberadaan mereka tersimpan rapat-rapat dalam dokumen-dokumen rahasia.
Ninja juga bisa diartikan sebagai nama yang diberikan kepada seseorang yang menguasai dan mendalami seni bela diri Ninjutsu. Nin artinya "pertahanan" dan Jutsu adalah "seni atau cara". Kata Ninja juga diambil dari kata Ninpo. Po artinya "falsafah hidup" atau dengan kata lain, Ninpo adalah falsafah tertinggi dari ilmu beladiri Ninjutsu yang menjadi dasar kehidupan seorang Ninja. Jadi, Ninja akan selalu waspada dan terintregasi pada prinsip Ninpo.
Ninja merupakan mata-mata profesional di zaman ketika para samurai masih memegang kekuasaan tertinggi di pemerintahan Jepang, abad ke-12. Pada abad ke-14, pertarungan memperebutkan kekuasaan semakin memanas, informasi tentang aktivitas, dan kekuatan lawan menjadi penting, para Ninja pun semakin aktif.
Para Ninja dipanggil oleh Daimyo (orang yang memiliki pengaruh besar di suatu wilayah) untuk mengumpulkan informasi, merusak, dan menghancurkan gudang persenjataan ataupun gudang makanan, serta untuk memimpin pasukan penyerbuan di malam hari. Karena itu Ninja memperoleh latiham khusus. Ninja tetap aktif sampai Zaman Edo (1600-1868), dimana akhirnya kekuasaan dibenahi oleh pemerintah di Zaman Edo.
Asal-Usul Ninja
Kemunculan Ninja pada tahun 522 berhubungan erat dengan masuknya seni "Nonuse" ke Jepang. Seni nonuse inilah yang membuka jalan bagi lahirnya Ninja.
Seni Nonuse atau yang biasa disebut seni bertindak diam-diam, adalah suatu praktek keagamaan yang dilakukan oleh para pendeta yang pada saat itu bertugas memberikan informasi kepada orang-orang di pemerintahan. Sekitar tahun 645, pendeta-pendeta tersebut menyempurnakan kemampuan bela diri dan mulai menggunakan pengetahuan mereka tentang nonuse untuk melindungi diri dari intimidasi pemerintah pusat.
Pada tahun 794-1192, kehidupan masyarakat Jepang mulai berkembang dan melahirkan kelas-kelas baru berdasarkan kekayaan. Keluarga kelas ini saling bertarung satu dengan lainnya dalam usaha menggulingkan kekaisaran. Kebutuhan keluarga akan pembunuh dan mata-mata semakin meningkat untuk memperebutkan kekuasaan. Karena itu permintaan akan para praktisi nonuse semakin meningkat. Inilah awal kelahiran Ninja.
Pada abad ke-16, Ninja sudah dikenal dan eksis sebagai suatu keluarga atau klan di kota Iga atau Koga. Ninja pada saat itu merupakan profesi yang berhubungan erat dengan intelijen tingkat tinggi dalam pemerintah feodal para raja di Jepang. Berdasarkan hal itu, masing-masing klan memiliki tradisi mengajarkan ilmu beladiri secara rahasia dalam keluarganya saja.
Ilmu beladiri yang kemudian dikenal dengan nama Ninjutsu, adalah ilmu yang diwariskan dari leluhur mereka atas hasil penyempurnaan seni berperang selama puluhan generasi. Menurut para ahli sejarah, hal itu telah berlangsung selama lebih dari 4 abad. Ilmu itu meliputi filsafat bushido, spionase, taktik perang komando, tenaga dalam, tenaga supranatural, dan berbagai jenis bela diri lain yang tumbuh dan berkembang menurut zaman.
Namun, ada sebuah catatan sejarah yang mengatakan, bahwa sekitar abad ke-9 terjadi eksodus dari Cina ke Jepang. Hal ini terjadi, karena runtuhnya dinasti Tang dan adanya pergolakan politik. Sehingga, banyak pengungsi yang mencari perlindungan ke Jepang. Sebagian dari mereka adalah jendral besar, prajurit, dan biksu.
Mereka menetap di provinsi Iga, di tengah pulau Honshu. Jendral tersebut, antara lain : Cho Gyokko, Ikai Cho Busho, membawa pengetahuan mereka dan membaur dengan kebudayaan setempat. Strategi militer, filsafat kepercayaan, konsep kebudayaan, ilmu pengobatan tradisional, dan falsafah tradisional. Semuanya menyatu dengan kebiasaan setempat yang akhirnya membentuk ilmu yang bernama Ninjutsu.
Seputar Bela Diri Ninjutsu
Diagram Bansenshukai ini berisikan
ramalan dan kosmologi esoterik (onmyōdō)
untuk menetapkan waktu ideal seorang ninja
melakukan tindakan tertentu.
Gerakan beladiri Ninjutsu hanya tendangan, lemparan, patahan, dan serangan. Kemudian dilengkapi dengan teknik pertahanan diri seperti bantingan, berputar, dan teknik bantu, seperti : meloloskan diri, mengendap, dan teknik khusus lainnya. Namun, dalam prakteknya, Ninja menghindari kontak langsung dengan lawannya.
Oleh karena itu, berbagai alat lempar, lontar, tembak, dan penyamaran lebih sering digunakan. Berbeda dengan seni beladiri lain, Ninjutsu mengajarkan teknik spionase, sabotase, melumpuhkan lawan, dan menjatuhkan mental lawan. Ilmu tersebut digunakan untuk melindungi keluarga Ninja mereka. Apa yang dilakukan Ninja memang sulit dimengerti. Pada satu sisi harus bertempur untuk melindungi, di sisi lain Ninja harus menerapkan "berperilaku kejam dan licik" saat menggunakan jurus untuk menghadapi lawan.
Di sisi lain ajaran ninpo memberi petunjuk, bahwa salah satu tujuan Ninjutsu, adalah mengaktifkan indra keenam mereka. Perpaduan intuisi dan kekuatan fisik pada jangka waktu yang lama, memungkinkan para Ninja untuk mengaktifkan indra keenamnya, sehingga dapat mengenal orang lain dengan baik dan mengerti berbagai persoalan dalam berbagai disiplin ilmu.
Di dalam ninpo terdapat teknik beladiri tangan kosong (taijutsu), teknik pedang (kenjutsu), teknik bahan peledak dan senjata api (kajutsu), teknik hipnotis (saimonjutsu), dan teknik ilusi (genjutsu).
Pada aliran Togaku Ryu, dikenal adanya energi yang disebut Kuji Kiri. Prinsipnya, adalah penggabungan antara kekuatan fisik dan mental. Penyaluran energi yang tepat dari tenaga kuji kiri dapat bersifat menghancurkan. Namun, di sisi lain, jika digunakan untuk olah pikir, dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang pelik.
Ninjutsu akan sia-sia, jika Ninja tidak memiliki mental dan spiritual yang kuat. Untuk itu, Ninja harus menguasai Kuji-in, yaitu kekuatan spiritual dan mental berdasarkan simbol yang terdapat di telapak tangan yang dipercaya menjadi saluran energi.
Simbol di tangan di ambil dari praktek pada massa awal penyebaran agama Buddha. Kuji-in digunakan untuk membangun kepercayaan diri dan kekuatan seorang Ninja. Kuji-in mampu meningkatkan kepekaan terhadap keadaan bahaya dan mendeteksi adanya kematian.
Dari 81 simbol yang ada, hanya 9 yang utama, yaitu :
1. Rin (memberi kekuatan tubuh)
2. Hei (memberi kekuatan menyamarkan kehadiran seseorang)
3. Toh (menyeimbangkan bagian padat dan cair pada tubuh)
4. Sha (kemampuan menyembuhkan)
5. Kai (memberi kontrol menyeluruh terhadap fungsi tubuh)
6. Jin (meningkatkan kekuatan telepati)
7. Retsu (memberi kekuatan telekinetik)
8. Zai (meningkatkan keselarasan terhadap alam)
9. Zen (memberi pencerahan pikiran dan pemahaman)
Seorang Ninja akan diakui dan menjadi master sejati, apabila dia dapat dengan fasih menguasai simbol-simbol tersebut.
Walaupun terdapat banyak keluarga Ninja di Jepang, baru sekitar tahun enam puluhan keluarga Ninja baru dapat di dekati oleh orang luar. Sejak Ninja dinyatakan terlarang oleh Shogun tokugawa pada abad ke-17. Pada tahun 1950, larangan tersebut kemudian dicabut oleh pemerintah Jepang. Pada tahun 1960, televisi Jepang menayangkan laporan dokumentasi dan sejarah Ninja.
Setelah itu salah satu aliran yang dapat membuka diri dan memperkenalkan Ninja ke dunia luar, adalah aliran togakure-ryu dengan pewaris dari generasi ke-34, Masaaki Hatsume, yang profesi sehari-harinya, adalah seorang tabib ahli penyembuhan dan pengobatan tulang. Pada tahun 1978 Ninjutsu berhasil di publikasikan dan diajarkan ke Amerika oleh Stephen K. Hayes. Sejak saat itu Ninjutsu menjadi cabang beladiri yang paling banyak diminati.
Perlengkapan Senjata Ninja
Ninja diharuskan untuk dapat bertahan hidup di tengah alam, karena itu mereka menjadi terlatih secara alamiah untuk mampu membedakan tumbuhan yang bisa dimakan, tumbuhan racun, dan tumbuhan obat. Mereka memiliki metode cerdik untuk mengetahui waktu dan mata angin. Ninja menggunakan bintang sebagai alat navigasi ketika menjalankan misi di malam hari. Mereka juga mahir memasang perangkap, memasak hewan, membangun tempat berlindung, menemukan air, dan membuat api.
Ninja memakai baju yang menutup tubuh mereka, kecuali telapak tangan, dan seputar mata. Baju Ninja ini disebut, Shinobi Shozoko, memiliki 3 warna, yaitu :
* Warna Hitam
Biasanya dipakai ketika melakukan misi di malam hari, dan bisa juga sebagai tanda kematian yang nyata bagi sang targe.
* Warna Putih
Digunakan untuk misi cuaca bersalju.
* Warna Hijau
Sebagai kamuflase, agar mereka tidak terlihat dalam lingkungan hutan.
Shinobi Shozoko memiliki banyak kantong di dalam dan luarnya. Kantong ini digunakan untuk menyimpan peralatan kecil dan senjata yang mereka butuhkan, seperti racun, shuriken, pisau, bom asap, dan lain-lain. Ninja juga membawa kotak P3K kecil tradisional, yang diisi dengan cairan dan minuman. Ninja juga memakai tabi yang mirip sepatu boot. Celah yang memisahkan jempol kaki dengan jari lainnya, memudahkan Ninja saat memanjat tali atau dinding.
Ninja wanita atau Kunoichi, biasanya bekerja dengan menggunakan kefemininan mereka ketika melakukan pendekatan pada sang target, menggunakan manipulasi kejiwaan dan perang batin sebagai senjata mereka. Mereka bisa mendekati target dan membunuhnya tanpa jejak. Kunoichi memiliki misi yang berbeda dengan Ninja laki-laki. Mereka lebih sering dekat dengan target, sehingga mereka juga lebih sering menggunakan senjata jarak dekat seperti metsubishi, racun, golok, tali, dan tessen. Selain itu senjata-senjata tersebut juga praktis dibawa tanpa terlihat.
Ninja memiliki senjata dalam berbagai jenis, bentuk, dan ukuran. Senjata yang biasanya dipakai, adalah katana (pedang) dan sering diletakkan di punggung. Senjata lempar seperti pisau kecil, atau cakram berbentuk bintang, dikenal sebagai shuriken. Peralatan canggih Ninja lainnya, adalah sabit berantai yang disebut kusarigama, kaginawa (jangkar bertali) untuk memanjat dinding, ashiaro untuk membuat jejak kaki palsu agar tidak terlacak saat menjalankan misi, metsubushi (cangkang telur yang diisi dengan pasir dan serbuk logam, biasanya juga kotoran tikus) yang berfungsi untuk membutakan lawan.
Pendidikan Dan Pelatihan
Pada saat anak-anak, Ninja telah dilatih untuk waspada, serta dididik dalam kerahasiaan dan tradisi ilmu mereka.
Pada umur 5-6 tahun, mereka diperkenalkan dengan permainan ketangkasan dan keseimbangan tubuh. Anak-anak disuruh berjalan di atas papan titian yang sangat keci, mendaki papan yang terjal, dan melompati semak-semak yang berduri.
Pada umur 9 tahun, mereka dilatih untuk kelenturan otot, seperti : berlatih berguling dan meloncat. Setelah itu, mereka diajarkan teknik memukul dan menendang pada target jerami yang di ikat. Kemudian, pelatihan pun meningkat lagi kepada seni bela diri tanpa senjata, lalu dasar-dasar menggunakan pedang dan tongkat.
Pada masa remaja mereka diajari cara menggunakan senjata khusus. Melempar pisau, penyembunyian senjata, teknik tali, berenang, taktik bawah air, dan teknik menggunakan alam untuk mendapat informasai atau untuk menyembunyikan diri. Waktu mereka dihabiskan dalam ruang tertutup atau bergelantungan di pohon untuk membangun kesabaran, daya tahan, dan stamina. Terdapat pula latihan gerak tanpa suara, dan lari jarak jauh. Mereka juga diajarkan teknik melompat dari pohon ke pohon atau atap ke atap.
Pada masa akhir remaja, Ninja belajar menjadi aktor dan psikologi melalui tingkah laku mereka sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Mereka mulai mengerti cara bekerja jiwa manusia, menggunakan kelemahan orang lain untuk keuntungan mereka. Mereka juga belajar membuat obat-obatan, mendapatkan jalan masuk rahasia ke dalam sebuah bangunan, cara memanjat dinding, melewati atap, mencuri di bawah rantai, mengikat musuh, cara kabur, dan menggambar peta, rute, petunjuk jalan, serta wajah.
Filosofi Ninja
Filosofi Ninja, adalah meraih hasil maksimal dengan tenaga minimum. Muslihat dan taktik lebih sering dilakukan daripada konfrontasi langsung.
Ninja tidak memiliki status mulia seperti samurai, sehingga Ninja bebas melakukan apapun untuk mengatasi masalah tanpa terikat oleh nama baik keluarga dan kehormatan. (",)\m/
Sumber : Wikipedia©, berbagai sumber lainnya
Editor : AdeL`FarouK
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
artikel bagus, kalo dari indonesia sendiri sidebutnya apaan gan....
BalasHapussoalnya jaman genting (jaman reformasi) banyak ninja beredar ditengah masyarakat yang bertugas menculik para tokoh agaman, samakah dengan yng ada di artikel....
@horeampesbukan duch.. paan tuch namanya ya? mkin namanya penembak misterius kali.. ;p
BalasHapuspenulis artikel ni pa juga seorang ninja?
BalasHapus