Tidak satu pun anak manusia yang biografi dan sejarahnya dikupas
secara detail, komplet, menyeluruh dan transparan melebihi sosok
Muhammad SAW.
(",)v
Sumber : republika.co.id
Oleh : Dr. Muhammad Hariyadi, MA
Kisah tokoh yang satu ini ditulis oleh setiap
generasi manusia dari masa ke masa dengan pendekatan yang berbeda-beda,
sehingga tulisan mengenai dirinya terus hidup dan berkembang, tak lekang
oleh zaman dan tak tergilas waktu.
Sirah Nabi SAW adalah sejarah hidup (living model) yang menggambarkan kepribadian Muhammad SAW secara utuh dan menyeluruh. Sirah bukan sekedar biografi dan sejarah, karena penulisannya didasarkan pada periwayatan sumber-sumber otentik.
Sirah lebih obyektif dari penulisan biografi dan sejarah, sebab ditulis sesuai dengan realitanya, tanpa penyembunyian dan pengurangan informasi sedikit pun.
Kegiatan Nabi SAW dalam bentuk shalat, zakat, puasa, haji, jihad, pergaulanya dengan keluarga dan masyarakat luas dengan mudah dapat ditemui di berbagai buku Sirah. Masa lahir, anak-anak, remaja, dewasa, menikah, hingga meninggal menjadi perhatian Sirah.
Aisyah RA berkata, "Jika Muhammad itu menyembunyikan sesuatu (dari Allah), maka ia pasti akan sembunyikan ayat ini (QS. Al-Ahzab: 37, perintah menikahi Zaenab Jahsyi)."
Hal tersebut karena Nabi SAW harus mengubah tradisi pernikahan kaum Jahiliyah dan menghadapi tuduhan-tuduhan mereka karena menikahi mantan istri anak angkat yang menjadi pantangan di kalangan mereka.
Namun, Allah SWT memerintahkan Nabi SAW melakukannya untuk menegaskan berlakunya hukum, bahwa menikahi mantan istri anak angkat diperbolehkan dalam Islam dan pengharaman penisbatan anak angkat kepada ayah angkatnya.
Dalam peristiwa lain, Nabi SAW juga mendapat teguran dan pembetulan dari Allah SWT ketika seorang sahabat yang buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum datang kepada NAbi SAW utuk menanyakan sesuatu.
Pada waktu itu Nabi SAW sedang mengadakan pertemuan penting dengan para pembesar Quraish seperti Abu Jahl bin Hisyam, Uthbah bin Rabi'ah, Ubay bin Umayyah bin Khalaf dan Abbas bin Abdul Muthalib.
Nabi SAW terkesan mengabaikan kedatangan Abdullah bin Ummi Maktum, sehingga beliau langsung mendapat teguran dari Allah dengan turunnya wahyu sebagaimana termaktub dalam Surah Abasa.
Berbagai peristiwa yang dalam perspektif kaum Muslimin menjadi pelajaran berharga dan dalam tahap tertentu menjadi bahan kritikan dan ejekan kaum orientalis tersebut tetap menjadi bagian dari Sirah Nabi SAW, karena Nabi SAW dihadirkan agar menjadi suri teladan yang baik di semua bidang dan contoh ideal hidup manusia, sehingga kepribadian dan perilakunya dipelihara (dari kesalahan dan dosa) oleh Allah SWT.
Lebih dari itu agar semua teladan hidupnya menginspirasikan umat manusia dan menjadi rahmat bagi alam semesta. Yang pasti pula, realitas kepribadiannya lebih indah dari semua pensifatan yang diberikan kepadanya. Beliau adalah profil manusia terbaik dari sisi akhlak maupun fisiknya. Beliau paling tampan di antara orang yang tampan, tidak terlalu tinggi dan pendek, wajahnya memancar bagaikan matahari dan bulan, serta paling mirip dengan Al-Khalil Ibrahim AS.
Perhatikanlah pengakuan Amr bin Ash yang pada saat sakaratul maut berkata, "Tidak ada seorang pun yang lebih aku cintai daripada Rasulullah SAW, dan tidaklah mataku dipenuhi olehnya, semata-mata karena aku memuliakannya. Jika aku diminta untuk menyifatinya, maka aku tidak mampu karena aku tidak memenuhi mataku kecuali dirinya." Wallahu a'lam.
Sirah Nabi SAW adalah sejarah hidup (living model) yang menggambarkan kepribadian Muhammad SAW secara utuh dan menyeluruh. Sirah bukan sekedar biografi dan sejarah, karena penulisannya didasarkan pada periwayatan sumber-sumber otentik.
Sirah lebih obyektif dari penulisan biografi dan sejarah, sebab ditulis sesuai dengan realitanya, tanpa penyembunyian dan pengurangan informasi sedikit pun.
Kegiatan Nabi SAW dalam bentuk shalat, zakat, puasa, haji, jihad, pergaulanya dengan keluarga dan masyarakat luas dengan mudah dapat ditemui di berbagai buku Sirah. Masa lahir, anak-anak, remaja, dewasa, menikah, hingga meninggal menjadi perhatian Sirah.
Aisyah RA berkata, "Jika Muhammad itu menyembunyikan sesuatu (dari Allah), maka ia pasti akan sembunyikan ayat ini (QS. Al-Ahzab: 37, perintah menikahi Zaenab Jahsyi)."
Hal tersebut karena Nabi SAW harus mengubah tradisi pernikahan kaum Jahiliyah dan menghadapi tuduhan-tuduhan mereka karena menikahi mantan istri anak angkat yang menjadi pantangan di kalangan mereka.
Namun, Allah SWT memerintahkan Nabi SAW melakukannya untuk menegaskan berlakunya hukum, bahwa menikahi mantan istri anak angkat diperbolehkan dalam Islam dan pengharaman penisbatan anak angkat kepada ayah angkatnya.
Dalam peristiwa lain, Nabi SAW juga mendapat teguran dan pembetulan dari Allah SWT ketika seorang sahabat yang buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum datang kepada NAbi SAW utuk menanyakan sesuatu.
Pada waktu itu Nabi SAW sedang mengadakan pertemuan penting dengan para pembesar Quraish seperti Abu Jahl bin Hisyam, Uthbah bin Rabi'ah, Ubay bin Umayyah bin Khalaf dan Abbas bin Abdul Muthalib.
Nabi SAW terkesan mengabaikan kedatangan Abdullah bin Ummi Maktum, sehingga beliau langsung mendapat teguran dari Allah dengan turunnya wahyu sebagaimana termaktub dalam Surah Abasa.
Berbagai peristiwa yang dalam perspektif kaum Muslimin menjadi pelajaran berharga dan dalam tahap tertentu menjadi bahan kritikan dan ejekan kaum orientalis tersebut tetap menjadi bagian dari Sirah Nabi SAW, karena Nabi SAW dihadirkan agar menjadi suri teladan yang baik di semua bidang dan contoh ideal hidup manusia, sehingga kepribadian dan perilakunya dipelihara (dari kesalahan dan dosa) oleh Allah SWT.
Lebih dari itu agar semua teladan hidupnya menginspirasikan umat manusia dan menjadi rahmat bagi alam semesta. Yang pasti pula, realitas kepribadiannya lebih indah dari semua pensifatan yang diberikan kepadanya. Beliau adalah profil manusia terbaik dari sisi akhlak maupun fisiknya. Beliau paling tampan di antara orang yang tampan, tidak terlalu tinggi dan pendek, wajahnya memancar bagaikan matahari dan bulan, serta paling mirip dengan Al-Khalil Ibrahim AS.
Perhatikanlah pengakuan Amr bin Ash yang pada saat sakaratul maut berkata, "Tidak ada seorang pun yang lebih aku cintai daripada Rasulullah SAW, dan tidaklah mataku dipenuhi olehnya, semata-mata karena aku memuliakannya. Jika aku diminta untuk menyifatinya, maka aku tidak mampu karena aku tidak memenuhi mataku kecuali dirinya." Wallahu a'lam.
(",)v
Sumber : republika.co.id
Oleh : Dr. Muhammad Hariyadi, MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”