Piala Eropa 2012 yang saat ini sedang berlangsung, sungguh keterlaluan. Tidak hanya memaksa mata buat melek saat pertandingan berlangsung dini hari, tetapi juga membuat penjualan jersey (kaos) tim nasional favorit ikut melonjak naik. Dan itulah hebatnya sepak bola, bisa bikin heboh dan membuat demam siapa saja.
Biasanya pada jersey sepak bola tertera nomer pemain di bagian belakang, sesuai dengan posisi dan ketenaran sang pemain. Menariknya, tak jarang nomer yang dipakai pemain top itu dijadikan nomer keramat, seperti misalnya Pele dan Maradona yang selalu bernomor punggung 10.
Pertanyaannya, kapankah nomor punggung di kostum pemain sepak bola mulai digunakan? Jawabannya ialah pada tanggal 25 Agustus 1928, ketika itu Arsenal dan Chelsea menorehkan nomer punggung di baju mereka saat bertanding melawan The Wednesday (yang kemudian hari jadi Sheffield Wednesday) serta Swansea Town di hari yang sama.
Setelah beberapa kali eksperimen, tentu saja ada pihak-pihak yang kontra dan beranggapan nomer punggung bisa merusak citra warna kostum. Namun, Inggris tetap memutuskan untuk memberlakukan nomor punggung sebagai bentuk permanen dari kostum persepakbolaan.
Awalnya, sebelas pemain starting memakai pakaian bernomer punggung yang dirunut dari angka 1 hingga 11, dan seorang pemain dapat menggunakan nomer punggung berbeda dalam satu musim.
Walau tak ada aturan pasti yang menentukan nomer punggung mewakili posisi tertentu di lapangan, secara de facto sebuah standar telah muncul dan dipakai sebagian besar tim sepak bola dengan beberapa pengecualian.
Secara umum, para penjaga gawang memakai nomer punggung 1. Kesepakatan tak tertulis ini nyaris diterima secara universal. Bek atau pemain belakang mengunakan nomer 2 dan 6. Para gelandang kebanyakan memakai nomer 4, 6, 7, 8, 10, serta 11 (nomer 11 dan 7 secara tipikal digunakan para pemain sayap kiri dan kanan). Sementara para striker suka menggunakan nomer 9 dan 10, dan kadang nomer 7, 8, serta 11.
Tatkala sistem pergantian pemain diperkenalkan dalam sepakbola di tahun 1965, pemain cadangan mengambil nomer punggung 12 dan seterusnya. Sebagai catatan, pada masa tersebut nomer 13 masih diharamkan karena dihubungkan dengan takhyul sebagai angka sial, "cilaka 13!".
Pemakaian nomer punggung yang ditetapkan secara pasti pada tiap pemain dalam sebuah skuad, mulai diperkenalkan pada Piala Dunia 1954. Setiap pemain dari masing-masing negara yang masuk daftar 22 pemain, memakai nomer punggung tertentu dan sama sepanjang turnamen berlangsung.
Hasilnya, nomer punggung 12 hingga 22 bisa diberikan kepada pemain lainnya di dalam skuad, tanpa perlu memperhatikan posisi pemain yang bersangkutan di lapangan. Sebuah tim dapat memasukkan pemain sebagai starter, tanpa perlu mengutamakan pemain bernomer punggung 1 hingga 11.
Meski nomer punggung 1 sampai 11 cenderung diberikan pada para pemain inti, faktanya pemain boleh memilih angka yang digemari. Contohnya, Johan Cruyff yang bersikeras menggunakan nomor 14.
Argentina Tampil Beda
Tim Argentina 1978 yang menghasilkan bintang, Mario Kempes
Pada Piala Dunia 1978 dan 1982, timnas Argentina mencoba tampil beda. Mereka mengurutkan sesuai nama sang pemain secara alphabet. Hasilnya, para pemain di bangku cadangan (bukan kiper) dapat menggunakan nomer punggung 1.
Kejadian ini mengakibatkan Badan Sepak bola Dunia (FIFA) akhirnya menelurkan regulasi, yaitu hanya kiper yang boleh memakai nomer punggung 1.
Akhirnya Munculah Sponsor
Liverpool, Patrick Berger
Konsep sponsor pada kaos seragam sepak bola mulai dikenal pada tahun 1950-an. Pada era ini Austria, Denmark, dan Prancis adalah beberapa negara yang klub-klub sepak bolanya mulai menampilkan sponsor pada jersey mereka. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh tambahan pendapatan.
Namun, tidak semua klub di Eropa melakukan hal yang sama. Sebab, banyak liga di negara-negara daratan Eropa melarang adanya logo dan nama pada kaos seragam suatu klub, selain nama dan logo klub itu sendiri.
Era baru sponsorship pada kaos jersey bola terjadi pada tahun 1973. Adalah Mast Günter, sosok pioner yang memiliki ide untuk mensponsori klub sepak bola di tahun tersebut.
Ketika itu, Mast Günter menjalin kerja sama sponsorship dengan sebuah klub bernama Eintracht Braunschweig. Mast Günter menempatkan logo Jagermeister pada kaos klub yang bermain di Bundesliga ini. Jagermeister adalah merek minuman beralkohol yang merupakan produk utama dari perusahaan Mast-Jägermeister AG yang berbasis di Jerman.
Sponsor pada jersey menambah pendapatan klub
Sebenarnya logo Jagermeister sebelumnya pernah diluncurkan, ketika Mast-Jägermeister AG menjadi sponsor tim balap motor. Akan tetapi, olahraga sepak bola yang memiliki banyak sekali penyuka, dianggap sebagai peluang menjanjikan yang jauh lebih besar untuk berpromosi. Akhirnya, Mast pun mengalihkan sponsor dari balap motor ke sepak bola.
Untuk kerja sama ini, Eintracht Braunschweig mendapat bayaran sekitar 160.000 hingga 800.000 Marks untuk masa kontrak lima tahun. Eintracht Braunschweig menempatkan logo Jagermeister di bagian depan kaos seragam klub ini.
Mulanya asosiasi sepak bola Jerman tidak meluluskan permintaan Eintracht Braunschweig untuk memakai kaos jersey yang terdapat logo sponsor. Hanya saja, ketika semua pemain klub ini memilih untuk mengganti logo tradisional mereka dengan logo Jagermeister, liga pun tidak dapat berbuat apa-apa.
Eintracht Braunschweig mengenakan seragam barunya ini pada tanggal 23 Maret 1973. Tujuh bulan kemudian, sponsor pada kaos jersey bola resmi dilegalkan oleh Bundesliga.
Ketika sponsor pada kaos jersey bola telah mendapatkan tempat di Jerman, tidak demikian dengan di Inggris. Liga Inggris bahkan mengancam akan menjatuhkan sanksi berupa denda yang besar pada klub yang mengenakan seragam yang memuat tulisan atau logo dari perusahaan sponsor.
Liga Inggris baru mulai mengizinkan sponsor pada kaos jersey bola, empat tahun setelah Jerman melakukannya.
(",)v
Sumber : zamrudhijau.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”