Selasa, 22 Maret 2011
Jalan Menuju Qanaah (Renungan)
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Orang kaya itu bukan yang banyak hartanya, tetapi yang kaya hati." ( HR. Bukhari). Ungkapan Nabi di atas boleh jadi inspirasi yang membangkitkan semangat kita yang ingin menjadi kaya. Ternyata, untuk menjadi kaya, tidak harus mengejar dan berupaya meraih materi sebanyak-banyaknya. Dengan menata hati dan berlapang dada atas semua keputusan Allah, itulah kekayaan yang sebenarnya.
Betapa banyak orang yang banyak harta tapi hidupnya susah; juga sebaliknya, tidak sedikit orang yang kelihatannya tidak punya harta, tapi hidupnya tenang dan sangat menikmati keadaannya. Karena itu, benarlah hadis Nabi SAW di atas, orang yang kaya bukan yang banyak harta, tapi yang kaya hati.
Orang yang kaya hati biasanya lekat dengan sifat kanaah. As-Syaikh Ahmad Ar-Rifa'i dalam Riayatal Himmah menyebutkan bahwa kanaah adalah keadaan hati yang tenang dengan mengharap ridha Allah semata serta mengambil dunia seperlunya, sekadar dapat digunakan untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Al-Qoni'u Ghoniyyun walau kana juu'a, orang yang kanaah itu kaya walaupun ia kelaparan.
Orang yang memiliki jiwa kanaah akan selalu menampakkan rasa syukur. Dia tidak akan pernah mengeluh apalagi memprotes kebijakan Allah SWT. Sebab, ia merasa bahwa anugerah iman, Islam, dan ibadah yang diberikan kepadanya sudah lebih dari cukup untuk membuatnya tetap tersenyum di dunia dan akhirat kelak.
Sesungguhnya, Islam tidak melarang umatnya mencari kehidupan dunia. Akan tetapi, dunia haruslah dijadikan sebagai sarana dalam menggapai kebahagiaan akhirat, "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) dunia ..." (QS Al-Qashash [28] : 77).
Untuk menuju kanaah, pertama, perkuat keimanan kepada Allah SWT. Seorang Muslim yakin bahwa rezekinya sudah tertulis sejak dirinya berada di dalam kandungan ibunya.
Sabda Rasulullah SAW, "Kemudian Allah mengutus kepadanya (janin) seorang malaikat lalu diperintahkan menulis empat kalimat (ketetapan), maka ditulislah rezekinya, ajalnya, amalnya, celaka, dan bahagianya." (HR. al-Bukhari, Muslim dan Ahmad). Kedua, mengetahui hikmah perbedaan rezeki. "Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu? Kami telah menentukan antara penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Rabbmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan." (QS az-Zukhruf [43] : 32).
Ketiga, banyak memohon kanaah kepada Allah. Rasulullah SAW adalah manusia yang paling kanaah, ridha dengan apa yang ada, dan paling banyak zuhudnya. Beliau juga seorang yang paling kuat iman dan keyakinannya, namun beliau masih meminta kepada Allah SWT agar diberikan kanaah, "Ya Allah, berikan aku sikap kanaah terhadap apa yang Engkau rezekikan kepadaku, berkahilah pemberian itu dan gantilah segala yang luput (hilang) dariku dengan yang lebih baik." (HR al-Hakim, beliau menyahihkannya dan disetujui oleh adz-Dzahabi).
Keempat, melihat ke bawah dalam hal dunia. "Lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari kamu dan janganlah melihat kepada orang yang lebih tinggi darimu. Yang demikian lebih layak agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah." (HR Bukhari Muslim). (",)v
Sumber : koran.republika.co.id
Oleh : Muhammad Arifin Ilham
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”