Pages

Subscribe:

Sabtu, 02 Oktober 2010

Kisah Nabi Idris AS



Nabi Idris AS merupakan deretan Nabi kedua yang wajib diketahui dari 25 Nabi oleh ajaran Islam. Ia lahir di Munaf, sebuah daerah di Mesir. Merupakan keturunan keenam dari Nabi Adam AS, dari Yazid bin Mihla’iel bin Qinan bin Syits. Nabi Idris AS kakek bapak Nabi Nuh AS (HR. Imam Bukhari).


Manusia Berpengetahuan Luas

Nabi Syits mengajarkan Idris membaca Shafiah. Allah SWT menurunkan 30 Shahifah kepada Nabi Idris AS yang berisi petunjuk untuk disampaikan kepada umatnya (keturunan Qabil yang durhaka kepada Allah).

Karena ketekunannya dalam beribadah dan menuntut ilmu, Nabi Idris AS dikaruniai Allah SWT pengetahuan yang luas dan dalam. Dialah manusia pertama yang menulis dengan pena dan membaca kalam, serta satu-satunya Nabi yang tinggal di surga tanpa mengalami kematian.

Idris kecil mempelajari Shafiah dengan tekun, karena kesukaannya membaca itulah, ia mendapat gelar “Idris”, yang artinya orang yang tekun belajar. Dia belajar membaca dan menulis tanpa mengenal waktu dan tempat.

Dia menjadi Nabi pertama yang menulis dengan Pena yang terbuat dari batu kerikil. Maka tidak mengherankan, bila Allah SWT menganugerahkan ilmu pengetahuan yang luas padanya.

Beliaulah yang mula-mula pandai ilmu hitung dan ilmu bintang, dan beliau pula manusia pertama yang merancak kuda, menggunting pakaian dan menjahitnya, yang sebelumnya manusia memakai pakaian dari kulit binatang, dan dia pula yang memerangi orang-orang durhaka kepada Allah SWT.

Dia mempunyai kekuatan hebat dan gagah berani, sehingga diberi julukan “Asadul Usud”, artinya Singa dari segala Singa. Dia tidak pernah lalai sedikitpun dari mengingat Allah, walau sedang sibuk menghadapi persoalan penting sehari-hari. Hingga Allah memberikan derajat yang tinggi untuknya.


Petunjuk Untuk Umat

Seperti halnya Nabi Adam dan Nabi Syits, Nabi Idris juga menerima Wahyu Allah melalui Malaikat Jibril yang berupa 30 Shahifah yang berisi petunjuk untuk disampaikan kepada Umatnya.

Beliau di utus berdakwah kepada umat keturunan Qabil. Umat ini telah bersikap durhaka kepada Allah. Mereka menimbulkan berbagai bencana dan kerusakan di muka bumi. Oleh Nabi Idris, orang-orang ini diajak shalat, puasa, dan bersedekah.

Tapi, keturunan Qabil ini tidak mau mendengar ajakan menuju kebaikan itu. Mereka malah menghina dan mengejek Nabi Idris. “Hidup kami sudah enak, senang dan serba cukup, kenapa engkau mengganggu kami?” tanya beberapa orang penting dari kaum itu.

“Ajaranmu aneh, kami tak membutuhkannya!” sahut yang lain. “Lebih baik engkau hidup sendiri bersama Tuhanmu.

Begitulah tantangan dakwah Nabi Idris AS selama puluhan tahun dalam menyebarkan ajaran kebenaran. Hanya beberapa gelintir orang yang mau mengikutinya. Sebagian besar dari mereka lebih suka mengikuti hawa nafsunya sendiri.

Karena keturunan Qabil semakin menentang ajaran Idris, Allah memerintahkan Nabi Idris meninggalkan mereka dan membawa pengikutnya yang setia dan mau beriman kepada Allah untuk menyelamatkan diri. Karena Allah akan menurunkan adzab kepada umat yang durhaka itu.

Begitu Nabi Idris dan pengikutnya meninggalkan negeri itu, datanglah azab yang dijanjikan Allah. Paceklik merajalela, pertanian gagal, ternak mati, akhirnya umat yang sesat itupun mati bergelimpangan karena kelaparan. Sebaliknya, Nabi Idris dan orang-orang beriman yang mengikutinya diselamatkan Allah dari bencana yang mengerikan itu.

Oleh karenanya, Allah SWT memberikan padanya derajat yang tinggi :

Terangkanlah (hal) Idris yang tersebut di dalam Alkitab (Al Qur’an), bahwa Idris itu adalah seorang Nabi yang benar, dan Tuhan telah meninggikan derajatnya. (QS. Maryam : 56-57)


Kekaguman Malaikat Pencabut Penyawa

Izrail, Malaikat pencabut nyawa, sangat mengagumi kepandaian Nabi Idris AS. Izrail ingin lebih mengenal Nabi Idris. Atas izin Allah, diam-diam Izrail menyamar sebagai manusia dan bertamu ke rumah Nabi Idris.

“Assalamu’alaikum,” Malaikat Izrail memberi salam sambil mengetuk pintu.

“Wa’alaikum salam,” jawab Nabi Idris, “Silahkan masuk, siapakah itu, dan ada perlu apa datang kemari?”

Izrail menyampaikan maksudnya untuk berkenalan dengan Nabi Idris sebagai. Akhirnya, setelah obrolan itu selesai, Nabi Idris pun menawarkan kepada Izrail, untuk menginap di rumahnya.

Di rumah Nabi Idris, keduanya asyik beribadah, mereka tidak banyak bicara melainkan terus beribadah. Ketika tiba waktu makan, Nabi Idris mempersilahkan tamunya makan, dan tamunya menolak. “Silahkan tuan makan sendiri, saya ingin melanjutkan ibadah saya kepada Allah,” jawabnya.

Setelah makan, Nabi Idris melanjutkan ibadah bersama tamunya sampai tiba waktu tidur. “Silahkan tuan tidur disini,” Nabi Idris menunjukkan tempat tidur untuk tamunya. “Silahkan tuan tidur dulu, saya masih ingin melanjutkan ibadah saya,” jawab sang tamu, tanpa menunjukkan rasa lelah.

Keesokan harinya, kejadian yang sama berulang. Nabi Idris pun sangat heran, siapakah sebenarnya tamu ini, kenapa tamu aneh ini tidak mau makan dan tidur? Dengan hati-hati Nabi Idris AS menanyakan hal itu kepada tamunya.

“Saya adalah Izrail, Malaikat pencabut nyawa,” kata sang tamu. Nabi Idris sangat terkejut.

“Jadi, engkau datang untuk mencabut nyawa saya?”
tanya Nabi Idris.

Izrail menggeleng, lalu menjelaskan keinginannya untuk mengenal Nabi Idris lebih jauh. Barulah Nabi Idris sadar, memang begitulah kehidupan Malaikat. Dan para Malaikat memang suka mendekati orang-orang yang beriman. Bila orang beriman sedang shalat, berdoa, atau melakukan amal saleh, maka banyak malaikat yang mengerumuninya.

“Sebenarnya saya ingin merasakan, bagaimana rasanya jika nyawa seseorang sedang di cabut,” ujar Nabi Idris tiba-tiba.

“Permintaan tuan aneh sekali,” kata Izrail. Selama ini manusia justru takut ketika nyawanya hendak dicabut.

Idris menjelaskan kepada Izrail, bahwa pengalamannya akan menjadi bekal dalam berdakwah. Dengan izin Allah, Malaikat Izrail lantas melakukan apa yang diminta Nabi Idris. Lantas, dicabutnyalah nyawa Nabi Idris, lalu setelah itu segera dikembalikan lagi.

“Saya tidak merasakan apa-apa,” kata Idris setelah bangun dari kematiannya.

“Karena saya melakukannya dengan lembut. Begitulah yang selalu saya lakukan terhadap orang-orang yang beriman,” kata Izrail.

“Bagaimana dengan orang yang tidak beriman?” tanya Nabi Idris penasaran.

“Oh, mereka akan merasakan sakit yang luar biasa, sewaktu nyawa mereka dicabut,” kata Izrail. Nabi Idris terus mendengarkan. Terlebih waktu Izrail mengatakan, rasa sakit itu akan dirasakan si mati sampai hari kiamat.

Nabi Idris tidak mampu membayangkan betapa sakitnya. Sakit sehari saja rasanya sudah tidak tahan, apalagi kalau harus menanggungnya hingga ratusan tahun sambil menunggu waktu kiamat tiba.

“Sebaliknya orang yang beriman akan selalu merasakan kebahagiaan. Setelah mati, mereka akan menikmati hasil dari setiap amal shaleh mereka selama hidup di dunia,” tutur Izrail kembali menjelaskan.


Melihat Surga dan Neraka

Setiap hari Malaikat Izrail dan Nabi Idris AS beribadah bersama. Suatu kali, sekali lagi Nabi Idris mengajukan permintaan. “Bisakah engkau membawa saya melihat surga dan neraka?”

“Wahai Nabi Allah, lagi-lagi permintaanmu aneh,” ujar Izrail.

Setelah Malaikat Izrail memohon izin kepada Allah, Allah pun mengabulkannya. Dibawanyalah Nabi Idris ke tempat yang ingin dilihatnya.

“Ya Nabi Allah, mengapa ingin melihat Neraka? Bahkan para Malaikat pun takut melihatnya,” kata Izrail.

“Terus terang, saya takut sekali kepada Adzab Allah itu. Tapi mudah-mudahan, iman saya menjadi tebal setelah melihatnya,” Nabi Idris menjelaskan alasannya.

Waktu mereka sampai ke dekat Neraka, Nabi Idris langsung pingsan. Para Malaikat penjaga Neraka, Malaikat Zabaniyah, dan pemimpinnya yaitu Malaikat Malik, adalah Malaikat-Malaikat yang sangat menakutkan.

Ia menyeret dan menyiksa manusia-manusia yang durhaka kepada Allah semasa hidupnya. Nabi Idris tidak sanggup menyaksikan berbagai siksaan yang mengerikan itu. Api Neraka berkobar dahsyat, bunyinya bergemuruh menakutkan, tak ada pemandangan yang lebih mengerikan dibanding tempat ini.

Dengan tubuh lemas, Nabi Idris meninggalkan tempat yang mengerikan itu. Kemudian Izrail pun membawa Nabi Idris ke Surga. “Assalamu’alaikum…” kata Izrail kepada Malaikat Ridwan, Malaikat penjaga pintu surga yang sangat tampan. “Wa'alaikum Salam...” jawab Malaikat Ridwan.

Wajah Malaikat Ridwan selalu berseri-seri dihiasi oleh senyum yang ramah. Siapapun akan senang memandangnya. Sikapnya amat sopan, dengan lemah lembut ia mempersilahkan para penghuni surga untuk memasuki tempat yang mulia itu.

Waktu melihat isi surga, Nabi Idris kembali nyaris pingsan karena sangat terpesona. Semua yang ada di dalamnya begitu indah dan menakjubkan. Nabi Idris terpukau tanpa bisa berkata-kata melihat pemandangan sangat indah di depannya. “Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah…” ucap Nabi Idris beulang-ulang kali.

Nabi Idris melihat sungai-sungai yang airnya bening seperti kaca. Di pinggir sungai terdapat pohon-pohon yang batangnya terbuat dari emas dan perak. Ada juga istana-istana pualam bagi penghuni Surga. Pohon buah-buahan ada disetiap penjuru. Buahnya segar, ranum, dan harum.

Waktu berkeliling di sana, Nabi Idris diiringi pelayan Surga. Mereka adalah para bidadari yang cantik jelita, dan anak-anak muda yang amat tampan wajahnya. Mereka bertingkah laku dan berbicara dengan sangat sopan.

Mendadak Nabi Idris ingin minum air sungai Surga. “Bolehkah saya meminumnya? Airnya kelihatan sejuk dan segar sekali.”

“Silahkan diminum, inilah minuman bagi penghuni Surga.” Jawab Izrail.

Pelayan Surga datang membawakan gelas minuman berupa piala yang terbuat dari emas dan perak. Nabi Idris pun minum air itu dengan nikmat. Dia amat bersyukur bisa menikmati air minum yang begitu segar dan luar biasa enak. Tak pernah terbayangkan olehnya ada minuman selezat itu.

“Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah,” Nabi Idris mengucap syukur berulang-ulang.

Setelah puas melihat Surga, tibalah waktunya pergi bagi Nabi Idris untuk kembali ke Bumi. Tapi ia tidak mau kembali ke Bumi lagi. Hatinya sudah terpikat keindahan dan kenikmatan Surga Allah.

“Saya tidak mau keluar dari Surga ini, saya ingin beribadah kepada Allah sampai hari kiamat nanti,” kata Nabi Idris.

“Tuan boleh tinggal disini setelah kiamat nanti, setelah semua amal ibadah di hisab oleh Allah, baru tuan bisa menghuni Surga bersama para Nabi dan orang yang beriman lainnya,” Izrail menjelaskan.

Tapi Allah itu Maha Pengasih, terutama kepada NabiNya. Akhirnya Allah mengkaruniakan sebuah tempat yang mulia di langit, dan Nabi Idris menjadi satu-satunya Nabi yang menghuni surga tanpa mengalami kematian. Waktu diangkat ke tempat itu, Nabi Idris berusia 82 tahun.

Firman Allah :

Ingatlah akan kisah Ismail, Idris dan Zulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. Kami masukkan mereka ke dalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka itu termasuk orang-orang yang saleh. (QS. Al Anbiya : 85-86)

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan lainnya, bersumber dari Anas Bin Malik :

Ketika Rasullah Muhammad SAW sedang melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj ke langit, beliau bertemu Nabi Idris AS yang menyambut dengan ucapannya : “Selamat datang Nabi yang shaleh dan saudara yang shaleh.”

“Siapa dia?” tanya Nabi Muhammad kepada Jibril yang mendampinginya waktu itu.

“Dialah Idris,” jawab Jibril.

Rasullah Muhammad SAW mendapat penjelasan Allah tentang Nabi Idris AS dalam Al Qur’an Surat Al Anbiya ayat 85-86, serta Surat Maryam ayat 56-57.





Sumber : sufiz.com, hadud.cz.cc, Kisah Teladan 25 Nabi & Rasul (Dra. Munawaroh), berbagai sumber lainnya
Editor : AdeL`FarouK

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”

Lazada Indonesia