Pages

Subscribe:

Jumat, 30 Desember 2011

Bahaya Hedonisme (Renungan)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJzbswHBvLLVPkMmEa_kfeS-Gu8R6ZGoBdswZxBpGyIAUkkwSXRFCNv8-P3-R5O9Lf8xntetAJHv_OouedtewUe82AO2IG8aEZ5RhlZE3b3YaqWxkeOotroXuihOWp8Aflxgp8Y4zeg52H/s400/hedonisme.jpg

Baru-baru ini kita telah dihebohkan oleh kabar perilaku hedonisme yang melanda kalangan elite (wakil rakyat). Hedonisme adalah gaya hidup yang hanya mengutamakan kenikmatan bendawi sebagai satu-satunya tujuan hidup. Ajaran agama menggambarkan, kegandrungan gaya hidup hedonis itu seakan mereka hanya hidup hari ini saja, sedangkan kehidupan akhirat mereka lalai. (QS ar-Rum [30]: 7).

Dalam mindset hedonis, dunia hari ini merupakan wadah aji mumpung untuk mengoleksi hiasan hidup duniawi. Baginya, setumpuk kemewahan akan dikuasai demi memenuhi selera pribadi. Tak peduli kemewahan itu didapat dari mana dan dengan cara apa, yang penting kelezatan hidup berada digenggamannya. Mereka mengklaim, apa yang diperolehnya adalah dari dirinya dan hanya untuk dirinya. Sementara dimensi spritual yang berfungsi sebagai lokomotif dan energi penggerak kehidupan hari depan sangat diremehkan.

Meremehkan dimensi spiritual ini dalam bahasa teologi disebut dengan istilah degaibisasi, yaitu sikap menafikan keyakinan terhadap adanya sesuatu yang gaib. Seperti sikap tidak percaya adanya tuhan, akhirat, surga, neraka, dan hari kiamat.

Sikap demikian sangat berbahaya karena mendorong tumbuhnya aroganisme individu yang tidak percaya lagi pada aturan normatif seperti undang-undang dan agama. Akibatnya, semua yang bernilai lahiriah seperti status, harta, dan kedudukan, diterabas tanpa mengindahkan norma dan aturan yang berlaku. Semua yang ada di dunia ini diambil, tak peduli milik orang atau negara.

Watak hedonis ini jelas sangat berbahaya dan mengancam kemaslahatan umat. Alquran menyebutnya manusia seperti ini seperti Qarun, orang yang sangat gemar dengan kepuasan dunia sesaat. Qarun adalah manusia hedonis yang sehari-harinya menimbun harta dan emas di dalam istananya. Pintunya dikunci dengan gembok yang besar hingga tak seorang pun mampu mengangkatnya. (QS al-Qashash [28]: 76).

Namun, Qarun sangat congkak pada rakyatnya yang telah memperjuangkannya menjadi orang terkenal. Saat berjumpa dengan rakyatnya, ia memamerkan harta bendanya. Ia mengklaim semua harta yang dimilikinya adalah hasil usahanya sendiri. (QS al-Qashash [28]: 78).

Ia tidak percaya Tuhan yang telah memberkahi hartanya. Qarun benar-benar tersihir oleh gelimang kenikmatan duniawi. Ia tidak mengetahui arti masa depan di akhirat kelak.

Atas kesombongannya itu, Allah menghukumnya dengan cara menjungkirbalikkan istana megahnya, hingga Qarun pun terbenam dalam reruntuhan istana bersama harta bendanya. Tak satu pun dari para kroni dan orang-orang di sekitarnya yang sanggup menolongnya. (QS al-Qashash [28]: 81).

Inilah bahaya dan ancaman bagi 'Qarun-Qarun' di masa saat ini yang gemar bergelimang dengan watak hedonismenya. Oleh karena itu, bagi kaum elite yang telah diberi amanah memimpin atau mewakili rakyat, hendaknya menjauhi perilaku hedonis agar negeri ini tidak akan terisi oleh para pemimpin yang kerjanya hanya mengais harta, namun malah mendatangkan malapetaka. Jadilah pemimpin yang jujur, adil, dan bijaksana. Jauhkan sikap sombong, angkuh, congkak, dan bergaya hidup mewah.

(",)v




Sumber : koran.republika.co.id
Oleh : Prof. Dr. H. Fauzul Iman MA Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

3 komentar:

  1. selamat pagi semuanya.
    artikel anda sngat menarik,tetapi disini saya melihat uda agak terlambat.karena itu semua sudah sebagai suatu sistem yang harus dilewati.itu persis kayak pada waktu saya kuliah dan belajar menggunakan analisis Chi Square,dimana suatu kondisi diputuskan dengan dua opsi ya atau tidak. Sedang ya atau tidak dalam kehidupan itu masing -masing mengandung konsekwensi.kalo kita belajar ilmu2 agama,keabadian,&spiritual filosofis, itu segala nafsu dunia itu bertentangan dan harus dihilangkan kalo kita ingin menjadi sempurna. sedang dunia menuntutnya lain. Standard keabadian berbanding terbalik dengan standard dunia. dan dunia sekarang mengharuskan manusia untuk senantiasa hidup dalam progres yg berkesinambungan, dan salah satu tanda progress yang telah dicapai itu tolok ukurnya lebih dititik beratkan pada materi kebendaan dan kenyamanan dari sisi nafsu kedagingan.
    Lihat aja: penghormatan & penghargaan terhadap suatu nilai sudah berkurang bahkan ada yg dihilangkan. budaya iri dengki malah dipelihara, rata2 pada bernafsu akan ego akunya,kalo bisa dipersulit kenapa tidak?, kita lebih banyak membiarkan nalar kita dikuasai hati gelap daripada hati terang( bangga bisa membuat ketergantungan pada sesama, bangga bisa mempersulit yang lain, bahagia bisa melihat kekurangan sesamanya,memandang perbedaan sebagai suatu masalah). Hingga agama apapun yang kita anut akan keliatan menyimpang.
    Dan generasi sekarang dalam hal keduniawian cenderung memutuskan "ya" dengan keyakinan yang tak tergoyahkan,karena menharapkan kenikmatan duniawi, dengan mengatasnamakan kebaikan/kebenaran. Maka kita semua siap2 aja melihat dunia kita kedepan lebih ...ga tau deh...setiap manusia punya persepsi masing-masing...

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebenarnya tak ada kata terlambat asalkan kita masih mau memulai sesuatu yang kita inginkan,, bertentangan bukan berarti tak bisa diselaraskan,, benarm jika dikatakan, bahwa dunia ini serba materi,, akan tetapi, itu juga tidak seratus persen benar,, bahwa materi itu sendiri tergantung bagaimana kita ingin menempatkannya seperti apa,, agama tidak menyuruh manusia meninggalkan dunia, akan tetapi agama menuntut agar manusia harus sadar, bahwa dunia itu sifatnya sementara,, jadi, dalam konteks ini manusia harus mampu menyeimbangkan keduniaannya dengan sesuatu yang ada setelah dunia ini berakhir,, artinya, ada dunia yang lebih indah dari dunia yang ada seperti saat ini yang harus manusia perhatikan dan perjuangkan,,

      Hapus
  2. Iyadeh, meski kita dituntut atas kenyataan bahwa untuk bertahan hidup di dunia kita juga perlu materi. Namun, terlalu memuja materi atau mengejar kenikmatan dunia juga bukan mekanisme hidup yang baik. Ingat, tujuan kita hidup di dunia buat apa si? Dan sebelum kamu benar-benar menjalankan hidupmu, pastikan kamu memiliki pedoman, bahwa ada tujuan lain yang lebih utama dari perjalanan hidup ini.

    Wkwk, aku ngomong apa si? Tapi benar apa yang ada di artikel.. Setuju aja

    BalasHapus

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”

Lazada Indonesia