Pages

Subscribe:

Jumat, 30 September 2011

Mencegah Jauh Lebih Baik (Renungan)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitWyQM4RAhxqreQnRxpr2ecobNvQ5IejwIoJ3BaT4Rxw_lqhUzCJ_6cvSSwxOtitMokhkmpYwc_hyphenhyphenB-eoc7Xu3UOFhucHaTGEr1DGvv_sn0b6aK9OG2oR9gYKeFbG4moz493pMv4t8wa0/s1600/sujud-011.jpg

Masyarakat Jakarta dalam pekan terakhir ini dikejutkan dengan peristiwa pemerkosaan di sebuah angkutan umum. Beragam pendapat pun berseliweran di berbagai media. Ada pihak yang menyalahkan sopir angkot, rendahnya kepedulian pemerintah terhadap rakyat kecil (keamanan), serta wanita yang model pakaiannya memang tidak wajar.

Jika dinalar secara sehat, pemerkosaan itu berawal dari rapuhnya iman seseorang. Orang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT tidak akan melakukan tindak kriminal. Sebab, dalam hatinya telah tertanam kuat sebuah kesadaran bahwa Allah Maha Melihat. Ada atau tidak ada orang, dia akan menjaga kehormatan dirinya.

Masalahnya, bangsa dan negara kita hari ini tidak lagi menyediakan ruang untuk publikasi keimanan bagi seluruh warga negaranya. Media massa, baik cetak maupun elektronik, cenderung kurang mampu menahan godaan materi untuk tidak menampilkan hal-hal yang bersifat sensual. Mulai dari iklan, talk show, hingga pemilihan jenis film. Hampir bisa dipastikan bahwa anak belasan tahun pun di negeri ini pernah melihat adegan peluk-cium.

Sosialisasi nilai-nilai ruhiyah sama sekali dikesampingkan, kalau tidak ingin dikatakan ditiadakan. Sekalipun ada sifatnya masih berupa sajian yang bersifat humoris. Inilah suatu fakta yang telah membolak-balik nilai-nilai kebenaran. Akhirnya, tuntunan menjadi tontonan dan tontonan menjadi tuntunan.

Jadi, tidak mengherankan jika remaja di sekolah, setiap berangkat dan pulang, kita saksikan sebagian besarnya merasa percaya diri berboncengan dengan lawan jenisnya tanpa sedikit pun merasa bersalah. Mengapa? Mereka tidak tahu apa itu moral, apalagi akhlak.

Situasi tersebut telah menjadi budaya. Jadi, kini masyarakat kita mulai asing dengan nilai-nilai kebenaran. Karena setiap hari yang dilihat di televisi, internet, dan media umumnya wanita tidak berpakaian yang memenuhi standar syariat. Berpakaian seperti artis idolanya itu pun diyakini sebagai cara terbaik dalam berbusana.

Pada saat yang sama, para lelaki setiap hari tidak bisa menghindar dari suguhan aurat yang sejatinya diharamkan bagi mereka untuk melihatnya. Perang melawan hawa nafsu pun terjadi setiap saat dan hampir di segala tempat. Bukan hanya remaja, melainkan orang tua pun tidak sedikit yang terjebak dalam cinta terlarang (zina).

Salah satu pemicu syahwat ialah terbukanya aurat. Oleh karena itu, setiap Muslimah wajib menutup auratnya dan tidak keluar rumah tanpa ditemani pria muhrimnya. Alquran telah memberikan solusi terbaik dengan langkah preventif/pencegahan.

Allah SWT berfirman, "Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.' Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS 33: 59).

Jika terhadap kesehatan kita setuju untuk mencegah, mengapa untuk keselamatan dan kesucian jiwa sendiri kita tidak mau mencegahnya dengan mengenakan jilbab? Wallahu a'lam.

(",)v




Sumber : koran.republika.co.id
Oleh : Abdul Mannan Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”

Lazada Indonesia