Rabu, 08 Juni 2011
Dampak Kehinaan Dosa (Renungan)
Hal yang tidak bisa dimungkiri adalah di samping kita makhluk kebajikan, kita juga makhluk yang bersemai banyak kesalahan. Tidak ada satu pun makhluk manusia di bumi ini yang bersih dari kesalahan. Pasti pernah saja melakukan kesalahan. Yang paling baik di antara kita, bukanlah yang tidak pernah berbuat salah. Pernah berbuat salah namun segera bertaubat, meminta ampun dan maaf.
Salah satu di antara upaya untuk terhindar atau meminimalisasi kesalahan dan dosa adalah mengenali apa saja dampak dari perbuatan dosa dan maksiat. Seperti nasihat Ibrahim bin Adham kepada ahli maksiat. Ia menasehatinya dengan banyak berpikir tentang dampak kehinaan dari perbuatan maksiat dan dosa. Berikut ini adalah beberapa keadaan yang akan kita terima dari ulah dan perbuatan dosa kita.
Pertama rasa gundah dan gelisah. Menurut 'Aidh al-Qarni, seorang ulama dan penulis Islam terkemuka, rasa gundah ini merupakan dampak yang paling signifikan. "Dan Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." (QS Thaha [20]: 124-126). Orang yang berbuat dosa dan maksiat sejatinya diliputi oleh kegelisahan dan keterasingan. Di hatinya sebenarnya ada pengingkaran.
Kedua, di antara dampak dosa dan maksiat adalah terhalangnya rezeki. Ada dua kemungkinan terhalangnya rezeki; pertama terhalang turunnya rezeki itu sendiri, kedua terhalangnya keberkahan rezeki. Benarlah ungkapan Ibnu Abbas RA, "Kebaikan itu memancar keceriaan di wajahnya dan cahaya di hati, kelapangan rezeki, mahabbah (kecintaan) pada hati makhluk. Sementara kemaksiatan itu menyebabkan warna hitam (kegelapan) pada wajah dan hati, kesempitan rezeki dan kemarahan di hati makhluk.
Ketiga, maksiat dan dosa bisa menyebabkan lupa. Imam Syafi'i pernah mengadu kepada guru beliau Imam Waki' lantaran lemahnya hapalan. Maka, Imam Waki' berwasiat agar muridnya itu meninggalkan maksiat. "Demi Allah aku tidak mendapatkan resep yang paling ampuh untuk menjaga hapalan di banding meninggalkan maksiat."
Keempat, dibuat antipati (benci) pada hati setiap makhluk. Cinta dan murka yang ada pada diri makhluk hakikatnya datang dari Allah SWT. Disebut dalam kitab Shahih Bukhari, "Jika Allah SWT murka kepada seorang fulan maka ia akan berkata kepada Jibril bahwa ia murka terhadap fulan, maka Jibril pun murka terhadapnya dan ia menyampaikan kepada malaikat bahwa Allah SWT murka terhadap fulan maka mereka pun murka kepadanya, kemudian ditetapkan kemurkaan di hati setiap makhluk di bumi."
Kelima, azab di akhirat. Dunia tempat menanam dan akhirat tempat menuai. Betapapun kita akan hidup panjang tanpa akhir di akhirat nanti. Sementara hanya ada dua tempat; neraka dan surga. Jika ingin terhindar dari pedihnya api neraka dan sebaliknya ingin menikmati surga, maka jangan maksiat apalagi berdosa. "Sesungguhnya barang siapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun." (QS Ali Imran [3]: 192).
(",)v
Sumber : koran.republika.co.id
Oleh : Ustadz Muhammad Arifin Ilham
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”