Rabu, 13 Juli 2011
Mengatasi Rasa Kehilangan (Renungan)
Rasa kehilangan merupakan fitrah yang pasti dialami oleh siapa saja. Tidak ada yang “mutlak benar dan mutlak salah” dalam soal rasa, merasa dan perasaan, termasuk rasa kehilangan.
Mengatasi rasa kehilangan, lebih tepat difokuskan kepada mengatasi rasa kecewa, rasa sedih, dan rasa sesal karena kehilangan. Proses waktu dan kesanggupan menyikapi rasa kehilangan pada setiap orang memang berbeda-beda. Namun, setidaknya langkah-langkah upaya berikut dapat kita lakukan dalam rangka untuk mengatasinya.
* Biarkan diri kita merasakan emosi apa saja. Lepaskan beban perasaan dengan cara yang tepat. Menangislah jika perlu, hal ini dapat membantu mengurangi beban perasaan yang berat karena kehilangan.
Reaksi awal ini sangat wajar bagi setiap orang, karena sesiap apapun kita kehilangan, ketika hal itu datang dan terjadi, maka kita tak luput dari rasa enggan. Akan tetapi, jangan biarkan diri kita larut dan dikendalikan emosi, karena bisa membahayakan kesehatan fisik dan psikis kita.
Emosi yang terkendali mengandung energi yang bisa menginspirasi dan membuat kita berkreasi jika dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Bisa saja rasa kehilangan disalurkan menjadi sebuah karya, seperti menulis lirik lagu, puisi, atau pun cerita berdasarkan pengalaman perasaan kita tersebut.
* Curhat (sharing) dengan orang yang tepat mengenai yang kita rasakan, lebih baik daripada dipendam sendirian. Hal ini untuk menghindari berkembangnya emosi dan persepsi negatif dalam diri kita.
Keluarga, sahabat atau orang yang memiliki kecerdasan adversitas juga kematangan emosional dan spiritual, biasanya menjadi tempat curhat yang nyaman. Dalam keadaan seperti ini, kita butuh dukungan orang terdekat yang bisa mengingatkan dan menguatkan hati, bahkan bisa memberikan masukan dan jalan keluar yang baik.
Jika memang dibutuhkan, misalnya kita didera rasa bersalah dan kesedihan berkepanjangan karena kehilangan seseorang yang sangat berarti, berkonsultasi dengan psikolog dapat dilakukan untuk lebih memaksimalkan penanganan, sehingga perasaan tersebut tidak berpengaruh negatif terhadap aktivitas kehidupan kita.
* Sebaiknya, tetap lakukan kegiatan rutin sehari-hari, agar pikiran dan perasaan kita tidak terfokus kepada kehilangan itu. Akan tetapi, sebaiknya tidak membuat keputusan atau hal-hal yang berdampak besar untuk kita dan orang lain di saat suasana hati dan pikiran tidak jernih.
* Usahakan untuk tetap memberikan nutrisi bagi tubuh dengan makan makanan yang sehat, tidur cukup, dan menghindari zat-zat berbahaya untuk tubuh, seperti alkohol. Memang sulit untuk tetap menjaga mood, nafsu makan, dan hasrat tidur saat kita merasa sedih. Aka tetapi, kalau kita biarkan diri kita terlarut, kita sendiri yang akan semakin kewalahan, lelah hati, lelah pikiran, dan lelah badan.
* Perbanyak dzikir dan berdoa, serta hindari menyalahkan diri sendiri dan keadaan, apalagi kehendak Yang Maha Berkehendak. Penyerahan dan kepasrahan diri kepada Allah SWT merupakan sebaik-baiknya obat yang bisa menumbuhkan kesabaran, ketabahan, dan keikhlasan kita menerima kenyataan.
Jika kita mau belajar dan mau menyadari, selalu ada hikmah di balik setiap masalah. Memang tidak mudah merealisasikannya, lebih mudah membaca dan menuliskannya. Namun, semua yang kita lakukan memerlukan proses, waktu, dan kemauan yang kuat. Kehilangan pun merupakan bagian dari proses perubahan dalam hidup kita, dari tiada menjadi ada, kemudian tiada.
Kita yang merasa, kita pula yang bisa. Yang hilang, bisa saja dicari dan didapat kembali atau diganti meskipun artinya tak akan bisa benar-benar sama. Walaupun demikian, keyakinan yang teguh, keihkhlasan, dan kesabaran menjalani rasa kehilangan sangat penting untuk ditanamkan.
Semua yang berbentuk pasti akan rusak, dan semua yang bernyawa pasti akan binasa. Ada yang hilang, akan ada juga yang datang. Yang hilang biarkan menjadi kenangan, dan yang datang bisa menjadi harapan kini dan masa depan.
Belajar Dari Kehilangan
Selalu ada hikmah di balik setiap musibah, selalu ada kemudahan dalam setiap kesulitan. Dengan menyadari, merenungi hal-hal di atas, kita bisa belajar banyak hal dari rasa kehilangan, di antaranya :
* Belajar menjadi pribadi yang lebih menghargai keberadaan sesuatu, kehadiran dan kebersamaan dengan seseorang dalam hidup kita, sehingga kita lebih mampu mengoptimalkan dan menjaga kualitas kebersamaan itu.
* Belajar untuk lebih menghargai dan memanfaatkan waktu dengan baik. Waktu adalah kesempatan dan peluang yang tidak bisa diulang karena waktu berjalan ke depan, seiring pertambahan usia kita.
* Belajar untuk lebih menyadari bahwa kita tidak sempurna. Kita butuh kehadiran dan bantuan orang lain, sehingga kita lebih sering berintrospeksi, bermuhasabah ke dalam diri, bertanggungjawab atas apa yang kita miliki dan menghargai orang lain.
* Belajar ikhlas menerima kenyataan hidup sebagai ujian, cobaan atau peringatan Sang Khaliq. Hidup tak selalu sesuai seperti yang kita inginkan. Allah SWT lebih menentukan, lebih mengerti apa yang kita butuhkan dan apa yang terbaik untuk diri kita.
Seorang kekasih Allah SWT pun tak luput dari ujian berat, kehilangan orang-orang yang sangat berarti dalam perjuangannya dalam menegakkan ajaran Allah SWT. Rasulullah SAW pernah mendapatkan ujian berat ditinggal Khadijah istri tercinta, dan sang paman terkasih Abu Thalib di tahun yang sama, sehingga menamakannya (tahun duka).
Arti kehilangan baginya merupakan ujian keimanan, ujian atas cintanya kepada Allah SWT, serta keteguhannya dalam memperjuangkan tegaknya Islam, sehingga kesabaran, keikhlasan, serta doa tetap menaungi ikhtiarnya.
Sejatinya, kita harus siap kehilangan, karena kita pun akan hilang dari kefanaan menuju keabadian. Semoga setiap kehilangan memberikan kita hikmah untuk lebih tabah menghadapi masalah dan sabar dalam berikhtiar, serta lebih meningkatkan kualitas diri kita. Insya Allah.
(",)v
Sumber : muh-abdullah.blogspot.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”