Senin, 03 Januari 2011
Menyikapi Kekalahan (Renungan)
Hidup kita tidak selalu berjalan mulus. Suka duka silih berganti. Suatu saat kita menang, di kesempatan lain kita mengalami kekalahan. Sering saat kalah, kita tanpa sadar terjebak, lalu memandang kekalahan sebagai aib. Kita malu luar biasa kalau kalah. Akibatnya, kita jadi minder. Merasakan diri tak berharga. Merasa tidak punya potensi atau prestasi yang bisa dibanggakan. Bahkan, tidak jarang kita menuding orang lain sebagai penyebab kekalahan kita. Kita sering menyalah-nyalahkan berbagai pihak karena kita kalah.
Bagaimanakah sebaiknya kita memandang dan menyikapi kekalahan? Alquran memandang kekalahan sebagai salah satu dari sekian banyak bentuk musibah. Lebih jauh, Alquran mengatakan bahwa musibah itu bahkan sudah direncanakan oleh Allah jauh-jauh hari sebelum terjadi, bahkan sebelum musibah itu diciptakan. Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan pada diri kamu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah sangat mudah (QS al-Hadîd [57]: 22).
Tentu ada maksudnya mengapa Allah mengatakan demikian. Yaitu, supaya kita tidak bersedih secara berlebihan dan melampaui kewajaran sehingga akhirnya sampai pada sikap putus asa: Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepada kamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS al-Hadîd [57]: 23). Dalam ayat lain disebutkan bahwa tidak ada orang yang berputus asa kecuali orang yang sesat (QS al-Hijr [15]: 56); dan orang kafir (QS Yusuf [12]: 87). Dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari, sikap putus asa dari rahmat Allah termasuk dosa besar.
Kekalahan atau kegagalan tidak selalu berarti negatif. Kita memang tidak menyukai kekalahan, tetapi boleh jadi kekalahan itu kelak justru membawa kebaikan buat kita. Dan, kita mungkin sangat menyukai kemenangan, kesuksesan, dan kekayaan, tetapi bisa jadi kemenangan itu justru berakibat buruk bagi kita di kemudian hari. Kepada Allah jualah hendaknya semua itu kita kembalikan. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui (QS al-Baqarah [2]: 216). Wallahu a'lam.
(",)v
Sumber : koran.republika.co.id
Oleh : Muhammad Arifin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”