Pages

Subscribe:

Senin, 25 Oktober 2010

Seperlima Detik Yang Dibutuhkan Otak Untuk Jatuh Cinta


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNTwOHXI5gt5sRiJ_svofbeqqeBrqOlL-WSVO_TwDf1g7cyv5QXzawvbHgJVhaFD-Dlm8x3mS2bMzpfRgQ4NlJoEk6pxE7meXI-h3-GJA2pJlm3DPgFmu2FFMRRWcTk3hM01ozqtkpTfSb/s1600/love.jpg

Tidak salah yang mengatakan cinta itu tumbuh dari hati. Namun, proses yang sebenarnya terjadi, lebih banyak berasal dari otak. Yang lebih mencengangkan lagi, cinta pada pandangan pertama benar-benar bisa terjadi, karena otak memberikan respons yang sangat cepat.


Bukan hanya cepat, karena terjadi dalam waktu 0,2 detik saja, hadirnya perasaan cinta juga melibatkan proses yang sangat kompleks. Sedikitnya ada 12 area di otak yang terlibat dalam pelepasan berbagai hormon emosi cinta, seperti dopamin, oksitosin, adrenalin, dan vasopresi.

Peran dari masing-masing bagian otak berbeda-beda, tergantung bentuk rasa cinta yang dialami oleh seseorang. Misalnya, pada cinta tak bersyarat (unconditional love), seperti yang dialami seorang ibu terhadap anak-anaknya, otak tengah paling memegang peran.

Dominasi peran yang lebih kompleks terjadi justru pada cinta birahi (passionate love). Pada perasaan semacam ini, ada beberapa bagian otak yang cenderung lebih aktif di antaranya bagian sistem reward yang merupakan pusat kesenangan, serta bagian kognitif untuk pencitraan tubuh.

Perasaan cinta juga ditandai dengan kenaikan kadar Nerve Growth Factor (NGF) dalam darah. Senyawa kimia yang tercatat mengalami peningkatan tajam saat seseorang terpesona pada pasangannya ini membuktikan, bahwa fenomena "cinta pada pandangan pertama" memang benar-benar ada.

"Reaksi apapun yang terjadi di hati, sebenarnya berasal dari otak. Oleh karena itu saya akan mengatakan, rasa cinta itu terbentuk di otak, bukan di hati," ungkap Stephanie Ortigue, professor dari Syracuse University di New York seperti dikutip dari ScienceDaily, Senin (26/10/2010).

Prof. Ortigue meneliti reaksi otak saat jatuh cinta, dan mempublikasikan hasilnya di Journal of Sexual Medicine baru-baru ini. Ia berharap temuannya bisa berguna dalam mengatasi gangguan emosi dan depresi pada orang-orang yang jarang mengetahui bagaimana rasanya jatuh cinta. (",)v




Sumber : health.detik.com, berbagai sumber lainnya
Editor : AdeL`FarouK Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”

Lazada Indonesia