Pages

Subscribe:

Rabu, 14 Desember 2011

Kepemimpinan Umat (Renungan)

http://www.umsida.ac.id/foto_berita/medium_46pemimpin.jpg

Kepemimpinan (leadership) merupakan salah satu variable penting dalam kehidupan suatu bangsa. Dalam masyarakat paternalistik, seperti Indonesia, kepemimpinan malah menjadi faktor penentu (determinant factor) kemajuan atau sebaliknya kemunduran. Di sini berlaku adagium Arab, "al-Nas `ala dini mulukihim," (rakyat mengikuti moral [agama] pemimpin mereka).

Hakikat kepemimpinan, menurut al-Ghazali, adalah pengaruh (influence). Pengaruh ini bisa dilihat dari kedudukan seorang di mata dan di hati umat (maqamuka fi qulub al-nas). Tanpa pengaruh, seorang tak disebut pemimpin, meski mungkin ia menyandang atau memangku jabatan tinggi.

Berbeda dengan kepemimpinan secara umum, ide kepemimpinan umat dibangun dan dikembangkan melalui tiga pilar. Pertama, pelayanan yang baik (good services). Pemimpin dalam perspektif ini, tidak dipahami sebagai 'penguasa', tetapi justru pelayan yang harus bekerja keras untuk mebantu masyarakat. Para nabi dan rasul Allah adalah pemimpi-pemimpin sejati, karena kedudukan mereka sebagai "penggembala," dalam arti pelayan dan pengayom umat.

Kedua, kedekatan dan komunikasi dengan umat. Di sini tidak boleh ada jarak (gap) antara pemimpin dan umat. Berbagai masalah yang muncul belakangan ini, seperti maraknya paham dan aliran sesat, radikalisasi agama, serta terorisme, diduga karena tak adanya komunikasi antara pemimpin dan umat. Pemimpin memang wajib berkomunikasi dengan umat. Oleh sebab itu, pemimpin tak boleh bisu, tetapi memiliki sifat tabligh.

Nabi Musa AS sebagaimana diceritakan dalam Alquran, berdoa kepada Allah SWT agar kata-kata (pikiran)-nya bisa dimengerti oleh kaumnya. (QS Thaha [20]: 25-28). Nabi Ibrahim AS malah meminta agar menjadi komunikator yang efektif, (lisana shidqin) yang kata-katanya abadi, tetap berpengaruh bagi orang-orang kemudian (QS al-Syu`ara [26]: 84). Ini berarti, Nabi Ibrahim tak hanya menjadi pemimpin besar (great leader), tetapi komunikator besar (great communicator) sekaligus.

Ketiga, keteladanan (qudwah dan uswah hasanah) yang dalam bahasa modern disebut "lead by example." Keteladanan adalah kekuatan yang melahirkan pengaruh, aura, bahkan kharisma. Kita semua mengetahui bahwa pengaruh adalah kekuasaan (Influence is power). Karena berbasis keteladanan, kepemimpinan umat (Islamic leadership) bergerak dari dalam ke luar (in side out), bukan sebaliknya, dipaksakan dari luar ke dalam (out side in). "Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu harus bertanggung jawab atau akan dimintai pertanggungjawabannya atas kepemimpinannya. (HR Bukahri dari Abdullah ibn Umar).

Hadis ini tak hanya menegaskan pentingnya kepemimpinan, seperti umum dipahami, tetapi juga mengajarkan bahwa kepemimpinan harus tumbuh dari dalam, dengan latihan untuk bisa menjadi pemimpin atas diri kita sendiri. Karena, percayalah seorang tidak akan bisa memimpin orang lain, apalagi memimpin bangsa, jika memimpin dirinya sendiri saja ia tak mampu. Selanjutnya, hadis ini mendorong kita agar tak hanya menjadi manajer, tetapi juga leader. Dalam kepemimpinan umat, leader jauh lebih penting dan diperlukan ketimbang hanya manajer. Wallahu a`lam!

(",)v




Sumber : koran.republika.co.id
Oleh : Dr. A. Ilyas Ismail Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”

Lazada Indonesia