Pages

Subscribe:

Jumat, 15 Juli 2011

Hidup Bahagia (Renungan)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUe2ZsxwFLR3JJN2o5CK_RMOFvgwcnWeYqT3uUfginSM7iM3JM8vRGUZ8ffyuI731mDgTSNknWp_GVNjWwl1ExDZ-i6OBoQtdEmR0OTzex1WyFslRvur1yAdc5LO0w8C6jyEN-koOEdNms/s1600/buku+bahagia.jpg

Ibnu Abbas ra adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang sangat telaten dalam menjaga dan melayani Rasulullah SAW. Suatu hari, ia ditanya oleh para Tabi'in tentang kebahagiaan dunia. Ibnu Abbas menjawab, ada tujuh indikator kebahagiaan dunia.

Pertama, qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur. Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qanaah) sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan. Inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur sangat memahami sifat-sifat Allah SWT sehingga apa pun yang diberikan Allah, ia menerimanya. Rasul SAW bersabda, "Kalau kita sedang sulit, perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita."

Kedua, al-azwaju shalihah, yaitu pasangan hidup yang saleh. Pasangan yang demikian akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang saleh pula.

Ketiga, al-auladun abrar, yaitu anak yang saleh. Saat Rasulullah SAW sedang tawaf, beliau bertemu seorang anak muda yang pundaknya lecet-lecet.

Selesai tawaf, Rasulullah SAW bertanya, "Kenapa pundakmu?" "Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya punya seorang ibu yang sudah uzur. Saya sangat mencintai beliau dan tidak pernah melepaskannya. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, saat shalat, atau ketika istirahat. Selain itu, sisanya selalu menggendongnya," jawab anak muda tadi. Anak muda itu bertanya, "Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk orang yang sudah berbakti kepada orang tua?" Sambil memeluk anak muda itu, Rasul berkata, "Sungguh Allah ridha kepadamu, kamu anak yang saleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orang tuamu tidak akan terbalaskan olehmu."

Keempat, albiatu shalihah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk kemantapan iman kita. Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang yang saleh.

Kelima, al-malul halal atau harta yang halal. Paradigma dalam Islam mengenai harta bukanlah banyaknya harta, melainkan halalnya. Ini tidak berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya. Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sedekah, Rasulullah SAW pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. "Kamu berdoa sudah bagus. Namun, makanan, minuman dan pakaian, serta tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanya dikabulkan?"

Keenam, Tafaquh fi ad-din atau semangat untuk memahami agama. Hal ini diwujudkan dalam memahami ilmu-ilmu agama Islam. Allah menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yang menuntut ilmu. 

Ketujuh, umur yang berkah. Artinya, semakin tua semakin saleh, yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah.

Selain berusaha keras, juga berdoa kepada Allah untuk dapat menggapai ketujuh indikator tersebut. "Rabbanaa aatina fid dun-yaa hasanah" (Ya Allah karuniakanlah aku kebahagiaan dunia), juga "wa fil akhirati hasanah" (serta kebahagiaan akhirat). 

Kebahagiaan akhirat bukanlah surga, melainkan rahmat Allah. "Amal saleh yang kalian lakukan tidak bisa memasukkan kalian ke surga." Lalu, para sahabat bertanya, "Bagaimana dengan engkau ya Rasulullah?" Jawab Rasul, "Amal saleh saya pun juga tidak cukup." Lalu, para sahabat bertanya, "Kalau begitu, dengan apa kita masuk surga?" Nabi SAW menjawab, "Kita dapat masuk surga hanya karena rahmat dan kebaikan Allah semata."

(",)v




Sumber : koran.republika.co.id
Oleh : Hery Sucipto Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”

Lazada Indonesia