Pages

Selasa, 17 Mei 2011

Ciri-Ciri Orang Yang Sudah Kecanduan Twitter


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjlouznCcegcQ-0cYYJCAquphpohpI09DRwj_NR7UEwgEUkppOZR2ihg4ut777p0bFBIiMIVdyK2kViv-34yUdcHq2yJJKJ73QrG4wh5LnM5DhQe8O6XYlykbcjgydi45t0iCumLQprp8/s320/TWT.jpg

Twitter merupakan salah satu social media yang terpopuler di Indonesia saat ini. Ada sekitar 6 juta orang setiap harinya berkerumun di mikro blogging ini. Tidak hanya dikalangan onliner dewasa saja, namun juga sampai para remaja aplikasi ini cepat sekali berkembang. Terbukti dengan seringnya trending topic ‘aneh-aneh’ yang dibuat oleh mereka.


Aplikasi yang hanya menyediakan space 140 karakter ini, bahkan mampu men-drive para usernya untuk terus memelototi garis waktu. Alasannya, mereka ingin terus memantau garis waktu temannya untuk mengetahui apa yang dilakukannya saat ini. Bahkan, ada yang memperlakukan gadgetnya melebihi pasangan, selalu bersama-sama sejak bangun tidur sampai berangkat tidur.

Banyak onliner yang saat ini tak bisa lepas dari twitter. Mereka seperti sudah kecanduan (addicted) dengan aplikasi yang katanya bisa mengubah nasib seseorang ini. Berikut ini beberapa ciri-ciri orang yang sudah kecanduan twitter, diantaranya :


1. Meretweet postingannya sendiri

Me-retweet biasanya dilakukan, agar informasi penting yang disampaikan tersebar oleh lebih banyak orang. Namun, ketika me-retweet kicauan kita sendiri, tak ada efek seperti itu. Orang-orang yang melakukan ini kemungkinan besar punya keinginan ngetwit yang besar, namun idenya tidak datang secepat gerak jempolnya.


2. Merindukan mention

“Ngetwit tanpa mention, bagaikan malam minggu tanpa pacar”. Pada dasarnya setiap user akan merasa bahagia, jika apa yang ditwit menuai banjir mention. Artinya, twitannya sanggup memaksa teman-temannya yang jumlahnya ribuan menanggapinya. Kadang ada beberapa user sudah berusaha habis-habisan berusaha ngetwit keren, namun tak ada yang menggubris, sehingga munculah istilah sedekah mention.


3. Mengganti Avatar setiap 10 menit

Memang tidak ada berapa lama waktu ideal untuk mengganti avatar. Bahkan, ada yang menganggap avatar adalah pengenal yang tidak boleh diubah. Dengan mengubah avatar, teman-temannya akan kesulitan mengenalinya. Avatar menjadi seperti logo dalam sebuah brand. Sehingga, ketika ia mengganti avatarnya, ia harus melakukan branding dari awal lagi.

Mengubah avatar sesuai dengan “tema” peristiwa yang terjadi saat ini juga menarik. Misalnya, mereka yang memperingati setahun haul mantan presiden Gus Dur memakai image atau ilustrasi Gus Dur sebagai avatarnya. Begitu juga ketika tweeple mempunyai tatto baru, ia merasa perlu mengganti avatarnya. Namun bagaimana ketika seseorang mengganti avatarnya tiap sepuluh menit?


4. Mengomentari link tanpa membaca

Perlu usaha dan energi sedikit untuk membuka sebuah link di garis waktu. Makanya, mayoritas orang (berdasar riset konon 80% tak membuka link) langsung mengomentari atau me-retweet postingan yang ada linknya tanpa mengeceknya. Pernah suatu kali terjadi, seseorang ngetwit dengan mencatur akun cnn yang memberitakan sepak bola indonesia yang ketika di klik linknya tidak ada.


5. Sensitif, selalu merasa menjadi objek pembicaraan

Twitter adalah tempat umum, semua orang mempunyai hak yang sama dalam menyuarakan sesuatu. Baik mengenai hal yang serius, maupun “gegosipan” internal. Namun, anehnya dari kicauan yang ada di garis waktu, ada seseorang yang sangat sensitif. Tiba-tiba ia merasa menjadi objek pembicaraan, utamanya ketika yang diomongkan itu hal yang negatif. “Itu ngomongin saya ya,” katanya. Padahal tak ada mention ke akun dia.


6. Selalu mememperhatikan jumlah follower

Jumlah follower memang bukan segalanya, namun tetap dipandang lebih “seksi” jika followernya banyak. Mayoritas pekicau diam-diam berpacu bagaimana cara menambah followernya. Ada yang jelas-jelas meminta follow balik dengan suka rela. Ada juga yang meminta dengan syarat. “Jika followernya sampai jam 00:00 nanti berjumlah sekian, ia akan memasang foto telanjangnya di avatar. Yang lain cukup meratap dengan ngetwit “kurang sekian menuju follower ke 2000 misalnya”.


7. Asal nyamber tanpa mengetahui konteks

Keterbatasan space yang disediakan twitter yang hanya 140 karakter, menyebabkan pembicaraan rawan “kesalahpahaman”. Karena beberapa pekicau masih mereply tanpa memperhatikan apakah penerima pesan selanjutnya akan memahami isi pesan yang disampaikan.

Ketika penyebaran pesan itu sampai pada orang ketiga atau keempat, kicauan tersebut sudah kehilangan konteks. Beberapa pekicau ngetwit asal nyamber tanpa mengetahui konteks, selain tidak bermanfaat, juga tidak perlu karena bisa-bisa malah mengganggu.


Twitter memang mengasyikan bagi para penggunanya, namun kecanduan twitter bisa mengakibatkan gangguan kejiwaan bagi seseorang, contohnya ya seperti ciri-ciri diatas tadi. Kamu merupakan salah satunya? (",)v




Sumber : msmwcecilia.blogspot.com

2 komentar:

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”