Kamis, 03 Februari 2011
Menyeimbangkan Hidup (Renungan)
Dikisahkan oleh Ibnu Sa'ad bahwa suatu hari istri Utsman bin Madz'un datang kepada istri Rasulullah SAW dengan keadaan yang sangat memprihatinkan. Istri Rasulullah pun berkata kepadanya, "Kenapa kamu terlihat seperti ini, bukankah tidak ada orang Quraisy yang lebih kaya daripada suamimu?" Istri Utsman bin Madz'un menjawab, "Saat ini keadaan itu sudah tak tersisa lagi! Ketika malam hari dia (Utsman bin Madz'un) menghabiskannya dengan shalat malam, sedangkan siangnya dia selalu berpuasa."
Tak lama setelah itu, Rasulullah SAW masuk ke rumah. Istri Utsman pun menceritakan keadaan ini kepada beliau. Rasulullah kemudian menemui Utsman bin Madz'un lalu bertanya, "Wahai Ustman bin Madz'un, tidakkah kamu menjadikanku sebagai contoh?"
"Ada apa wahai Rasulullah, sehingga engkau berkata demikian?" ujar Utsman balik bertanya.
"Apakah kamu selalu puasa pada siang hari dan menghabiskan malammu dengan shalat malam?" Rasul kembali bertanya.
"Iya, saya sungguh melakukannya wahai Rasulullah," jawab Utsman.
"Jangan kamu lakukan itu," sabda Nabi kepadanya. "Sesungguhnya matamu memilki hak atasmu, tubuhmu memiliki hak atasmu, dan keluargamu juga memiliki hak atasmu. Maka shalatlah dan tidurlah. Dan puasalah lalu berbukalah." (HR Bukhari).
Riwayat di atas adalah salah satu keistimewaan ajaran Islam yang menganjurkan kepada Kaum Muslim untuk selalu hidup seimbang. Seimbang antara ibadah dan bekerja, seimbang antara ruh dan jiwa, seimbang antara akal dan hati, dan lain sebagainya. Islam melarang umatnya untuk berlebihan dalam membatasi gerak hidup (tafrith) sehingga mengharamkan kenikmatan-kenikmtan yang Allah halalkan. Atau sebaliknya, terlalu longgar (ifrath) seakan-akan semua hukum halal, sehingga berlaku sekehendak hatinya dan membolehkan segala cara.
Islam adalah agama fitrah dan fitrah manusia selalu menginginkan keseimbangan. Dengan keseimbanganlah alam raya ini selalu berjalan teratur. "Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka, lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?" (al-Mulk [67]: 3). Keseimbangan inilah yang menjadi ruh dan inti ajaran Islam.
Dalam surah al-Jumuah [62] ayat 9-10 Allah menggambarkan bagaimana seharusnya seorang Muslim menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat. Ketika telah tiba saatnya untuk beribadah, mereka bergegas mengingat Allah dengan meninggalkan jual beli dan segala rutinitas dunia. Namun, setelah usai menjalankan ibadah, mereka kembali menyebar ke penjuru bumi untuk mencari karunia dan rezeki Allah dengan tidak lupa untuk selalu berzikir kepada-Nya.
Dengan itulah Allah menjamin keberuntungan bagi mereka. Beruntung dalam hidup di dunia dengan mendapatkan karunia dan limpahan rezeki-Nya dan kelak di akhirat mendapatkan ganjaran nikmatnya syurga. Wallau a'la wa a'lam.
(",)v
Sumber : koran.republika.co.id
Oleh : Jauhar Ridloni Marzuq
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”