Protokol medis yang tidak memperbolehkan pasien makan setidaknya 12 jam sebelum menjalani operasi, sudah berlangsung lebih dari 100 tahun. Namun, pendekatan baru dalam mengubah kebiasaan itu, makanlah sebelum operasi, karena justru dapat mempercepat masa pemulihan pasien.
Dilansir dari Dailymail, Sabtu (2/10/2010), pendekatan baru tersebut dipelopori di akhir tahun sembilan puluhan oleh ahli bedah Denmark, Professor Henrik Kehlet.
Menurutnya, protokol medis lama tidak memperbolehkan pasien makan 12 jam sebelum operasi. Selain itu, bila pasien menjalani operasi perut, maka ia pun tidak boleh makan sampai seminggu setelah operasi, dan hanya boleh bergerak di tempat tidur selama berminggu-minggu.
Dengan demikian, tidak mengherankan, bila pasien sering mengalami penurunan berat badan yang dramatis, khususnya bagi orang yang lemah dan usia lanjut. Bila dibiarkan seperti ini pasca operasi pasien, justru lebih lemah dan rentan terhadap infeksi, sehingga akan memakan waktu lama dalam masa pemulihan.
Bertentangan dengan tradisi konvensional, Prof. Kehlet justru merekomendasikan pasien untuk diberi makanan yang kaya karbohidrat, seperti kentang dan pasta sampai 6 jam sebelum operasi, serta minuman berenergi tinggi sampai 2 jam sebelum operasi.
Selain itu, setelah operasi pun pasien sebaiknya makan sesegera mungkin. Pasien juga hendaknya bangun dan banyak bergerak di hari berikutnya, bukan hanya beristirahat di tempat tidurnya saja.
"Bergerak juga merupakan hal yang penting. Tidak bergerak dan hanya tidur di tempat tidur dalam waktu yang lama, akan meningkatkan risiko infeksi, sehingga dapat memperpanjang umur penyakit," jelas Prof. Kehlet.
Prof. Kehlet juga mempertanyakan semua prosedur standar, dan menyingkirkan semua prosedur, bila tidak mendukung penyembuhan dan pemulihan pasien.
Menurutnya, alasan utama untuk tidak memperbolehkan pasien makan sebelum operasi adalah risiko kesulitan bernapas, karena makanan dari lambung masuk ke paru-paru. Akan tetapi, ternyata risiko ini malah sangat minimal.
Sebelumnya juga diperkirakan usus benar-benar menutup sampai tujuh hari, setelah anestesi umum. Sekarang diketahui kebanyakan pasien memiliki fungsi usus yang memadai untuk mempromosikan makanan dan minuman melalui usus, hanya beberapa jam setelah operasi.
Pendekatan Prof. Kehlet telah diikuti di Inggris sejak tahun 2002, dipelopori oleh seorang ahli bedah kolorektal di Yeovil District Hospital dan St. Mark's Hospital.
Cara baru yang dinamakan "Enhanced Recovery" (ER) ini, telah diam-diam merevolusi perawatan pra dan pasca operasi untuk pasien.
"ER jelas merupakan kisah sukses, namun baru ada 72 rumah sakit di Inggris menggunakan teknik ini," ujar Ian Jenkins, dokter bedah di St. Mark's Hospital, London.
Secara logika, apa yang dikatakan oleh Prof. Kehlet sangat masuk akal, terkadang ilmu kedokteran hanya memakai prosedur baku dalam protokol medis, tanpa melihat aspek yang mungkin akan sangat merugikan pasien. (",)v
Sumber : health.detik.com, berbagai sumber lainnya
Editor : AdeL`FarouK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”