Rabu, 20 Juli 2011
Kisah Abu Nawas Dan Cara Memilih Jalan Dengan Benar
Kawan-kawan Abu Nawas merencanakan akan mengadakan perjalanan wisata ke hutan. Tetapi, tanpa keikutsertaan Abu Nawas, perjalanan akan terasa memenatkan dan membosankan, sehingga mereka beramai-ramai pergi ke rumah Abu Nawas untuk mengajaknya ikut serta.
Abu Nawas tidak keberatan. Mereka berangkat dengan mengendarai keledai masing-masing sambil bercengkrama selama perjalanan. Tanpa terasa, mereka telah menempuh hampir separoh perjalanan. Dan kini mereka tiba di pertigaan jalan yang jauh dari perumahan penduduk.
Mereka berhenti, karena mereka ragu-ragu. Setahu mereka, kedua jalan itu memang menuju ke hutan. Akan tetapi, hutan yang mereka tuju adalah hutan wisata, bukan hutan yang dihuni oleh binatang-binatang buas yang justru akan membahayakan jiwa mereka.
Abu Nawas hanya bisa menyarankan untuk tidak meneruskan perjalanan, karena bila salah pilih, maka mereka semua tak akan pernah bisa kembali. Bukankah lebih bijaksana bila kita meninggalkan sesuatu yang meragukan?
Tetapi salah seorang dari mereka tiba-tiba berkata, "Aku mempunyai dua orang sahabat yang tinggal di dekat semak-semak sebelah sana. Mereka adalah saudara kembar. Tak ada seorang pun yang bisa membedakan keduanya, karena rupa mereka begitu mirip. Yang satu selalu berkata jujur, sedangkan yang lainnya selalu berkata bohong. Dan mereka adalah orang-orang aneh, karena mereka hanya mau menjawab satu pertanyaan saja."
"Apakah engkau mengenali salah satu dari mereka yang selalu berkata benar?" tanya Abu Nawas.
"Tidak." jawab kawan Abu Nawas singkat.
"Baiklah, kalau begitu kita beristirahat sejenak." usul Abu Nawas.
Lalu Abu Nawas makan daging dengan madu bersama kawan-kawannya. Seusai makan, mereka berangkat menuju ke rumah yang dihuni dua orang kembar bersaudara. Setelah pintu dibuka, maka keluarlah salah seorang dari dua orang kembar bersaudara itu.
"Maaf, aku sangat sibuk hari ini. Engkau hanya boleh mengajukan satu pertanyaan saja. Tidak boleh lebih." katanya.
Kemudian Abu Nawas menghampiri orang itu dan berbisik. Orang itu pun juga menjawab dengan cara berbisik pula kepada Abu Nawas. Abu Nawas mengucapkan terima kasih dan
segera mohon diri.
"Hutan yang kita tuju melewati jalan sebelah kanan." kata Abu Nawas mantap kepada kawan-kawannya.
"Bagaimana kau bisa memutuskan harus menempuh jalan sebelah kanan? Sedangkan kita tidak tahu apakah orang yang kita tanya itu salah seorang yang selalu berkata benar atau yang selalu berkata bohong?" tanya salah seorang dari mereka.
"Karena orang yang kutanya menunjukkan jalan yang sebelah kiri." kata Abu
Nawas lagi.
Karena kawan-kawannya masih belum mengerti juga, maka Abu Nawas menjelaskan. "Tadi aku bertanya : "Apa yang akan dikatakan saudaramu bila aku bertanya jalan yang mana yang menuju hutan yang indah?" Bila jalan yang benar itu sebelah kanan dan bila orang itu kebetulan yang selalu berkata benar, maka ia akan menjawab: "Jalan sebelah kiri," karena ia tahu saudara Kembarnya akan mengatakan jalan sebelah kiri, sebab saudara kembarnya selalu berbohong. Bila orang itu kebetulan yang selalu berkata bohong, maka ia akan menjawab : "Jalan sebelah kiri," karena ia tahu saudara kembarnya akan mengatakan jalan sebelah kiri, sebab saudara kembarnya selalu berkata benar.
(",)v
Sumber : kumpulan-dongeng.blogspot.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”