Pages

Kamis, 17 Februari 2011

Misteri Utuhnya Jasad Fir'aun Yang Tertuang Dalam Al Qur'an




Informasi yang tertuang di dalam Al Qur’an, mengenai Fir’aun yang hidup pada masa nabi Musa AS (setelah ia tenggelam di laut), dan keberadaan jasadnya yang masih utuh hingga hari ini, merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT terhadap alam semesta ini.

Pada 1975, di Cairo (Mesir) berhasil dilakukan pengambilan salah satu sampel organ tubuh berkat bantuan dari Prof. Michel Durigon. Pemeriksaan yang sangat teliti dengan microscop, menunjukkan kondisi utuh yang sangat sempurna dari objek penelitian itu.





Fir’aun Mineptah


Juga menunjukkan, bahwa keutuhan yang sangat sempurna seperti ini tidak mungkin terjadi, andaikan jasad tersebut berada (tenggelam) di dalam laut selama beberapa waktu, bahkan sekali pun ia berada untuk waktu yang sekian lama di luar air, sebelum dilakukan langkah pengawetan pertama.

Di pertengahan tahun 1975, sebuah tawaran dari pemerintah Prancis datang kepada pemerintah Mesir. Negara Eropa tersebut menawarkan bantuan untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Fir’aun. Tawaran tersebut disambut baik oleh Mesir, mumi Fir’aun kemudian dibawa ke Prancis.

Bahkan, pihak Prancis membuat pesta penyambutan kedatangan mumi Fir’aun yang dzalim itu, dengan pesta yang sangat meriah. Mumi pun dibawa ke ruang khusus di Pusat Purbakala Prancis, dilakukanlah penelitian sekaligus mengungkap rahasia yang ada di baliknya oleh para ilmuwan terkemuka dan para pakar dokter bedah dan otopsi di Prancis.

Pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama dalam penelitian mumi ini adalah Prof. Dr. Maurice Bucaille. Bucaille adalah ahli bedah kenamaan Prancis, dan pernah mengepalai klinik bedah di Universitas Paris. Ia dilahirkan di Pont-L'Eveque, Prancis, pada 19 Juli 1920.

Bucaille memulai kariernya di bidang kedokteran pada 1945 sebagai ahli gastroenterology. Dan, pada 1973, ia ditunjuk menjadi dokter keluarga oleh Raja Faisal dari Arab Saudi. Tidak hanya anggota keluarga Raja Faisal, anggota keluarga Presiden Mesir kala itu, Anwar Sadat, juga termasuk dalam daftar pasien yang pernah menggunakan jasanya.




https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmiXnHdLxu3fNtPj4YVZSptU0J3zoS5rKgUARLyvxQW_FgrPjcHE7hrvQR5K8-lOi7mCCXAXBznmzKZiuTEj3UYAt2vawQE9E3dl_RDiLpNJr3o-gnxlBktZiCG93h4wzsOjvU-Nm4kree/s1600/ramses.jpg


Ketertarikan Bucaille terhadap Islam mulai muncul, ketika secara intens dia mendalami kajian biologi dan hubungannya dengan beberapa doktrin agama. Karenanya, sebuah kesempatan bagi Bucaille untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Fir’aun.

Hasil akhir yang diperolehnya sangat mengejutkan. Sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh mumi adalah bukti terbesar, bahwa dia mati karena tenggelam. Jasadnya dikeluarkan dari laut, dan kemudian di balsem untuk segera dijadikan mumi agar awet.

Penemuannya itu masih mengganjal dalam pikiran sang professor. Bagaimana jasad tersebut bisa lebih baik dari jasad-jasad mumi yang lain, padahal dia dikeluarkan dari laut?

Kami sudah melakukan lebih dari itu dan menitikkan perhatian pada pencarian kemungkinan penyebab kematian Fir’aun, dimana dilakukan penelitian medis legal terhadap mumi tersebut berkat bantuan Ceccaldi, direktur laboratorium satelit udara di Paris dan Prof. Durigon.

Dalam pengecekan itu, tim medis berupaya mengetahui sebab di balik kematian ‘ekspress’ akibat adanya memar di bagian kepala tengkorak. Jelas pada setiap penelitian ini sangat sesuai dengan kisah-kisah yang terdapat di dalam kitab-kitab suci, yang menyiratkan bahwa Fir’aun sudah mati saat ombak menelannya.





Bangkai Poros Roda Dari Salah Satu Kereta Kuda Pasukan Fir’aun
Di Laut Merah


Prof. Bucaille lantas menyiapkan laporan akhir tentang sesuatu yang diyakininya sebagai penemuan baru, yaitu tentang penyelamatan mayat Fir’aun dari laut dan pengawetannya. Terkait dengan laporan akhir yang disusunnya, salah seorang rekannya membisikkan sesuatu dan berkata : "Jangan tergesa-gesa, karena sesungguhnya kaum Muslimin telah berbicara tentang tenggelamnya mumi ini".

Awalnya Bucaille tidak menghiraukan kabar ini, sekaligus menganggapnya mustahil. Menurutnya, pengungkapan rahasia seperti ini tidak mungkin diketahui, kecuali dengan perkembangan ilmu modern, melalui peralatan canggih yang mutakhir dan akurat.

Hingga laporan akhirnya ini diterbitkannya dengan judul "Les momies des Pharaons et la midecine" (Mumi Fir’aun; Sebuah Penelitian Medis Modern). Berkat bukunya inilah, dia menerima penghargaan "Le prix Diane-PotierBoes" (penghargaan dalam sejarah) dari Academie Frantaise dan "Prix General" (Penghargaan umum) dari Academie Nationale de Medicine, Prancis.

Salah seorang di antara mereka berkata, bahwa Al Qur’an yang diyakini umat Islam, telah meriwayatkan kisah tenggelamnya Fir’aun yang kemudian diselamatkannya mayatnya. Ungkapan itu semakin membingungkan Bucaille. Lalu, dia mulai berpikir dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi?

Bahkan, mumi tersebut baru ditemukan sekitar tahun 1898 M, sedangkan Al Qur’an telah ada ribuan tahun sebelumnya. Sementara dalam kitab suci agama lain, hanya membicarakan tenggelamnya Fir’aun di tengah lautan saat mengejar Musa, dan tidak membicarakan tentang mayat Fir’aun. Bucaille pun semakin bingung dan terus memikirkan hal itu.



http://musadiqmarhaban.files.wordpress.com/2007/06/roda1.jpg

Bangkai Roda Kereta Fir’aun Yang Ditemukan Oleh Arkeolog bernama Ron Wyatt Di Laut Merah 1988


Prof. Bucaille akhirnya meminta untuk di datangkan Kitab Taurat (Perjanjian Lama). Diapun membaca Taurat yang menceritakan : "Airpun kembali (seperti semula), menutupi kereta, pasukan berkuda, dan seluruh tentara Fir’aun yang masuk ke dalam laut di belakang mereka, tidak tertinggal satu pun di antara mereka."

Prof. Bucaille melanjutkan, riwayat versi Taurat yang terkait dengan kisah keberangkatan bangsa Yahudi bersama Musa AS dari Mesir menguatkan analisa yang mengatakan bahwa Mineptah, pengganti Ramses II adalah Fir’aun Mesir di masa nabi Musa AS.

"Sebagai catatan : Fir’aun itu bukanlah merupakan nama orang, melainkan sebuah gelar bagi raja-raja Mesir yang ada pada zaman dulu kala. Menurut sejarah, Fir`aun di masa Nabi Musa adalah Minephtah (1232 -  1224 SM), yaitu putra dari Ramses II. Tetapi, ada juga yang menyebutnya dengan Minfitah. Sebagian kisah terkait Raja Fir`aun yang menentang Nabi Musa, sering disebut-sebut sebagai Ramses II, dan bukan Minephtah. Namun setelah diselidiki, ternyata Ramses II justru seorang raja yang baik. Ia bahkan memerintah rakyatnya untuk selalu berbuat adil. Ia memerintah selama 68 tahun pada 1304 - 1237 SM. Sedang anaknya, Minephtah, dikenal sebagai raja yang sangat kejam, lalim dan congkak. Dia itulah yang telah menentang Nabi Musa AS dan bahkan dengan sangat berani mengakui dirinya sebagai tuhan."

Penelitian medis terhadap mumi Mineptah mengemukakan kepada kita, informasi penting lainnya mengenai apa kemungkinan penyebab kematian Fir’aun ini. Kemudian dia membandingkan dengan Injil. Ternyata, Injil tidak membicarakan tentang diselamatkannya jasad Fir’aun yang masih tetap utuh.

Oleh karenanya, ia pun semakin bingung. Setelah perbaikan terhadap mayat Fir’aun dan pemumiannya, Prancis mengembalikan mumi tersebut ke Mesir. Prof. Bucaille memutuskan untuk menemui sejumlah ilmuwan otopsi dari kaum Muslimin.

Dari sinilah kemudian terjadi perbincangan untuk pertama kalinya dengan peneliti dan ilmuwan Muslim. Ia bertanya tentang kehidupan Musa, perbuatan yang dilakukan Fir’aun, dan pengejarannya terhadap Musa, hingga dia tenggelam, dan bagaimana jasad Fir’aun diselamatkan dari laut.






Jasad Fir’aun Ditemukan Pertama Kali Di Laut Merah 1898
Dalam Posisi Bersujud


Maka, berdirilah salah satu di antara ilmuwan Muslim tersebut, seraya membuka mushaf Al Qur’an dan membacakan firman Allah SWT yang artinya :


"Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami." (QS. Yunus : 92)

Ayat ini pun lantas sangat menyentuh hati Bucaille. Ia mengatakan, bahwa ayat Al Qur’an tersebut masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Hatinya bergetar, dan getaran itu membuatnya berdiri di hadapan orang-orang yang hadir, seraya menyeru : "Sungguh, aku masuk Islam dan aku beriman dengan Al Qur’an ini."

Ia pun kembali ke Prancis dengan wajah baru, dan nama Islam yang Baru, "Prof. Dr. Yahya Maurice Bucaille". Sejak memeluk Islam, ia menghabiskan waktunya untuk meneliti tingkat kesesuaian hakikat ilmiah dan penemuan-penemuan modern dengan Al Qur’an, serta mencari satu pertentangan ilmiah yang dibicarakan Al Qur’an.



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLXtifx8KLMUtxlmLpzhooBGiIUX4i7bLXBe-twRuVeyMlllRKIgSo5ebgS3yTbZkFXD4TVmBU7WK38LP2xOROcT2d_Z-YQSmsMcxgRsjJ-v5VdJDAZD41eaT1x1brsHwhKxlpOQ5V3eQ/s320/image001.jpg


Prof. Dr. Yahya Maurice Bucaille Dan Bukunya


http://www.koranusa.org/prodimages/medium/BIBLE_QURAN_SCIENCE_FRONT_COVER.jpg



Namanya mulai terkenal ketika ia merangkum semua hasil penelitiannya tersebut yang kemudian dibukukan dengan judul "La Bible, le Coran et la Science" (Bibel, Al Qur’an, dan Ilmu Pengetahuan Modern). Buku yang dirilis tahun 1976 ini, menjadi best-seller internasional dan diterjemahkan ke hampir semua bahasa.

Subhanallah Wa Bi Hamdih

(",)v




Sumber : abinyaazka.blogspot.com, sayyidario.blogspot.com, c.1asphost.com/sibin/AlQuran.asp, berbagai sumber lainnya

24 komentar:

  1. SUBHANALLAHH ALLAHU AKBAR !!!!!

    BalasHapus
  2. MasyaAllah... Laa haula walaa quwwata illa billah.....

    BalasHapus
  3. Masyaa Alloh mantab nyeee ngeri ngeri sedap

    BalasHapus
  4. mumi sangat mudah dibuat dengan garam, orang barat malah gak tau kalau garam dapat mengawetkan segala daging .anda semua pasti tau ikan asin kan bukan hal yg aneh untuk orang indonesia. buatlah ekperimen sendiri dg bangkai apapun juga ,timbun dengan garam lubangi wadahnya pada bagian bawah untuk pembuangan cairan tubuhnya ,jadilah mumi ,ini mah bukan sebuah keajaiban

    BalasHapus
    Balasan
    1. Orang barat bukannya gak tau. Mumi kan awetnya ribuan tahun. Coba saya tanya balik, apakah ikan asin yg di awet kan dengan garam akan awet selama ribuan tahun pula? Tolong ya jangan pernah meragukan al quran

      Hapus
    2. Tiada Tuhan selain Alloh. org2 kafir tak kan pernah meyakini Al Quran. Tempat mereka adalah neraka jahannam. Itulah seburuk-buruk tempat kembali. Mereka adalah pengikut2 Fir'aun.

      Hapus
    3. Tiada Tuhan selain Alloh. org2 kafir tak kan pernah meyakini Al Quran. Tempat mereka adalah neraka jahannam. Itulah seburuk-buruk tempat kembali. Mereka adalah pengikut2 Fir'aun.

      Hapus
    4. Yang tenggelam bukan Fir'aun saja,tapi juga semua bala tentara nya.Kenapa hanya Fir'aun yang masih utuh badan nya?.Ini menunjukan kekuasaan Allah dan kebenaran Al-Quran.

      Hapus
    5. Nanti kita bikin experimen bro cara awatkan mumi..nanti klo lo mati mayat lo tak usah capek" di lubangi wajahmu trus timbun garam..kita campakkan aja mayat lo ke laut baru kita tengok barapa lama mayat lo bertahan ..bisa jadi mumi gak atau baru 1 minggu sudah habis di makan ikan..dasar atak dengkul firaun dsamakan ikan asin..ikan asin ko punya mama kah?

      Hapus
    6. iya nanti klo kau mati mayatmu jadi experimen ..tak usah susah lubangi wajahmu dan timbun garam..kita campakkan aja mayatmu ke laut baru liat bertahan berapa lama mayat lho di laut ..paling 3 hari sudah habis ko punya daging" di makan ikan ..otak dengkul di pake

      Hapus
    7. Sabar..orang itu pendidikan nya lebih daripada Prof. Dr. Yahya, mungkin teori Ika asinnya suatu saat akan menggemparkan dunia permumian. Bener tuh, besok kalau dia mati, kita awetkan dia dengan garam, agar dia masuk sejarah juga..

      Hapus
    8. Pada mumi yg lain tidak disebutkan mengandung kadar garam.
      Lagi pula umumnya mayat orang tenggelam di laut yg ternyata tidak utuh sebagaimana jasad yg dibalsam.
      Bagi orang beriman Qur'an itu menjadi pengobat dan rahmat, sedang bagi yg ingkar/dalim hanya akan menambah kerugian (QS al-Isra' 82.

      Hapus
  5. jangan terlalu cepat mengatakan keajaiban

    BalasHapus
    Balasan
    1. Orang barat bukannya gak tau. Mumi kan awetnya ribuan tahun. Coba saya tanya balik, apakah ikan asin yg di awet kan dengan garam akan awet selama ribuan tahun pula? Tolong ya jangan pernah meragukan al quran

      Hapus
    2. hai lontong , itu termasuk keajaiban

      Hapus
    3. iya betul jangan terlalu cepat bilang ke ajaiban..nanti klo kamu yg mati trus mayat kamu di ceburin kelaut klo bertahan 1 minggu masih utuh baru ke ajaiban..mantap gaya lo bro

      Hapus
    4. Dibilang keajaiban karena penemuan badan Firaun itu sudah dinyatakan berabad-abad sebelum ditemukannya.

      Pada Alkitab, Keluaran 15:4-5, disebutkan Firaun dan tentaranya tenggelam ke laut dalam seperti batu. Padahal massa jenis batu jauh lebih berat dari air laut. Bagaimana mungkin jasad yg tenggelam seperti batu itu tiba2 terdampar di pantai dg sendirinya?

      Hapus
  6. Iya. Logika ikan asin menarik tuh. Aku setuju yang punya logika gitu itu klo mati diceburkan ke laut, awetnya berapa minggu?.

    Sehebat apapun mukjizat itu, klo hati buta, tetap aja buta.

    BalasHapus

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”