Sebenarnya menopause merupakan fenomena langka di dunia hewan. Namun, bukan berarti hewan tidak mungkin mengalaminya. Sama halnya dengan manusia, individu
betina paus pembunuh ternyata juga bisa kehilangan kemampuan untuk
bereproduksi, sebelum akhir dari masa hidup alami mereka.
Akan tetapi, kemudian akan muncul pertanyaan di kalangan para ilmuwan, apa sesungguhnya keuntungan paus pembunuh mengalami menopause layaknya seperti manusia?
Para ilmuwan telah berspekulasi, bagi manusia, menopause
dikembangkan untuk mengurangi persaingan antar-generasi yang berbeda
dari perempuan yang mampu berkembang biak dalam satu keluarga.
Versi lain mengatakan, individu yang sudah tua akan sulit berfokus pada
kehamilan. Lebih baik bagi mereka untuk mengurus anak atau cucu yang
sudah ada.
Perkiraan serupa juga berlaku bagi paus pembunuh yang bernama latin Orcinus orca. Para
ilmuwan mengatakan, menopause pada mamalia laut tersebut mungkin
bertujuan agar induk yang sudah tua menaruh perhatian lebih untuk
merawat anak-anak mereka hingga dewasa, ketimbang hamil lagi.
"Analisis kami menunjukkan paus pembunuh jantan sangat bergantung pada
induknya. Mereka harus berjuang cukup keras untuk bertahan hidup tanpa
bantuan induknya," kata Dan Franks, peneliti dari University of York,
Inggris.
Kebutuhan induk untuk merawat anak-anak mereka menjadi dewasa,
menjelaskan mengapa paus pembunuh telah mengembangkan kondisi
pasca-reproduksi terpanjang di kerajaan hewan.
Individu betina paus pembunuh biasanya berhenti bereproduksi pada usia
sekitar 40 tahun dari masa hidup alami mereka di angka 90-an tahun.
Franks dan rekan-rekannya dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal
Science ini mengatakan, keberadaan induk yang menopause justru
meningkatkan kemampuan individu jantan untuk bertahan hidup. "Tetapi
kami tidak menemukan efek yang sama pada individu betina," ujarnya.
Mereka juga menemukan kematian induk berdampak besar bagi paus pembunuh
jantan. Induk yang mati pada waktu tertentu, akan memicu potensi kematian
hingga 14 kali lipat pada individu jantan yang berumur lebih dari 30
tahun.
Namun, tidak demikian pada individu betina. Kematian induk hanya meningkatkan resiko kematian di bawah tiga kali lipat.
"Bagi anakan betina di bawah 30 tahun, justru tidak terpengaruh oleh kematian induk mereka," kata Franks.
Ia berspekulasi, bahwa induk paus pembunuh lebih berfokus pada
kelangsungan hidup anakan jantan untuk memastikan pertumbuhannya
maksimal dan pada gilirannya menyebarkan gen yang diwariskannya.
Tapi mengapa induk paus tidak melakukan hal yang sama untuk anak betina?
Dalam masyarakat paus pembunuh, Franks mengatakan, anakan jantan dan
betina tinggal bersama induk dalam satu kelompok sepanjang hidup mereka.
Sewaktu anakan jantan kawin, anak-anaknya kelak dirawat individu betina
di kelompok lain. Sementara keturunan dari anakan betina paus pembunuh,
akan bergabung kembali dengan kelompok induk sehingga menguras sumber
daya keluarga.
"Paus pembunuh adalah hewan yang luar biasa. Kelompok sosial mereka
benar-benar tidak biasa, induk dan anak-anak jantan mereka adalah teman
seumur hidup," kata Emma Foster, peneliti dari University of Exeter.
Penelitian Foster menunjukkan, paus pembunuh telah mengembangkan
menopause terlama dibanding spesies non-manusia, sehingga dapat
menawarkan kepastian bertahan hidup untuk keturunan yang lebih tua.
(",)v
Sumber : apakabardunia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”