Pages

Senin, 03 September 2012

Mengokohkan Ukhuwah Islamiyah (Renungan)




Peristiwa kekerasan kembali terjadi. Kali ini bahkan lebih mengenaskan. Hanya gara-gara selisih paham antar keluarga di Sampang, Madura, Jawa Timur, dua kelompok warga berbeda paham keagamaan terlibat kerusuhan. Kondisi ini mengakibatkan dua orang tewas dan 37 rumah hangus dibakar.

Mendengar peristiwa tersebut, miris hati ini. Seakan-akan sudah tidak ada akal sehat lagi. Saat ini, setiap permasalahan yang terjadi di masyarakat (grassroot), seakan-akan diselesaikan dengan tindakan kekerasan. Cara ini sepertinya sudah menjadi kebiasaan, bahkan membudaya.

Jika kita renungkan, masyarakat kita saat ini sudah bagaikan padang rumput yang kering. Hanya disundut api kecil saja, sudah langsung terbakar. Cara main ’hakim sendiri’ yang kian marak di masyarakat kita merupakan gejala yang sangat mengkhawatirkan.

Yang mengherankan juga, Indonesia, yang mayoritas beragama Islam, sebagai suatu bangsa dijuluki ramah dan halus budi pekerti (dalam bahasa Belanda : het zachtste volk op aarde) dengan beberapa perkecualian. Tetapi ternyata kini telah terperangkap dalam menawarkan upaya dengan menggunakan kekerasan dan kadang-kadang dengan mendalihkan ajaran agamanya, entah itu benar atau tidak, entah itu rasionalistik atau emosional.

Lalu mengapa semua itu bisa terjadi? Di manakah nilai-nilai Islam berada?

Melalui tulisan ini, ada baiknya saya mengajak kepada seluruh masyarakat untuk kembali memperkuat tali persaudaraan sesama anak bangsa, agar terwujud masyarakat ideal. Dalam pandangan Al Qur'an, konsep masyarakat ideal akan tercapai apabila persaudaraan sesama warganya dapat tercipta.

Persaudaraan yang dimaksud, bukan hanya sebatas antar sesama Muslim semata, akan tetapi dengan seluruh warga masyarakat yang boleh jadi sangat plural. Maka sikap terbuka dan toleran menjadi sebuah keniscayaan.

Islam tidak hanya mengajarkan persaudaraan antar sesama Muslim, namun juga ukhuwah ‘ubudiyyah (persaudaraan dalam ketundukan kepada Allah), ukhuwah insaniyyah/basyariyyah (persaudaraan antar sesama manusia), ukhuwah wathaniyyah wa an-nasab (persaudaraan sebangsa dan seketurunan), dan ukhuwah fi din Al-Islam (persaudaraan antar sesama Muslim).

Dalam Islam sudah ditegaskan, bahwa keberadaan agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW ditujukan demi kesejahteraan dan keselamatan seluruh umat sekalian alam. Kata Islam sendiri yang berasal dari bahasa Arab berarti tunduk, patuh, selamat, sejahtera, dan damai. Maka, agama Islam mengajarkan umatnya untuk selalu menegakkan perdamaian di dunia, sehingga persaudaraan dapat terjalin dengan erat.

Dalam Al Qur'an sudah ditegaskan, bahwa Islam diturunkan untuk perdamaian, rahmat bagi seluruh mahluk di muka bumi. Sebagaimana Allah SWT berfirman, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al Anbiya:107).

Islam juga mengajarkan bagaimana menghadapi perpecahan dan segala perselisihan yang bermaksud memecah belah umat. Sejak zaman Rasul pun, Islam selalu mendapat pertentangan dan serangan dari musuh-musuh Islam. Rasulullah SAW seringkali difitnah dan dimusuhi, namun beliau tetap istiqamah menjalankan syariat dari Allah SWT.

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An Nahl:125).

Sesungguhnya, kebenaran sejati hanya milik Allah SWT.

(",)v




Sumber : republika.co.id
Oleh : Dr. HM. Harry Mulya Zein

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”