Pages

Kamis, 12 Januari 2012

Dilema "Rok Mini" Di Mata Kaum Lelaki

http://unik.supericsun.com/wp-content/uploads/2010/06/db0babeaacrts106.jpg.jpg

Bicara soal rok mini, memang menggelitik. Dilema yang besar bagi para laki-laki dan lagipula dikarenakan lelaki tidak memakai rok mini. Meski seorang lelaki itu ialah orang yang berpendidikan, perspektif terhadap rok mini ini bisa saja menjadi sangat subyektif, penuh asumsi, dan ngawur.

Sebelumnya, pertanyaan-pertanyaan berikut ini perlu diajukan kepada setiap pengguna rok mini atau celana super pendek di area publik, demi mendapat sudut pandang yang obyektif dari si pemakai agar tidak terjadi salah sangka :

1. “Mbak-mbak, boleh tau apakah dengan rok mini yang mbak pakai itu, kami boleh menikmati paha mbak?”

2. “Kalau boleh, apakah mbak memang sengaja agar kami melihatnya? atau malah risih kalau kami melihatnya?”

3. “Tolong jelaskan kepada kami, bagaimana seharusnya kami boleh menikmati paha mbak yang mulus dan menggoda itu, biar mbak merasa nyaman dan kita bisa sama-sama menikmati, agar kami merasa aman dalam menikmati, dan mbak pun merasa nikmat juga dilihatin?”


Pertanyaan-pertanyaan itu sebenarnya penting untuk ditanyakan sebagai dasar ilmiah untuk mengambil kesimpulan. Namun oleh karena sampai saat ini malu nanyanya, mendingan memilih untuk menikmati rok mini tersebut dengan diam-diam, dengan “etika” yang dikarang-karang sendiri, agar tidak berdampak sosial yang buruk.

Ada yang bilang ini soal iman. Kalau iman kuat, rok mini lewat. Setiap orang beriman yang jujur, kalau ditanya pasti menjawab, “Akan timbul pikiran yang bukan-bukan ketika menjumpai perempuan muda berpaha indah memakai rok mini atau celana pendek sekali di tempat umum”.

Tidak usah jauh-jauh, Anda sendiri akan mengaku beriman, sholat tidak pernah lewat, kadang-kadang juga ngaji, tapi rok mini is rok mini, daya tariknya sungguh sering melewati daya tangkal iman. Kalau ada yang bilang “Pikiran situ aja yang jorok“, duch, ingin sekali rasanya menjawab, “Saya sudah susah payah membersihkan pikiran dari yang nggak-nggak, tapi situ lewat sambil menjorok-jorokkan paha, memaksa untuk dilihat”.

Bicara soal hak, semua orang memang punya hak masing-masing. Selama masih berada di tempatnya, hak menjadi sesuatu yang aman bagi dirinya maupun orang lain.

Contohnya :

Merokok itu adalah hak. Tidak seorangpun kecuali keluarga dan orang-orang yang bergantung hidupnya pada perokok, boleh melarang orang untuk merokok. Tetapi ketika merokok di tempat umum, hak itu jadi tidak aman untuk orang lain. “Tolong ya mas, merokoknya di ruang merokok, atau menggunakan helm full face saja biar asapnya tidak terhirup oleh saya”. Gimana kalau perokok menjawab, “Ya situ saja jangan hirup asap saya kalau memang tidak suka bau asap rokok”. Kira-kira, Anda pasti mau langsung mengajak adu hantam, bukan?

Mamainkan musik adalah hak. Tetapi ketika bertetangga, genjrang-genjreng di jam dua pagi di depan rumah orang, kira-kira akan membuat tidur orang terganggu tidak? Gimana kalau ketika ditegur, si penggitar menjawab, “Tolong ya Bu, kalau memang tidak suka dengan suara gitar saya, ibu jangan dengerin suaranya, gitar-gitar saya koq ibu yang sewot?”. Kira-kira si ibu pasti akan melempar sandal, bukan? Kalau bermainnya di dalam kamarnya sendiri, di studio musik kedap suara, volume sebesar apapun tidak akan jadi masalah. Minimal tidak jadi masalah untuk orang lain.

So, sama jadinya dengan rok mini dan hot pant. Di rumah, rok mini akan menjadi sangat asik. Aman, dan nyaman buat semuanya. Apalagi di kamar, tidak pakai rok pun akan semakin menambah suasana jadi lebih sesuatu banget pastinya. Dan, semua orang akan merasa happy dan dijamin aman.

Tapi di boncengan sepeda motor, di busway, di jalanan … duuuch, please dech mbak, bu, kalau hanya orang-orang beriman yang lihat dijamin akan aman. Karena nafsu dan pikiran mereka akan berusaha memanage sedemikian rupa, sehingga akan hanya meledak tanpa melukai Anda. Tapi kalau yang nafsunya meledak itu lelaki yang sedang sakit parah jiwanya dan tak tau tempat, gimana?

Pemerkosa adalah orang yang sedang sakit jiwanya. Dan kata orang tua, mencegah lebih mudah dan murah daripada mengobati. Mengobati mereka tetap harus dilakukan, karena bisa membahayakan orang lain, berapapun biaya material dan sosial yang dibutuhkan, termasuk kita memberi makan mereka di penjara seumur hidup.

Tapi sambil mengobati, akan lebih cerdas, mudah, dan murah kalau kita semua juga ikut mencegah, salah satunya dengan tidak menggunakan rok mini di tempat umum. Masih banyak pilihan busana yang lain, yang tetap menarik (tanpa menggoda) dan pantas.

Cara ini pasti lebih murah sebelum ada yang menjadi korban lelaki sakit jiwa. Kecuali, kalau memang rok mini telah menjadi sumber penghasilan pengenanya.

Mbak-mbak, ibu-ibu. Sebagai lelaki, kami selalu mengagumi makhluk yang bernama perempuan. Dalam teori, perempuan itu setiap inchi kulitnya adalah fashion. Karena itu, benang dililit-lilit pun ke beberapa bagian tubuhnya, sudah seperti keindahan yang menyeluruh. Perempuan juga sangat ekspresif. Mereka suka bicara, suka berdandan, suka “menunjukkan” keindahan dirinya. Itu memang sudah menjadi kodratnya.

Dan ada sedikit komentar para lelaki, “Kami-kami ini juga sangat ekspresif. Tapi berbeda caranya dengan perempuan. Kami tidak terlalu suka bicara, suka berdandan, menunjukkan keindahan diri sendiri. Tapi langsung bertindak. Sebagian yang lain dari kami malah ekspresinya tidak terlihat sama sekali. Tetapi sesuatu di balik celananyalah yang langsung bereaksi.”

Seperti yang seringkali Bang Napi bilang, “Kejahatan bisa terjadi bukan karena niat pelakunya, tetapi ketika ada kesempatan.”

Semoga kita semua aman dan selamat. Di manapun berada. Teriring doa untuk istri, ibu, anak, kakak, dan adik-adik semua. Amin.

(",)v




Sumber : beritaunik.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”