Pages
▼
Kamis, 15 Desember 2011
Silaturahim (Renungan)
Dalam sebuah riwayat dari Abdullah bin Abi Aufa disebutkan, suatu sore hari pada hari Arafah, para sahabat duduk mengelilingi Rasulullah SAW. Beliau bersabda, "Jika di majelis ini ada orang yang memutuskan silaturahim, silakan berdiri, jangan duduk bersama kami." Ketika itu, di antara yang hadir ada satu orang yang berdiri dan itu pun duduk di kejauhan.
Dalam waktu tidak lama, setelah orang itu meninggalkan majelis, ia pun datang dan kembali. Kemudian, Rasulullah SAW bertanya kepadanya, "Karena di antara yang hadir hanya engkau yang berdiri, dan kemudian engkaupun datang dan duduk kembali. Apa sesungguhnya yang terjadi?"
Ia kemudian menjawab, "Begitu saya mendengar sabdamu, saya pun segera menemui bibi saya yang telah memutuskan silaturahim dengan saya. Karena, kedatangan mendadak saya tersebut, bibi saya pun bertanya, "Untuk apa kau datang, tidak seperti biasanya kau datang kemari?" Lalu saya menyampaikan apa yang telah Engkau sabdakan tadi. Lalu bibi saya minta maaf untuk saya dan saya pun meminta maaf pula. Setelah kami berdamai, lalu saya datang lagi ke sini.
Lalu, Rasulullah SAW bersabda, "Engkau telah melakukan perbuatan yang baik, duduklah. Rahmat Allah tidak akan turun ke atas suatu kaum jika di dalamnya ada orang yang memutuskan silaturahim."
Riwayat di atas menunjukkan betapa pentingnya menjaga, menjalin, dan memelihara silaturahim. Silaturahim, dalam Kamus Bahasa Indonesia, berarti tali persahabatan (persaudaraan).
Silaturahim berasal dari kata shilah dan rahim. Shilah artinya menyambung, menghubungkan. Sedangkan "ar-rahimu" bermakna rahim ibu, kerabat, keluarga, dan sebab-sebab kekerabatan. Ar-rahim juga berasal dari kata ar-rahmah yang berarti kasih sayang.
Dengan demikian, silaturahim bermakna menyambung atau menjaga hubungan kekerabatan, persaudaraan. Kekerabatan di sini bisa karena keturunan atau nasab seperti ayah, ibu, saudara kandung dan yang lainnnya bisa juga karena pernikahan seperti hubungan dengan mertua dan saudara-saudaranya serta ipar.
Lebih luas lagi, makna silaturahim pada hakikatnya bukanlah sekadar hubungan nasab, tetapi memiliki makna yang luas dan bentuk yang beragam, atau menyambung segala bentuk kasih sayang dan persaudaraan.
Allah sangat menekankan pentingnya silaturahim. Rasulullah SAW juga sangat menganjurkan umatnya untuk memperbanyak silaturahim. "Barang siapa ingin diluaskan rezekinya dan dimakmurkan usianya, hendaklah ia bersilaturahim." (HR Bukhari).
Makna diluaskan rezekinya bukan hanya berbentuk harta, tetapi meliputi pula ilmu, pengalaman, kesehatan, dan relasi.
Sedangkan dipanjangkan umurnya maksudnya adalah bertambah berkah usianya dan bermanfaat dunia akhirat. Sehingga, terus dikenang dan yang lebih penting lagi adalah didoakan dalam kebaikan oleh banyak orang yang masih hidup, walaupun dia sudah meninggal.
Indahnya hidup bermasyarakat dengan memperbanyak silaturahim. Melepas egoisme pribadi dan kelompok, memaklumi kekurangan dan perbedaan serta menghargai kelebihan masing-masing. Bersatu dalam satu ikatan persaudaraan keluarga besar umat Islam pada khususnya dan umat manusia pada umumnya. Wallahu a'lam.
(",)v
Sumber : koran.republika.co.id
Oleh : Ali Farkhan Tsani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”