Pages

Jumat, 02 Desember 2011

Manusia Miliki Kemampuan Melihat Medan Magnet

http://assets.kompas.com/data/photo/2011/07/01/0050436620X310.jpg

Manusia sebenarnya bisa melihat medan magnet Bumi tanpa disadari, karena adanya suatu senyawa yang terdapat di dalam mata. Dan kemungkinan besar pada zaman dahulu kala, nenek moyang manusia miliki kemampuan tersebut.

Sebuah studi menunjukkan, ada kemungkinan protein bernama cryptochrome muncul pada retina. Protein tersebut banyak didapati pada hewan dan tumbuhan, sehingga beberapa spesies bisa menggunakan medan magnet Bumi untuk melakukan navigasi.

Elektron dalam molekul cryptochrome saling terkait. Medan magnet Bumi menyebabkan elektron bergoyang. Reaksi kimiawi untuk merespons goyangnya elektron tersebut membuat burung dapat melihat medan maget dalam warna-warni.

Para peneliti sebelumnya mengira jika cryptochrome tidak memiliki banyak keuntungan bagi manusia, sehingga tidak dapat mengenali medan magnet seperti burung. Karenanya, manusia butuh patokan atau perangkat GPS untuk mengetahui arah.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZMOCUTdpdfbOwJwuPSjn0qFYOL8S2_ULveqgzeKfXHgE1s7HmbYgQ6uZqxlbT4KhTlZ5AVrWO-wnMzbexdjnnAfSnyeP6eL3qcDyUz1y2x4M3oe1r9Vsyn3PdBnouIt_OhY70vGHy90M/s1600/621px-RDB_2IJG.png
Struktur Cryptochrome


Sangkaan ini sepertinya harus diubah setelah para ahli saraf dari University of Massachusetts melakukan penelitian. Mereka mengambil cryptochrome dari manusia dan memberikannya pada lalat buah yang kehilangan kemampuan melihat medan magnet. Hasilnya, seperti dilaporkan Wired Science, lalat buah kembali memiliki kemampuan melihat medan magnet.

Sayangya, pada manusia cara kerja cryptochrome tidak seperti pada lalat. "Kami tidak tahu apakah kerja molekul itu sama pada retina manusia. Tapi kemungkinan itu ada," kata Steven Reppert, ahli saraf dari University of Massachusetts.

Saat ini, ilmuwan mengetahui cryptochrome pada manusia berfungsi sebagai jam molekul, bukan sebagai kompas. Namun, para peneliti menduga, nenek moyang manusia terbantu dengan adanya protein tersebut untuk menentukan arah.

Apabila suatu saat para peneliti berhasil mengembalikan kemampuan tersebut, atau mungkin evolusi manusia mengembalikan kemampuan akan hal itu, maka selamat tinggal perangkat GPS.

(",)v




Sumber : kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”