Pages

Rabu, 14 September 2011

Pendidikan Istiqamah (Renungan)

http://alqiyamah.files.wordpress.com/2010/01/istiqomah.jpg

Suatu ketika Nabi SAW didatangi dan ditanya oleh seorang shahabat, Sufyan ibn Abdillah al-Tsaqafi. "Ya Rasulullah, sampaikanlah kepadaku suatu ajaran yang setelah ini aku tidak datang lagi kepadamu untuk bertanya," pinta Sufyan. Rasul menjawab singkat, "Katakanlah: Aku beriman kepada Allah kemudian beristiqamahlah."

Perintah beristiqamah bukanlah perkara mudah karena pembentukan memerlukan proses pembiasaan, peneladanan, dan pendidikan kesadaran. Selama Ramadhan, kita telah mendapat "penyegaran" dan pembinaan mental-spiritual yang mendalam. Idealnya, hasil pendidikan Ramadhan ini dapat ditindaklanjuti dan sekaligus mewarnai perjalanan hidup kita pasca-Ramadhan. Istiqamah merupakan sikap mental-spiritual yang diharapkan dapat mengawal amaliah kita sepanjang hayat.

Pendidikan istiqamah dapat dilakukan melalui tiga tingkatan (gradasi), yaitu: taqwim atau tahdzib al-qulub, iqamah atau ta'dib al-qulub, dan istiqamah atau taqrib al-asrar. Pendidikan istiqamah harus dimulai dari sikap taqwim (evaluasi dan pembenahan diri). Muslim yang mustaqim dituntut untuk selalu jujur menilai diri sendiri, sekaligus tulus melihat kekurangan diri dan berusaha memperbaikinya. Tahapan ini mengharuskan Muslim melakukan tahdzib al-qulub (penyadaran hati) bahwa manusia di hadapan Allah itu kecil. Manusia tidak pernah luput dari kekurangan, sehingga ia berusaha memperbaiki kualitas diri.

Setelah itu, pendidikan istiqamah perlu dilanjutkan menuju sikap iqamah (kesungguhan dalam beramal). Dalam konteks ini, sungguh sangat tepat kata yang digunakan oleh Allah dalam Alquran untuk memerintahkan shalat, yaitu: aqimu al-shalat (laksanakan shalat dengan penuh kesungguhan dan keajekan). Hal ini berarti bahwa Islam menghendaki umatnya untuk bersungguh-sungguh dan konsisten menjalankan seluruh amal ibadah. Jika iqamah telah dimiliki Muslim, niscaya ia telah dapat melakukan ta'dib al-qulub (mendidik hati), sehingga menjadi hamba yang taat dalam beribadah dan berkarya.

Pendidikan hati yang membuahkan ketaatan pada gilirannya dapat membuahkan tahapan tertinggi, yaitu istiqamah atau taqrib al-asrar (pendekatan dan pemaknaan rahasia Ilahi). Jika tingkatan iqamah melahirkan ketulusan hati dan ketaatan jiwa untuk berdedikasi, maka pada tingkatan ini, seorang Muslim dituntut untuk memaknai hakikat ibadah yang dilaksanakan.

Oleh karena itu, semua ibadah, baik ritual maupun sosial, perlu diorientasikan kepada pendidikan istiqamah, sehingga dapat membentuk kepribadian Muslim yang utuh dan bebas dari cacat moral. Boleh jadi, dekadensi moral bangsa, seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, tindak kekerasan, kriminalitas, dan sebagainya, disebabkan oleh belum berfungsinya sikap istiqamah dalam diri pribadi Muslim.

Istiqamah merupakan sikap mental yang sangat penting bagi setiap Muslim, karena sikap ini dapat memotivasi dan mengendalikan kualitas amal ibadah Muslim. Dengan istiqamah seseorang berusaha untuk terus-menerus memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya. Istiqamah membuat Muslim dinamis dan progresif. "Sebaik-baik amal adalah yang dilakukan terus-menerus meskipun sedikit." (HR al-Thabarani).

(",)v




Sumber : koran.republika.co.id
Oleh : Muhbib Abdul Wahab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”