Senin, 12 September 2011
Keutamaan Niat (Renungan)
Melalui serangkaian rawi yang tsiqah, Thabrani meriwayatkan dalam al-Mu'jam al-Kabir-nya. Dari Ibnu Mas'ud, ia berkata, "Di antara kami, ada seorang lelaki yang melamar seorang wanita bernama Ummu Qais. Namun, wanita itu tidak mau menikah dengannya sebelum ia berhijrah. Kemudian, lelaki itu berhijrah. Dia lalu bisa menikahinya. Maka kami pun menyebutnya sebagai 'Muhajir Ummi Qais' (orang yang berhijrah karena Ummu Qais)."
Peristiwa inilah yang melatarbelakangi lahirnya hadis, "Sesungguhnya amal itu bergantung pada niatnya, dan apa yang diperoleh seseorang adalah sesuai dengan yang diniatkannya. Barang siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, hijrahnya itu akan diterima oleh Allah dan Rasul-Nya. Dan, barang siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang akan dinikahinya, hijrahnya itu hanya memperoleh apa yang diniatkannya dalam hijrah itu." (HR Bukhari-Muslim).
Niat adalah hal yang sangat fundamental dalam kehidupan seorang Muslim. Niat merupakan pilar utama ibadah seseorang. Tidak diterima suatu amal yang dilakukan tanpa niat, sebab niat adalah nyawa dari amal. Ibnu Hazm berujar, "Niat adalah rahasia dan roh ibadah. Kedudukannya sama seperti kedudukan roh bagi tubuh. Karena itu, sangat mustahil jika ada perbuatan yang tidak memiliki niat. Sebab, perbuatan yang tidak memiliki niat, sama artinya dengan tubuh yang tidak memiliki roh."
Begitu hebatnya kedudukan niat ini sehingga ada orang yang kekal berada dalam surga atau neraka karena niat. Ya, orang kafir akan kekal menghuni neraka karena di dunia mereka berniat dan bertekad untuk kafir selama-lamanya, sedangkan orang Mukmin akan abadi mendiami surga, meski ada di antara mereka yang harus dibersihkan dulu di neraka sesuai dengan kadar dosanya.
Niat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perbuatan. "Banyak amal kecil yang menjadi besar karena niatnya, dan banyak amal besar yang menjadi kecil karena niatnya pula," ucap Abdullah Ibnul Mubarak.
Karena niat yang tulus, pemberian yang kecil bisa jadi akan dikenang sepanjang masa. Sebaliknya, karena kotornya niat, sumbangan yang besar justru berbuah sumpah serapah. Demikian pula, dengan seorang dai yang tidak pandai berorasi, namun berkat ketulusan niatnya, lisannya akan dapat mengeluarkan kata-kata mutiara yang menawan hati banyak orang. Maka itu, Abdul Qadir al-Kailani pun berucap, "Jadilah kamu orang yang benar dalam rahasiamu, niscaya engkau menjadi orang yang fasih di tengah keramaian."
Menancapkan niat sekaligus membersihkannya untuk melakukan berbagai ketaatan adalah perjuangan yang terus-menerus dilakukan oleh seorang Mukmin dalam hidupnya. Karena orang yang keruh niatnya, akan menjadi keruh pula dalam segala urusan dan sepak terjangnya, seperti yang dicatat oleh seorang tabiin yang mulia, Mutharrif. "Baiknya amal karena baiknya hati dan baiknya hati karena baiknya niat. Barang siapa yang tulus dalam niatnya maka hasilnya akan mulus, dan barang siapa yang keruh niatnya maka hasilnya akan keruh pula."
(",)v
Sumber : koran.republika.co.id
Oleh : Ustadz Makmun Nawawi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”