Pages
▼
Minggu, 10 Juli 2011
Shalat Aplikatif (Renungan)
Shalat secara etimologis berarti doa. Dan, doa bukan sekadar harapan, melainkan juga menjadi cita-cita yang harus ditempuh dan diwujudkan. Shalat bukan hanya kumpulan gerakan yang kosong dari makna, melainkan ibadah ini disyariatkan dengan kaifiat (aturan) yang jelas serta memiliki tujuan yang terang dan pesan yang mulia.
Orang yang melakukan shalat ( mushallin) dituntut untuk mengerti setiap kalimat yang diucapkannya sehingga menghadirkan kesadaran sebagai hamba dan memotivasi diri untuk selalu tunduk dan taat kepada Allah SWT. Jangan sampai shalat yang dilaksanakan menjadi sia-sia dan tidak pula bernilai ibadah sebagai bentuk kepasrahan dan pengabdian yang benar kepada Allah SWT. “Betapa banyak orang yang menegakkan shalat hanya memperoleh letih dan payah.” (HR an-Nasa’i).
Mushallin tak hanya diharapkan sebagai saleh ritual, tapi juga ditun tut menjadi saleh sosial. Mushallin diharuskan mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan yang terkandung di dalam shalatnya.
Sehingga, mushallinmampu mencegah perbuatan keji dan mungkar serta menjadi problem solving (solusi persoalan) dalam kehidupan sehari-hari. “Sesungguhnya, shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan, sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan, Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Ankabut [29]: 45).
Di ayat lain, Allah SWT menegaskan, “Maka, kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” (QS al-Ma’un [107]: 4-7).
Karena itu, orang yang mendirikan shalat dengan baik dan benar serta hanya mengharapkan keridaan dari Allah SWT, niscaya akan mampu menghindari perbuatan korupsi, manipulasi, dusta, dan perbuatan tak terpuji lainnya. Karena, shalat yang didirikan akan mendorong dan menjadi energi dahsyat untuk memunculkan tanggung jawab serta menegakkan berbagai kebaikan dan keadilan, terutama pada dirinya sendiri. Jika dia sudah mampu mendirikan shalat dengan benar, kemudian mampu men cegah dia dari perbuatan tak terpuji, niscaya hal itu akan berimplikasi positif bagi lingkungannya.
Itulah shalat yang aplikatif. Shalat aplikatif ini hanya akan bisa dilakukan oleh orang-orang yang memasrahkan dirinya kepada Allah SWT dengan penuh kekhusyuk an dan ketawakalan kepada Sang Pencipta. Hatinya selalu berorientasi kepada Allah semata. Mereka menjadikan shalat ini seba gai media untuk memohon pertolongan Allah, serta segala amalannya selalu ditujukan untuk bekal akhirat dan hatinya senantiasa diliputi kekhawatiran terhadap hisab Tuhan yang merajai hari panjang yang tidak ada lagi hari sesudahnya.
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan mereka akan kembali kepada-Nya. (QS al-Baqarah [2]: 45-46). Wallahu a'lam.
(",)v
Sumber : koran.republika.co.id
Oleh : Ahmad Soleh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”