Pages

Senin, 30 Mei 2011

Legenda "Sakaki" Pohon Suci Agama Shinto Di Jepang

http://image.rakuten.co.jp/densyoki/cabinet/singu/sakaki-s.jpg

Menurut ajaran agama Shinto di Jepang, alam merupakan sesuatu yang disucikan. Untuk dapat berhubungan dengan alam, artinya dapat berdekatan dengan Tuhan. Objek alam dipuja sebagai roh suci (disebut kami), terutama pohon Sakaki yang merupakan bagian di dalamnya.

Pohon sakaki yang berbahasa latin Cleyera Japonica ini adalah pohon rimbun dengan daun hijau yang dapat ditemukan di dalam mitologi, literatur, dan ritual sakral di Jepang.

Saat musim semi, pohon Sakaki mengeluarkan wewangian dengan bunga putih yang berguguran, diikuti dengan munculnya buah berbentuk kecil merah tua. Pohon ini tumbuh di bagian bersuhu hangat di Jepang, Korea, maupun China.

Kojiki (kitab kuno) adalah catatan yang sangat bernilai bagi agama Shinto dan diperkirakan berasal dari abad ke-8. Berdasarkan tulisan dan referensi lain dari mitologi Jepang, pohon Sakaki memiliki peran yang signifikan di kisah penciptaan Jepang.

Dikisahkan pada jaman dahulu kala, hiduplah pasangan suci yang bernama Izanagi dan Isanami. Merekalah yang membuat pulau Jepang, dan anak-anak mereka menjadi dewa-dewa di berbagai klan orang Jepang.


http://www.photography-match.com/views/images/gallery/sakaki.jpg


Anak perempuan mereka, Amaterasu (Dewi yang bersinar nan agung), lahir dari mata kiri sang ayah, yang akhirnya menjadi Dewi Matahari. Dari dewi inilah para keluarga kekaisaran Jepang mengakui mereka berasal.

Saudara laki-lakinya Susanoo (dewa badai), diberi tugas untuk memimpin lautan, namun sebelum pergi, Susanoo menghancurkan sawah-sawah dan menyebabkan tempat tinggal Amaterasu porak poranda.

Karena merasa kesal dan marah, Amaterasu akhirnya pergi ke suatu goa dan menutup diri disana. Hal inilah yang menyebabkan dunia menjadi gelap gulita.

Untuk memancing Amaterasu keluar dari persembunyiannya, para dewa akhirnya membawa pohon Sakaki bercabang 500 dari Gunung Kaga di surga, untuk diletakkan di depan pintu goa yang ditinggali Amaterasu.

Di bagian atas cabang pohon Sakaki dipasang 500 permata, dibagian tengah diletakkan cermin dengan tinggi delapan kaki, dan di bagian bawah pohon di letakkan berbagai persembahan.


http://jadiberita.com/wp-content/uploads/2011/04/6628597.e5b2a097.500-440x334.jpg


Para dewa kemudian membuat kegaduhan dan bersenang-senang di luar goa. Amaterasu merasa penasaran mengapa para dewa masih bisa bersuka cita, padahal dunia sedang dalam gelap gulita.

Dari luar para dewa mengatakan, bahwa di sana terdapat dewi yang lebih bersinar dari diri Amaterasu. Merasa sangat penasaran dengan pesaingnya, Amaterasu pun keluar dan melihat pantulan dirinya dari cermin yang terpasang di pohon sakaki.

Sebelum menyadari dirinya dijebak, para dewa melempar shimenawa atau tali suci dari jerami, sebelum pintu goa tertutup. Akhirnya dunia pun kembali terang dan kehidupan terus berlanjut.

Amaterasu dipuja di Kuil Besae Ise, yang merupakan kuil utama di Jepang. Dewi ini dimanifestasikan dalam cermin yang merupakan salah satu dari tiga harta kekaisaran Jepang.

Sakaki sendiri di letakkan di shinno-mihashira atau tempat pusat suci yang bertempat di atas dan dikelilingi oleh bangunan kuil yang terbuat dari kayu. Biasanya pohon sakaki dipasangi cermin-cermin di kuil Shinto lainnya.


http://sakura.tsugaru.com/izumo/image/gohei-b.jpg


Pohon sakaki kerap kali dijadikan kiasan dalam berbagai literatur dan karya-karya seni di Jepang. Sakaki juga disebut dalam penggalan tulisan kuno keagamaan yang menyebutkan, bahwa pohon ini mewakili kesetiaan dan kestabilan selain itu juga mengekspresikan keberadaan yang abadi dan kekuatan dewi di kuil tersebut.

Berbagai upacara keagaaman Shinto menggunakan pohon Sakaki dalam ritualnya. Dalam upacara pita suci yang disebut gohei, menggantung tali jerami suci atau ranting dari pohon suci sakaki, merupakan cara untuk memanggil keberadaan roh suci.

Gohei juga dikenal dengan sebutan Oho-nusa atau persembahan suci dan tetap digunakan dalam berbagai upacara keagamaan penting di Jepang.

Oho-nusa memakai dua tongkat yang dikaitkan berdampingan dan disambung dengan jerami dan beberapa potongan kertas. Satu tongkat tersebut dibuat dari kayu pohon sakaki dan yang lainnya dari bambu.


http://jadiberita.com/wp-content/uploads/2011/04/Cabang-Pohon-Sakaki-Digunakan-Dalam-Kegiataan-Keagamaan.jpg


Selain itu, simbol pemujaan di wilayah Izumo yang melibatkan daun sakaki diikatkan di atas spanduk-spanduk doa yang disebut nobori. Di kuil Izumo terdapat banyak nobori yang menghiasi wilayah kuil dengan warnanya yang putih. (",)v




Sumber : apakabardunia.com, berbagai sumber lainnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”