Pages

Minggu, 08 Mei 2011

Kisah Abu Nawas Membalas Perbuatan Raja


http://www.spc.int/pacifly/IMAGES/Manual/Fly-food-water-sugar.jpg

Abu Nawas hanya tertunduk sedih mendengarkan penuturan istrinya. Tadi pagi, beberapa pekerja kerajaan atas titah langsung dari Baginda Raja Harun Al Rasyid, membongkar rumah dan terus menggali tanpa bisa dicegah.


Kata mereka, tadi malam Baginda bermimpi, bahwa di bawah rumah Abu Nawas terpendam emas dan permata yang tak ternilai harganya. Tetapi, setelah mereka terus menggali ternyata emas dan permata itu tidak ditemukan.

Dan Baginda juga tidak meminta maaf kepada Abu Nawas, untuk mengganti kerugian yang di deritanya. Hal inilah yang membuat Abu Nawas memendam dendam yang membara. Lama Abu Nawas memeras otak cerdiknya, namun belum juga ia menemukan muslihat untuk membalas Baginda Raja. Makanan yang dihidangkan oleh istrinya tidak di makannya, karena nafsu makannya telah lenyap oleh dendamnya.

Malam pun tiba, namun Abu Nawas tetap tidak beranjak. Keesokan harinya, Abu Nawas melihat lalat-lalat mulai mengerubungi dan menyerbu makanan Abu Nawas yang sudah basi. Ia tiba-tiba tertawa riang melihat hal tersebut, sebuah ide cerdik pun telah di dapatnya.

"Adinda, tolong ambilkan kain penutup untuk makananku dan sebatang besi." Abu
Nawas berkata kepada istrinya.

"Untuk apa kanda?" tanya istrinya heran.

"Membalas Baginda Raja." kata Abu Nawas singkat.

Dengan muka berseri-seri, Abu Nawas langsung berangkat menuju istana Baginda Raja. Setiba di istana, Abu Nawas membungkuk hormat dan berkata, "Ampun Tuanku, hamba menghadap Tuanku Baginda hanya untuk mengadukan perlakuan tamu-tamu yang tidak diundang. Mereka memasuki rumah hamba tanpa ijin dari hamba dan berani memakan makanan hamba."

"Siapakah tamu-tamu yang tidak diundang itu wahai Abu Nawas?" sergap Baginda kasar.

"Lalat-lalat ini, Tuanku." kata Abu Nawas sambil membuka penutup piringnya.

"Kepada siapa lagi kalau bukan kepada Baginda junjungan hamba, hamba mengadukan perlakuan yang tidak adil ini?"

"Lalu keadilan yang bagaimana yang engkau inginkan dariku?"

"Hamba hanya menginginkan ijin tertulis dari Baginda sendiri, agar hamba bisa dengan leluasa menghukum lalat-lalat itu."

Baginda Raja tidak bisa mengelakkan diri dan menolak permintaan Abu Nawas, karena pada saat itu, para menteri sedang berkumpul di istana. Maka, dengan sangat terpaksa, Baginda membuat surat ijin yang isinya memperkenankan Abu Nawas memukul lalat-lalat itu di manapun mereka hinggap.

Tanpa menunggu perintah lagi, Abu Nawas dengan cepat mulai mengusir lalat-lalat di piringnya, hingga mereka berterbangan dan hinggap di sana-sini. Dengan tongkat besi yang sudah sejak tadi dibawanya dari rumah, Abu Nawas mulai mengejar dan memukuli lalat-lalat itu.

Ada yang hinggap di kaca, Abu Nawas dengan leluasa memukul kaca itu hingga pecah berkeping-keping, kemudian vas bunga yang indah, kemudian giliran patung hias, sehingga sebagian dari istana dan perabotannya, remuk dan hancur berantakan diterjang amukan tongkat besi Abu Nawas. Bahkan, Abu Nawas tidak merasa malu dan sungkan memukul lalat yang kebetulan hinggap di tempayan Baginda Raja.

Baginda Raja yang menyaksikan hal itu tampak shock, dan tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali menyadari kekeliruan yang telah dilakukannya terhadap Abu Nawas dan keluarganya. Dan setelah merasa puas, Abu Nawas pun mohon diri kepada Baginda Raja Harun Al Rasyid.

Barang-barang kesayangan Baginda banyak yang hancur. Bukan hanya itu saja, Baginda juga harus menanggung rasa malu. Kini dia sadar, betapa kelirunya berbuat semena-mena terhadap Abu Nawas. Abu Nawas yang nampak lucu, riang jenaka, dan sering menyenangkan orang itu, ternyata bisa berubah menjadi sangat garang dan ganas, serta mampu membalas dendam terhadap orang yang mengusiknya.

Abu Nawas pulang dengan perasaan lega. Istrinya pasti sedang menunggu di rumah, untuk mendengarkan cerita seru yang dibawa suaminya yang cerdik itu dari istana.

(",)v




Sumber : kumpulan-dongeng.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”