Pages

Rabu, 13 April 2011

Pembangunan Jiwa (Renungan)


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhi9Bdwhf690HUZz-CY-U1b1c4-SaTiWwetUQ_yWGSMSyb-Q2mV-YwCN9x_bWb-zbsK3tJKP2wkEG0JrqkYvPCgNwqkdKufPsJPZJSdTCIqi2BMAzJ8pK_739G_xgQSvG38unaqkiDACIsn/s1600/jiwa+berkelana.jpg

"Sungguh beruntung orang yang membersihkan jiwanya dan celakalah orang yang mengotorinya," (QS: asy-Syams [9] : 9-10). Jiwa adalah intisari dari kehidupan manusia. Baik dan buruknya kualitas hidup manusia akan sangat dipengaruhi oleh kualitas jiwa. Jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh dan apabila ia buruk maka akan buruklah seluruh tubuh (HR Bukhari Muslim).


Dalam tataran yang lebih luas, bila jiwa suatu anggota keluarga baik, maka keluarga itu akan menjadi keluarga yang berkualitas. Jika jiwa suatu anggota masyarakat baik, maka masyarakat itu akan menjadi masyarakat berkualitas. Jika bangsa dan negara dihuni orang-orang yang berjiwa baik, maka bangsa dan negara tersebut akan menjadi bangsa dan negara yang berkualitas.

Diriwayatkan bahwa Ali ra suatu saat pernah ditanya oleh lawan politiknya, "Mengapa keadaan negara saat dipimpin oleh Abu Bakar dan Umar tidak mengalami kekacauan seperti ketika engkau menjadi khalifah saat ini?" Ali RA menjawab, "Sebab rakyat yang dipimpin semasa khalifah Abu Bakar dan Umar orang-orang seperti aku ini. Sedangkan rakyat yang aku pimpin semasa pemerintahanku adalah orang-orang seperti dirimu."

Berbagai masalah yang menimpa negara kita ini, seperti korupsi, penipuan perbankan, kebohongan publik, merebaknya kejahatan di dunia maya, dan bermacam-macam praktik kemungkaran yang telah dilakukan, baik oleh para pejabat maupun rakyat, kalau diusut, maka akar masalah yang sebenarnya bukanlah karena undang-undang yang kurang tepat, atau sangsi yang kurang ketat, juga gaji yang kurang banyak. Akan tetapi, inti masalah sebenarnya adalah kurang diperhatikannya masalah pembangunan jiwa.

Ibarat manusia, maka bangsa ini memiliki dua komponen inti yaitu jiwa dan raga. Maka, jika hanya raganya yang diperhatikan seperti pembangunan gedung-gedung bertingkat, mal-mal, dan tempat-tempat hiburan tanpa diimbangi dengan pembangunan karakter dan jiwa bangsa yang kokoh, maka negara yang baldatun thayyibatun warabbun ghafur akan menjadi mimpi saja.

Oleh sebab itu, jika kita mau memperbaiki keadaan bangsa dan negara, maka dari titik inilah seharusnya dimulai. Inilah contoh yang telah dihadirkan Rasulullah SAW dalam membangun tatanan kehidupan yang kuat dan harmonis dimana beliau mulai menata kehidupan bangsa Arab yang carut-marut ketika itu dengan pembangunan jiwa dan pembentukan karakter. Bahkan, jika dilihat dalam sejarah, fase ini lebih panjang (13 tahun di Makkah) dibanding pembangunan sistem (10 tahun di Madinah).

Dan ini juga sebetulnya yang menjadi suara hati dari salah satu pahlawan kita, WR Soepratman, ketika beliau menggubah lagu Indonesia Raya - yang salah satu liriknya adalah "Bangunlah jiwanya. Bangunlah badannya. Untuk Indonesia Raya". Wallahu a'lam

(",)v




Sumber : koran.republika.co.id
Oleh : Khoirul Muttaqin Abdullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”