Pages
▼
Jumat, 01 April 2011
Esensi Kehidupan Adalah Memberi (Renungan)
Jika kita semua tahu siapa diri kita, dari mana kita berasal, untuk apa hidup kita di dunia, setelah itu mau kemana lagi kita melangkah/melanjutkan hidup, rasanya jika setiap diri ini sadar akan semua hal itu, tidak akan banyak kita temui keluh kesah di dalam menjalani kehidupan fana ini.
Kehidupan itu sendiri adalah pemberian dari Sang Maha Pemberi. Saat kita dilahirkan ke dunia ini, kita pun mendapat pemberian kasih sayang dari orang tua. Bayangkan, jika kita lahir tanpa ada orang yang memberi kasih sayang itu, niscaya kita tak akan ada sampai saat ini. Semua hal yang kita manfaatkan dalam hidup ini adalah pemberian. Apa yang diberikan itu tanpa pamrih, tanpa mengharap balasan.
Saat kita telah dewasa, atau lebih dari kata dewasa itu sendiri. Sudah saatnya untuk tidak hanya menerima, tapi memberi. Memberi apa yang kita punya dan kita sanggup untuk memberikannya. Tidak perlu muluk-muluk, hal-hal yang sederhana saja. Memberikan senyuman ke orang yang berpapasan dengan kita, memberikan kasih sayang dan perhatian ke orang tua kita. Membuatkan minuman mungkin, memberikan salam saat pergi ataupun pulang, atau juga memberikan ciuman di tangan beliau.
Adanya kehidupan kita saat ini, tidaklah secara tiba-tiba, dan tidak pula dengan sendirinya tanpa ada tanpa campur tangan orang lain. Orang-orang disekeliling kita sangat berperan akan keberadaan kita. Tapi mengapa banyak orang yang tidak menyadarinya? Oleh karenanya, saatnya kita untuk memberi.
Banyak hal yang ingin kita capai, seperti pekerjaan, cita-cita, jodoh kita, dan lain sebagainya, sebelum kita dapatkan harus ada perjuangan, yakni tenaga, pikiran, dan waktu. Ada pepatah mengatakan, "berilah, maka kau akan menerima lebih". Hal ini bukan berarti apa yang dilakukan adalah berpamrih, mengharapkan imbalan.
Memberi merupakan tolak ukur kesadaran dan keikhlasan. Jika memberi dengan diiringi keinginan untuk suatu balasan, dan penerima pun mengabulkannya, maka itu bukanlah pemberian yang utuh. Namun sebuah negosiasi. Negosiasi berkutat antara untung dan rugi. Bukan lagi mendasarkan pada hati nurani.
Setiap pemberian pasti ada balasannya, akan dilipat gandakan. Jika Anda tidak percaya, cobalah dan lakukanlah. Lihat dan hitunglah dengan objektif. Balasan itu tidak hanya berupa nominal angka mata uang semata, tidak juga barang, namun juga bisa berupa hadirnya kesempatan, terjaganya kesehatan, bertambahnya ilmu pengetahuan, dan masih banyak lagi manfaat yang didapatkan. Belum lagi bertambahnya pahala.
Jika setiap orang sadar dan paham arti memberi, mungkin tidak akan kita temukan istilah si PELIT, Sengsara, atau Miskin. Setiap orang yang sadar hidupnya adalah pemberian, akan memberikan lagi kepada orang lain baik itu moril atau pun materil. Kembali kepadanya dalam bentuk lain, sehingga seperti sebuah siklus. (",)v
Sumber : muh-abdullah.blogspot.com, berbagai sumber lainnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”