Pages

Jumat, 25 Maret 2011

Bioetanol Bisa Gantikan Minyak Tanah


http://thumbnails23.imagebam.com/7781/434c3677808003.gif

Minyak tanah
yang dihapus subsidinya, telah membuat harganya meroket dan sulit untuk mendapatkannya. Hal ini membawa imbas negative kepada kelompok industri kecil dan masyarakat menengah kebawah untuk mendapatkan bahan bakar yang murah dan praktis.


Sementara gas yang digalangkan pemerintah sebagai pengganti minyak tanah, dinilai belum sepenuhnya mampu dijangkau masyarakat di pelosok daerah. Belum lagi ketidakjelasan sosialisasi penggunaannya yang telah banyak memakan korban dimana-mana.

Sekelompok usaha kecil dan menengah (UKM) menawarkan sebuah solusi bagi kalangan industri dan masyarakat menengah kebawah, untuk menggunakan kompor bioetanol sebagai alternatif pengganti minyak tanah.

“Sebagai pengganti minyak tanah, kompor bioetanol ini relevan sekali bagi masyarakat dan industri menengah bawah yang belum bisa menjangkau penggunaan kompor gas,” kata Kepala Bagian Pemasaran UKM produsen kompor bioetanol binaan Dewan Koperasi Indonesia, Rivai.


http://bioetanol2008.blogdetik.com/files/2008/06/bioetanol.jpg


Kompor ini menggunakan bioetanol sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah. Bahan baku bioetanol merupakan hasil olahan dari bahan-bahan alami seperti kulit pisang, singkong genderuwo, kulit nanas, gadung, dan sagu. “Karena itu, kompor bioetanol ini sesuai dengan semangat untuk melestarikan alam, karena merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan,” imbuh Rivai.

Dibandingkan minyak tanah, bioetanol memiliki lebih banyak keunggulan. Kompor bioetanol dapat digunakan tanpa menggunakan sumbu. Nyala apinya pun biru seperti kompor gas, sehingga lebih cepat dan efisien dalam memasak. ” 100 cc bioetanol dapat digunakan memasak selama 40 menit. Artinya dengan satu liter bioetanol saja, konsumen bisa memasak hingga empat jam,” kata Rivai.

Selain itu, kompor bioetanol pun tidak mudah meledak dan lebih aman bagi penggunanya. Jika kompor minyak tanah yang terbakar akan semakin menyala ketika disiram air, tapi bioetanol justru akan mati jika tersiram air. “Penggunaan bioetanol ini pun lebih irit dua pertiga kali dibanding minyak tanah,” imbuhnya.

Mengenai harga bioetanol, Rivai mengatakan, per liternya dijual seharga Rp6.000,-. “Harga ini sebenarnya bisa lebih murah kalau pemerintah mau memberikan dana investasi terhadap pengembangan bioetanol ini,” kata dia.


http://komporbioetanol.files.wordpress.com/2009/08/perlengkapan-kompor-bioetanol.jpg?w=280&h=200


Ia menambahkan, saat ini para produsen bioetanol juga mulai membidik masyarakat menengah kebawah sebagai pangsa pasarnya selama ini yang menjadi konsumen bioetanol adalah komunitas industri kecil, seperti pembatik dan industri tahu.

Padahal, menurutnya, selama ini diluar negeri, penggunaan bioetanol sudah dikenal sebagai alternatif bahan bakar untuk memasak yang lebih ramah lingkungan. “Salah satu pasar ekspor kami adalah Thailand yang sudah mengenal bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang lebih murah dan ramah lingkungan,” tukasnya. (",)v




Sumber : anekaplanta.wordpress.com, berbagai sumber lainnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”