Pages

Sabtu, 27 November 2010

Kereta Api Perang Lapis Baja Rusia Pada Perang Dunia II


http://2.bp.blogspot.com/_QLl8iQY9JVU/TLrZ-uX8bJI/AAAAAAAAAFg/R07mM_4zd50/s1600/1.jpg

Kereta lapis baja
adalah kereta api yang dilindungi oleh suatu "baju besi". Biasanya kereta ini diperlengkapi dengan senjata artileri dan senjata mesin. Sebagian besar digunakan selama akhir abad 19 dan awal abad 20, ketika mereka menawarkan cara yang inovatif untuk dapat bergerak dalam mengangkut dan memindahkan senjata dalam jumlah skala yang besar.


Kereta api perang ini, digunakan oleh Rusia pada perang dunia II (PD II). Tetapi, penggunaan kereta api perang ini dihentikan di sebagian besar negara, karena kendaraan modern menjadi jauh lebih kuat dan menawarkan fleksibilitas yang lebih.

Dan juga karena kereta api lapis baja, terlalu rentan untuk disabotase dan juga rentan terhadap serangan udara. Meski demikian, federasi Rusia kala itu tetap menggunakan kereta api lapis baja ini dalam perang chechnya kedua.


Pada kereta api perang tersebut terdapat beberapa peralatan dan fasilitas perang, seperti :

* Artillery
Terdiri dari berbagai macam senjata mesin

* Infantry
Digunakan untuk mengangkut pasukan infantri

* Anti Aircaft
Dilengkapi dengan senjata anti serangan udara

* Anti Tank
Dilengkapi senjata yg digunakan untuk menghadapi tank

* Command
Digunakan sebagai pusat perintah di kereta api

* Missile Transport
Digunakan untuk mengangkut senjata missile

* Troop Sleeper
Digunakan sebagai barak


Berikut ini adalah kereta api perang lapis baja milik Rusia pada PD II tersebut :























http://3.bp.blogspot.com/_QLl8iQY9JVU/TLraUWj1uJI/AAAAAAAAAF8/9s0KfKQ7S1o/s320/rijnjycc.jpg





Indonesia pada masa penjajahan pun, memiliki kereta api perang lapis baja seperti ini. Saat ini dapat di lihat di museum Siliwangi - Bandung.




(",)v




Sumber : kaskus.us, berbagai sumber lainnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”