Pages

Selasa, 26 Oktober 2010

Bahayakah Kerokan Saat Masuk Angin?


http://images.lightstalkers.org/images/545654/Korokan_01.jpg

Banyak orang memiliki kebiasaan minta di kerok, ketika badan merasa nyeri atau pegal karena masuk angin. Dengan modal sekeping uang logam ditambah balsem, gejala masuk angin yang dirasakan akan langsung ngacir. Semakin banyak garis-garis merah gelap pada punggung, semakin meremlah yang dikerok.


Kerokan merupakan cara paling tua dalam mengatasi gejala masuk angin. Uniknya, cara sederhana ini tidak hanya populer di Indonesia saja, melainkan juga di negara-negara Asia lainnya. Orang Vietnam menyebut kerokan sebagai cao giodi. Adapun warga Kamboja menjulukinya goh kyol.

Di China yang terkenal dengan akupunturnya, metode kerokan juga cukup populer dengan sebutan gua sua. Bedanya, orang China memakai batu giok sebagai alat pengerok, bukan kepingan uang logam.

Konon, warna merah yang timbul pada kulit setelah kerokan adalah pertanda badan telah kemasukan angin secara berlebihan. Makin pekat warnanya, pertanda banyak pula angin yang berdiam di tubub. Benarkah demikian?

Tentu saja tidak. Warna merah, pertanda pembuluh darah halus (kapiler) di bawah permukaan kulit pecah, sehingga terlihat sebagai jejak merah di tempat yang dikerok. Badan orang yang sehat sekalipun, akan memerah jika dikerok.

Karena itu, banyak kalangan tak meyakini kemujaraban pengobatan kerok. Di negara-negara barat, kerokan sama sekali tak dikenal, ujar Saptawati Bardosono, dokter dari Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.

Namun, secara medis, kerokan adalah salah satu metode memperlebar pembuluh darah tepi yang menutup (vasokontiksi), dan menjadi semakin melebar (vasaditilasi) akibat dikerok terus-menerus.

Ini bukan hal yang berbahaya, asalkan tidak menjadi kebutuhan primer, ujar Mulyadi, dokter dari Klinik Medizone. Jika terus-terusan kerokan, akibatnya banyak pembuluh darah kecil dan halus yang akan pecah.

Namun, dalam taraf normal, kerokan akan membuat penderita masuk angin merasa nyaman, karena telah melepas hormon beta endofin. Secara ilmiah, praktek sederhana ini terbukti mampu mengobati gejala masuk angin atau sindroma dingin yang memiliki gejala nyeri otot (mialga), tandas Mulyadi.

Bukan hanya itu, prinsip kerokan tak beda jauh dengan akupuntur yang menancapkan jarum ke dalam tubuh. Maksud Mulyadi, prinsip kerokan adalah meningkatkan temperatur dan energi pada tubuh yang dikerok. Peningkatan energi ini dilakukan melalui perangsang kulit tubuh bagian luar.

Dengan cara ini, saraf penerima rangsangan di otak akan menyampaikan rangsangan yang menimbulkan efek memperbaiki organ pada titik-titik meridian tubuh. Nah, pada gilirannya, arus darah di tubuh yang lancar, akan menyebabkan pertahanan tubuh yang juga meningkat. (",)v




Sumber : apakabardunia.com, berbagai sumber lainnya
Editor : AdeL`FarouK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”