Pages

Jumat, 16 Juli 2010

Orang-Orang Yang Kalah (OpiniKu)


http://tonypers.blogdetik.com/files/2009/01/borgol.jpg

Pada saat ini, dimana dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara di tanah air Indonesia tercinta ini mengalami dekadensi di segala aspeknya, maka sangatlah dibutuhkan seorang pemimpin yang mampu memberi suri teladan bagi bangsa dan negaranya.

Keutuhan dan kekuatan sebuah bangsa tidak terlepas dari dukungan segenap lapisan masyarakatnya. Dimana pemimpin ialah seorang panutan yang mampu memberi kesejukan dan inspirasi bagi rakyatnya, dan rakyat sendiri adalah sumber potensi yang bermanfaat demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa.

Pemimpin dan rakyat ialah kesatuan, saling mengisi dan saling berinteraksi, bukan sebaliknya. Namun yang terjadi saat ini, pemimpin yang kita miliki bukan panutan dan bukan kesatuan. Pemimpin yang kita miliki merupakan pemimpin yang pendiam, pasrah, tidak tegas, kurang cerdas, penakut, dan tidak amanah.

Beberapa asset Negara telah terjual, para koruptor semakin berserakan jumlahnya, kaum tertindas semakin menderita, hutang luar negeri semakin menggunung-gunung. Apa yang bisa kita perbuat? Langkah apa yang diambil oleh para pemimpin kita? Yang ada saat ini ialah pembodohan dan penyesatan. Yang ada saat ini penghianatan dan kemunafikan. Dan yang ada saat ini ialah awal dari sebuah kezaliman dan kehancuran.


Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, bangsa yang menjadi incaran bangsa-bangsa lain. Sumber daya alam yang beragam dengan jumlah yang sangat besar adalah sebuah asset yang dapat memakmurkan dan mensejahterakan seluruh anak bangsanya.

Namun, mengapa bangsa ini menjadi kecilnya? Menjadi terpuruknya? Dan menjadi bangsa pecundang yang dijajah di negerinya sendiri? Siapa yang salah? Dan siapa yang dipersalahkan? Pemimpin atau rakyatnya? Kemana semua anak bangsa negeri ini? Apakah hanya tetap ingin menjadi saksi bisu akan sebuah kerakusan kekuasaan? Apakah kita rela dijajah di negeri sendiri? Oleh bangsa sendiri? Dimana hati nurani? Kemana akal bersembunyi? Semua bagai bingkisan terakhir yang tiada makna.

Mudah kasihan dan terharu, suka terbawa emosi, pelupa, tidak mau belajar dari kesalahan, dan tidak konsisten dengan omongan, itulah kita, sebagian kita, dan hampir seluruh rakyat Indonesia, bahkan seluruhnya semestinya. Barangkali memang bangsa kita tidak memiliki peluang untuk maju ke depan.

Tidak seperti bangsa-bangsa lain yang itikad baik dan tekadnya dapat diwujudkan secara kolektif, tanpa apatis, skeptis, dan egois. Maka suatu hal yang wajar apabila kita menjadi Negara yang terpuruk dan terhina di mata Negara-negara lain. Kita tidak memiliki kebanggaan atas negeri kita. Kita adalah orang-orang yang kalah tanpa mau perduli dengan kemenangan. Maka wajar jika kita menjadi seperti saat ini. Setujukan? (",)\m/





AdeL`FarouK . Jakarta
Juli 2004

1 komentar:

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”