Pages

Sabtu, 19 Februari 2011

Simbol Asap & Api


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi56wylu3x6rK8tye3DZwnwPiuKkPDSlv-qCpEKu1hMdZkJHV1BeIlv_EeizLT-cvrGavbVgmcjHJK94t705Zwar3rDLNpv25cp3m-cCZJebwuX1SMk7YRVRA68iJglm0D49YM4nvP6khQ/s1600/fumefx1.jpg

Ada sebuah cerita, sebuah kapal tenggelam karena diterjang badai. Semuanya porak poranda. Tak ada awak yang tersisa, kecuali satu orang yang berhasil mendapatkan pelampung. Namun, nasib baik belum berpihak pada pria ini. Dia terdampar pada sebuah pulau kecil tak berpenghuni, sendiri, dan tak mempunyai bekal makanan.


Dia terus berdoa pada Tuhan untuk menyelamatkan jiwanya. Setiap saat dipandangnya ke penjuru cakrawala, mengharap ada kapal yang datang merapat. Sayangnya pulau ini terlalu terpencil, hampir tak ada kapal yang mau melewatinya.

Lama kemudian, pria ini pun lelah untuk berharap. Lalu untuk menghangatkan badan, ia membuat perapian sambil mencari kayu dan pelepah nyiur untuk tempatnya beristirahat. Dibuatnya ruman-rumahan sekedar tempat untuk melepas lelah. Disusunnya semua nyiur dengan cermat agar bangunan itu kokoh dan dapat bertahan lama.

Keesokan harinya, pria malang ini mencari makanan. Dicarinya buah-buahan untuk mengganjal perutnya yang lapar. Semua pelosok dijelajahi, hingga kemudian ia kembali ke gubuknya. Namun ia terkejut, semuanya telah hangus terbakar, rata dengan tanah hampir tak bersisa.

Gubuk itu terbakar karena perapian yang lupa dipadamkannya. Asap membubung tinggi, dan hilanglah semua kerja kerasnya semalam. Pria ini berteriak marah, "Ya Tuhan, mengapa Kau lakukan ini padaku. Mengapa? Mengapa?" teriaknya melengking menyesali nasib.


Tiba-tiba terdengar peluit yang ditiup. "Tuittt... Tuuitttt..." Ternyata ada sebuah kapal yang datang. Kapal itu mendekati pantai, dan turunlah beberapa orang menghampiri pria yang sedang menangisi gubuknya ini. Pria ini kembali terkejut, ia lalu bertanya, "Bagaimana kalian bisa tahu kalau aku ada di sini?
Mereka menjawab, "Kami melihat simbol asapmu!!"

Sobat, sangat mudah memang bagi kita untuk marah saat musibah itu tiba. Nestapa yang kita terima tampak akan begitu berat saat terjadi dan berulang-ulang. Kita memang bisa memilih untuk marah, mengumpat, dan terus mengeluh. Namun teman, agaknya kita tak boleh kehilangan hati kita. Sebab Tuhan selalu ada pada hati kita walau dalam keadaan yang paling berat sekalipun.

Sobat, ingatlah, saat ada "asap dan api" yang membubung dan terbakar dalam hatimu, janganlah berkecil hati. Jangan sesali semua itu. Dan janganlah hilangkan perasaan sabar di dalam kalbumu. Sebab, bisa jadi itu ialah tanda dan simbol bagi orang lain untuk datang padamu dan menolongmu.

Sebab untuk semua hal buruk yang kita pikirkan, akan selalu ada jawaban yang menyejukkan dari-Nya. Tuhan Maha Tahu yang terbaik buat kita. Jangan hilangkan harapan itu, dan semua pasti indah pada waktunya. Percayalah.
(",)v




Sumber : hermawayne.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”