Pages

Selasa, 08 Februari 2011

Adil Mengucap Kata (Renungan)


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitz9ZdW_2X1KHXWY_uzwOm2inn033jFGYKa2VxpUFpMflI4t6BSlr1pHr3xKMlAHkLiVbqqj2fQuIHUkvkwCL18C-EkjFVZFnmx0IHyLA-uaMOYLGWXf8c5MF99q9oqCryuQQyd9Pfmro/s1600/kekuatan_kata_kata.jpg

Kata-kata bagi seseorang merupakan aksentuasi segala yang ada di dalam hati dan pikirannya. Kata-kata dihadirkan untuk merespons, menjawab, atau bahkan menghina lawan bicaranya. Banyak orang yang celaka karena kata-kata. Sebab itu, Rasulullah SAW sangat menganjurkan kepada umatnya untuk berlaku adil dalam mengucap kata.


Dalam suatu kesempatan seorang sahabat pernah bertanya kepada Nabi, "Bagaimana jika yang saya katakan itu merupakan hal yang mengandung kebenaran?" Rasul menjawab, "Bahwasanya kalau memang benar perkataanmu berarti engkau mengumpat, namun jika tidak maka engkau telah berdusta," (HR Muslim). Begitu juga dalam keadaan lain, Rasulullah pernah berkata bahwa, "Orang Muslim itu adalah orang yang selamat dari kejahatan lidah dan tangannya," (HR Muttafaqun alaih).

Dalam kenyataannya, kita sering melihat orang yang demi kepentingan tertentu saling mengumpat, menjelekkan, bahkan menghina sesama saudaranya yang lain. Bahkan, hanya karena alasan eksistensi dan melindungi kepentingannya rela mengorbankan kemaslahatan banyak orang dengan ucapan atau kata-katanya. Lebih menyedihkan tatkala silat lidah dilakukan untuk melakukan kebohongan, dan mengorbankan orang lain sebagai dalih menyelamatkan diri, keluarga, atau kelompoknya. Sakit hati karena kata-kata akan lama dan sulit disembuhkan dibandingkan sakit fisik karena benda tajam atau alat pemukul.

Itulah sebabnya, Rasulullah begitu peduli melarang umat Islam untuk berlaku zalim dengan kata-katanya sekalipun di dalamnya mengandung unsur kebenaran. Namun demikian, ada pengecualian, seseorang dibolehkan untuk membicarakan permasalahan menyangkut orang lain ketika, misalnya, bersaksi di pengadilan. Dalam hal ini, ada kisah dalam Alquran yang melegitimasi diperbolehkannya seseorang membicarakan suatu hal di dalam pengadilan untuk membantu hakim dalam memutuskan perkara seadil-adilnya.

Suatu ketika Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Daud untuk memutuskan sebuah perkara. Allah berfirman, "Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan jalan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah." (QS Shaad [38] :26).

Di samping itu, Rasulullah pernah bersabda, "Dan adakalanya seorang hamba mengeluarkan kata-kata yang menyebabkan murka Allah, tiba-tiba ia terjerumus dalam neraka jahanam," (HR Bukhari). Makanya, berhatilah-hatilah dalam mengeluarkan kata-kata dan bersikap adillah dalam bersua verbal ketika menanggapi suatu masalah yang urgensinya begitu mendesak sehingga diperlukan untuk mengeluarkan kata-kata.

(",)v




Sumber : koran.republika.co.id
Oleh : Yuyu Yuhannah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”